Kamis, 26 Januari 2012

Teman atau Bisnis?


Apakah anda termasuk orang yang susah mempercayai orang lain? Atau sebaliknya, begitu mudah percaya dengan orang lain, sehingga berujung kecewa? Ini berlaku dalam hubungan apapun ya, entah itu pertemanan, keluarga, ataupun bisnis. Pada akhirnya saya yakin, di antara anda akan mengklasifikasi jenis hubungan yang ingin diterapkan dengan orang tersebut. itu setelah pengalaman menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitar anda.

Beberapa teman ada yang bisa sekaligus menjadi teman bisnis solid, tetapi ada pula, ia baik sebagai teman, tetapi tidak oke untuk bekerja sama di bisnis. Ini sering salah kaprah sehingga kita campur aduk antara tega atau tidak tega. Taruhlah, saya sudah berteman lama dengan A, sampai memutuskan untuk berbisnis bersama. Tetapi pada pelaksanaannya, bisnis menjadi kacau, ia tidak bisa menuntaskan pekerjaan --karena teman-- sementara kita menjadi enggan untuk menegur. Akhirnya kita memilih diam, karena biar bagaimanapun ia adalah teman lama. Sempat terbersit untuk menegur tetapi ada ketakutan, bahwa hubungan pertemanan akan rusak, tidak seharmonis sebelumnya.

Well, permasalahan ini memang kelihatannya sederhana. Kuncinya ada pada kata profesionalisme. Sebaiknya ada kesepakatan di awal, kalau perlu tuangkan dalam perjanjian tertulis, supaya si teman paham dan konsisten dengan kesepakatan itu. Pelajari dulu karakteristik teman, apakah memang ia hanya cocok untuk dijadikan teman, teman dan patner bisnis, atau memang bukan teman tetapi patner bisnis? Itu beberapa solusi yang bisa dilakukan. Meski biasanya, kita harus kepentok dulu baru sadar, ternyata ia hanya cukup kita posisikan sebagai teman saja, tak lebih.

Beberapa teman saya ada yang memilih business is business, artinya ia cenderung memilih rekan bisnis dari luar area pertemanan akrab, menurutnya itu lebih aman dibanding melibatkan teman akrab, yang tahu luar dalam kita. Menjalin keakraban dengan rekan bisnis juga seperlunya saja, pencitraan diri perlu dilakukan untuk menjaga kualitas, salah satu fungsinya apalagi kalau tidak memperpanjang rentang bisnis dengannya. Dengan rekan bisnis bisa saja malah terwujud pertemanan. Tetapi kalau itu pun tidak dibatasi, bisa runyam. Malah ada yang sampai terbentur utang piutang. Wah, lampu kuning. Belum lagi kalau patner bisnis kita lawan jenis. Kebersamaan rutin yang bisa berujung cinta kasih hingga perselingkuhan menjadi hal rawan berikutnya yang perlu digaris bawahi. Ini bisa terjadi di manapun, kapanpun.

Nah dari semua itu sebenarnya bisa diatasi dengan menjadikan diri kita seprofesional mungkin. Berpegang teguh pada kode etik bisnis, menjaga citra secara elegan mutlak dilakukan untuk hal itu. Tersangkut masalah cinta kasih dengan klien? Ini perlu bahasan khusus hehe. Setidaknya dengan menaati rambu-rambu yang sebelumnya sudah kita buat dalam berbisnis, semua akan bisa berjalan lancar.

Selasa, 24 Januari 2012

Ingin mendapat perhatian lebih? Berbohonglah.




Bohong. Kamu tukang bohong. Bohong.... Itu adalah penggalan lirik lagu Bohong yang pernah dipopulerkan oleh K3S, jadul ya? Tapi seru, karena sampai kapanpun tampaknya makin banyak saja orang yang suka bohong ini. Saya baru saja membaca referensi psikologi tentang kebohongan ini, hasilnya sungguh menghibur dan mencerahkan. Karena itulah saya akan berbagi di blog ini.

Mengapa sih orang cenderung suka berbohong? Jawabannya ada banyak sekali, salah satunya adalah karena dengan berbohong akan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri. Hal itu karena ia bisa terlihat lebih menarik, lebih berprestasi, lebih dihargai, medapat perhatian lebih dari teman dan lingkungan. Hal itu akan terlihat berbeda apabila ia menceritakan diri sendiri apa adanya, dengan penuh kejujuran. Misal, ia mengakui dirinya sebagai pribadi yang sederhana dengan lingkup kerja yang sangat biasa. Ia berpikir, ini tidak luar biasa, banyak orang yang bernasib sama dengan saya, itu tidak istimewa. Kemudian berbohonglah ia, menceritakan bahwa ia adalah seorang wanita karir sukses, kaya, memiliki penggemar banyak, disukai banyak teman, punya relasi bejibun, bermurah hati dengan memberikan kebaikan yang pada intinya penuh azas kemanfaatan bagi ia seorang. Ujungnya, karena itu bukan pribadi sebenarnya, ia bisa melakukan segala cara untuk merealisasikan hal bohong itu. Hasilnya? Alih-alih mendapat pengakuan, cibiran barangkali hal paling tepat yang didapat, karena ketahuan, semua itu hanyalah trik supaya ia mendapat perhatian lebih dari teman dan lingkungan.

Dari beberapa artikel psikologi yang saya baca, ada kecenderungan bahwa orang yang rela dan sadar untuk berbohong disebut mythomania. Para penderita mythomania memiliki kecenderungan sangat kuat untuk membuat cerita bohong pada orang lain namun bukan karena ingin membohongi. Mereka berbohong lebih karena keinginan mendapatkan perhatian lebih besar. Jadi, bila Anda mengalami keinginan sangat kuat untuk lebih diperhatikan oleh orang lain, lalu karenanya mengarang cerita bohong, dan Anda sering melakukannya maka Anda, mengalami mythomania. Mereka yang cenderung melakukan kebohongan adalah mereka yang cenderung memiliki kepribadian manipulatif (lebih suka memanipulasi segala sesuatu), lebih memperhatikan penampilan diri (baik secara psikis maupun fisik) dan lebih mudah melakukan interaksi sosial dengan orang lain (kutipan).

Beberapa manfaat dari seseorang melakukan hal itu, antara lain, yang menurut saya paling banyak terjadi adalah: melindungi rasa malu, terlihat buruk, atau kehilangan muka; membuat dirinya lebih baik dari keadaan sebenarnya; melindungi dari kehilangan status atau profesi tertentu; dan menimbulkan respon emosional tertentu yang diinginkan. Jadi ya, begitulah salah satu cara seseorang meraih perhatian lingkungan sekitar. Well, saya tidak pernah merekomendasikan hal itu untuk pribadi. Sebagai cermin diri, ini adalah satu hal yang menarik, supaya kita menjadi pribadi apa adanya. Menjadi orang biasa adalah anugerah. Mari kita bersyukur untuk hari ini dan seterusnya.







Senin, 23 Januari 2012

Tahun Baru Imlek


Tahun baru Imlek kali ini istimewa menurut saya. Saya melewatkan malam tahun baru dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Semarang. Sepanjang perjalanan diguyur hujan, katanya sih pertanda rejeki bagus. Saya baru saja menyelesaikan satu event pembukaan pameran Nagadjawi untuk Roemah Pelantjong, tempat saya bekerja di Yogya. Event dalam rangka menyambut tahun baru Cina, yang pada tahun ini dinaungi shio Naga air. Saya sangat bersyukur bisa bekerja dalam teamwork yang menyenangkan, dengan pemimpin hebat. Dan lagi, sesampai di Semarang saya juga sangat senang berkumpul bersama keluarga.

Satu hal lagi, setelah melewati 2 tahun baru sebelumnya, tahun baru muharram, tahun baru masehi, kali ini saya mendapat rahmat luar biasa. Hal yang selama ini saya tahan, saya hanya bisa diam, akhirnya terbuka, berkat Kuasa Tuhan. Saya kok selalu yakin ya, bahwa berbuat baik itu lebih dari cukup, untuk menghadapi segala masalah. Berpikir, berbuat baik tentu akan mendapat baik. Meski semua harus ditebus dengan kesabaran yang panjang, tetapi toh semua bisa berhasil, alam tak akan diam merespon apa yang selama ini kita ingini itu baik dan benar.

So guys, selamat tahun baru imlek untuk anda yang merayakan. Apapun hikmah tahun baru kali ini semoga menjadi yang terbaik buat Anda. Gong xi fa cai:)

berteman juga pakai hati


Dalam pergaulan, ada orang yang punya teman sangat banyak, tetapi ada pula yang sedikit teman. Biasanya seseorang memiliki teman banyak karena ia ramah, mudah bergaul, pintar, jujur, dan apa adanya. Ia juga tidak pilih-pilih teman. Satu sisi, apabila ada orang yang cenderung dijauhi teman, biasanya karena ia menjengkelkan, suka berbohong, sombong, dan pilih-pilih teman. Itu beberapa rumus dalam pertemanan.

Jauh dari hal itu, berteman itu juga memakai hati. Bagaimana kita bisa peka terhadap kesedihan teman, ikut bersuka ria ketika teman mendapat promosi, dan bisa bekerjasama dalam teamwork. Sepertinya mudah ya? Tetapi dalam realisasinya banyak hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam pertemanan. Salah satu contoh adalah karena ego. Ia ingin terlihat menonjol di antara teman yang lain. Apalagi kalau itu dilakukan dengan segala cara, termasuk sampai menyakiti hati teman yang lain. Well, ini tentu garis yang sangat membahayakan, sebaiknya waspada sebelum anda ditinggalkan teman-teman.

Mengapa harus memakai hati? Tiap-tiap kita dianugerahi perasaan yang peka terhadap masalah sekitar. Apabila teman sedang bersedih, tak ada salahnya kita turut bersimpati, dengan memberikan pelukan misalnya. Atau sekedar mendengar keluh kesahnya. Demikian pula ketika teman mendapat simpati berlebih dari orang lain. Sebaiknya dukung selalu dan waspadai lingkungan sekitar. Bukannya malah iri dan mencoba terlihat bisa lebih menonjol dan menarik perhatian dari si teman itu. Kalau kita punya kemampuan lebih, mungkin akibatnya bisa baik. Tetapi kalau sebaliknya? Bunuh diri kan? Lebih baik cari tahu mengapa si teman bisa menarik perhatian orang lain, apakah karena kejujurannya, kepintarannya, atau hal lain? Tidak perlu iri, karena tiap-tiap kita dianugerahi talent yang luar biasa dari Tuhan. Be your self.


Rabu, 18 Januari 2012

Style


Apakah Anda termasuk orang yang memperhatikan "gaya"? Gaya dalam hal ini meliputi cara berpakaian, berbicara, menulis, makan, dan lainnya. Saya hanya ingin berpendapat saja untuk kasus ini. Menurut saya, 'gaya' itu salah satu hal penting yang bisa mencerminkan karakter seseorang. Maka tak heran kalau orang dengan sekian banyak pengalaman bisa berubah dalam hal 'gaya' ini.

Prie GS, seorang budayawan dan motivator dari Semarang, dalam paparannya, waktu saya mengikuti acara gathering salah satu perusahaan sebelumnya begitu kebingungan dalam menentukan cara berbusana, tiap ia diminta menjadi pembicara di depan ratusan karyawan perusahaan ternama. Ia merasa memakai apapun seolah tak pantas, membuatnya tak percaya diri. Sampai kemudian ia menemukan 'style' berbusana, yaitu batik atau segala baju berwarna hitam. Motivator lain, Kafi Kurnia si anti marketing merasa nyaman dengan memakai jeans dan t-shirt. Baginya 'style' seperti itu cukup membuatnya confident dan memiliki identitas. Dari beliau pulalah saya mendapat ilmu bahwa menentukan 'style' menjadi satu hal yang baik dan membuat harga jual kita menjadi meningkat.

Pada diskusi ringan dengan jurnalis dari luar negeri, saya mendapat pencerahan pula dalam hal ini. Ternyata di sana, training yang diberikan untuk jurnalis, dan merupakan hal penting adalah cara berbusana. Di Indonesia mungkin itu menjadi hal yang disepelekan, tetapi di luar, cara berpakaian bisa menentukan tingkat sosial, penghargaan terhadap lawan bicara, dan sudut pandang yang positif. Ia mengatakan bahwa cara berbusana jurnalis minimal harus sepadan dengan narasumber. Setingkat lebih tinggi, malah lebih baik.

Well, dalam lingkungan kerja pun, cara berbusana menjadi salah satu faktor seseorang itu mendapat penilaian cukup baik atau tidak. Even kita berseragam, menentukan 'gaya' sendiri menjadi salah satu indikasi seseorang itu 'berbeda', istimewa, tidak kreatif, atau biasa-biasa saja. paling tidak, dengan tampil bergaya, orang lebih dahulu akan memperhatikan kita dari pada orang lain bukan? So silahkan bergaya nyentrik, sopan, rapi, unik....create your own style.

Senin, 16 Januari 2012

be nice or leave


Menjadi orang baik saja banyak tak disuka, apalagi menjadi jahat. Itu kalimat untuk menggambarkan betapa banyak ketidakpuasan di dunia ini. Kadang kita sebal melihat kelakuan teman yang sering membuat ulah, mengecewakan dan bahkan tega memfitnah kita. Tetapi di sisi lain, ada orang berbuat baik tetap saja kena salah, dicaci sana-sini, dianggap mencari muka, dan lainnya. Jadi apa sih mau orang sebenarnya?

Saya menulis ini juga hanya sebagai perenungan pribadi, persoalan ada yang merasa tersentil atau setuju, sok atuh, tidak masalah. Bahwasannya ketika kita sedang mencoba menjadi orang baik, bukan tidak mungkin malah lebih banyak godaan yang bisa menggoyahkan niat itu. Fokus, menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Biarkan saja orang sirik terhadap kita, yang penting niat baik akan berujung baik, itu keyakinannya. Apakah itu bermanfaat buat orang lain? Well, tak perlu jauh mengukurnya dengan pencapaian orang lain, mending konsentrasi kepada diri sendiri, sudahkah itu bermanfaat bagi diri sendiri? Karena semua akan terpusat dari diri sendiri dahulu, baru ke orang lain.

Kalau mau diukur, dengan ada resiko tak disuka orang ya mending untuk berbuat baik kan? Selain memancarkan energi positif, itu juga baik untuk diri sendiri. Bawaannya kalau kita positif akan lebih tenang, kalem, tidak terburu-buru, menjadi enak dilihat, berpengaruh positif pula bagi orang sekitar. Sebaliknya kalau kita terlihat gelisah, tak tenang, menyembunyikan sesuatu, bisa membuat insomnia, sesak nafas, sakit perut, gemetar, hingga darah tinggi. Oh no!

Minggu, 15 Januari 2012

imagine



Mentor, guru, motivator, boss, sekaligus sahabat saya Kafi Kurnia sering mengatakan bahwa imajinasi itu lebih penting dari ilmu pengetahuan. Saya sangat mempercayai hal ini, karena beberapa kali terjadi dalam kehidupan pribadi saya. Beliau senantiasa berpesan supaya jangan malu-malu berimajinasi tentang apapun, karena di situlah sumber ide yang akan mengubah dunia. Wow!

Teman saya pernah mengatakan bahwa saya seorang yang imajiner, pekerjaannya berimajinasi terhadap sesuatu. Sampai dengan berseloroh ia mengatakan bahwa pasanganpun bagi saya adalah tokoh imajiner. Haha....ini sih tak benar sepenuhnya, hanya bagian tertentu saja.

Dalam film-film kartun apapun terlihat lucu dan menarik, karena imajinatif. Bayangkan dalam kartun Tom and Jerry misalnya. Tom bisa membentur tembok, menjadi pipih, kemudian hidup lagi, berkelakar, jatuh lagi, seolah nyawanya rangkap tujuh. Toh itu menjadi suatu hal yang sangat menghibur dan tontonan menjadi terkenal di saentero dunia. Kemudian bagaimana orang berimajinasi menciptakan panggung pertunjukan raksasa yang begitu megah, spektakuler, ketika menjadi kenyataan, betapa seluruh dunia dibuat ternganga kagum tak berujung. Pada sebuah kegiatan event organizer, imajinasi sangat penting. Bagaimana kreativitas seorang pemilik ide menjadi kemasan pertunjukan yang membuat orang tersihir dan tak terlupakan. Apalagi ketika ide tersebut tidak dimiliki orang lain.

Lalu bagaimana memunculkan imajinasi? Banyak membaca, melihat, bergaul, menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh kita supaya imajinasi jalan. Tanpa itu, daya kreativitas kita akan tumpul, mentok sampai di situ saja. Dan satu hal lagi, mengadopsi kreativitas orang lain itu sah, asal lebih baik, dan jujur. Hukum yang tak boleh dilawan adalah mengakui karya orang lain menjadi karya kita, karena ini justru akan menjadi boomerang. Don't do it.

selamat datang cinta


Tahun baru identik dengan serba baru, baik itu semangat, potongan rambut, resolusi, harapan, hingga pasangan. Saya tak mau ambil pusing apakah ini terbawa euforia atau tidak, yang jelas sesuatu yang baru apalagi lebih baik, itu lebih penting. Terkesan curcol sih. But anyway, Saya bersyukur dengan kehidupan di tahun 2011, dengan segala suka dukanya. Baik dalam kehidupan karir, persahabatan, hingga percintaan. Mempertahankan suatu hubungan yang semu itu menyakitkan, teman. Karena itu saya memilih menghentikannya, membuka asa baru. Entah kebetulan atau tidak, tetapi tahun baru 2012 menjadi begitu bermakna bagi saya.

Saya menjadi lebih bahagia sekarang. Seperti pepatah bilang, manusia diberi ujian sesuai kemampuannya. Memang awalnya terlihat begitu berat. Tetapi toh bisa juga. Saya kok menjadi lebih bersemangat untuk berbuat lebih baik saja. Apapun resiko yang ditimbulkan, intinya satu, baik itu tetaplah baik dan akan mendapat baik.

Dalam berhubungan dengan teman, tak jarang gosip miring lebih banyak disukai daripada kabar baik dari seorang kawan lama. Begitu kabar satu kalimat negatif ke luar dari satu mulut, langsung menyebar seperti virus, begitu cepatnya. Tetapi apa kabar dengan berita baik? Kebanyakan orang iri, memilih tidak menyebarkan berita itu. Berita negatif lebih banyak disuka.

Banyak media memberikan informasi kerusuhan, korupsi, kebohongan, perceraian, kebanyakan bercitra negatif. Ah please....kalau kita tidak mengimbangi dengan segala sesuatu yang positif, energinya akan selalu seperti itu. Come on media, kalian bisa bersuara positif, baik, untuk kebaikan ini. Kalau memang ada fakta negatif, pastilah ada solusi. Yuk ah jangan beri masyarakat pembaca satu pilihan. Cover both side itu wajib hukumnya. Seperti dalam hidup kan? Ada hitam dan putih.

Maka dari itu, mumpung tahunnya masih baru, masih awal bulan. Nggak ada salahnya dari sekarang mencoba balance. Kalau banyak orang berprasangka negatif, mari kita lawan dengan selalu berpositif thinking. Banyak orang benci? Cinta itu lebih powerfull, menghidupkan, menyenangkan, menggairahkan. Betul? So...love and peace itu kekuatan super. God Bless You :)

nyaman atau tidak?


Dalam perbincangan di manapun, kalau menyoal jender pasti akan menjadi perdebatan yang panjang. Even ketika ngobrol ringan sambil ngopi. Memang sih, faktanya sampai sekarang hal itu masih menjadi hal menarik. Supaya tidak salah kaprah, mari berpikir secara sederhana sajalah.

Saya sendiri tergabung dalam keanggotaan Koalisi Perempuan Indonesia, organisasi massa yang menyosialisasikan isu kesetaraan jender. Di dalamnya banyak divisi yang kesemuanya tentu saja berjuang dalam ranah penyetaraan perempuan dan laki-laki. Sepertinya terlihat radikal ya? Well, silahkan saja bebas berpendapat.

Dari dulu saya mencontohkan simpel saja. Setara itu apabila kita merasa nyaman dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, saya punya pasangan yang super sibuk, pada saat itu aktivitas saya sedang biasa-biasa saja. Tak ada salahnya kok ketika ia pulang kantor, saya yang menyiapkan secangkir teh manis untuknya. Saya nyaman? Iya. Ia? Tentunya. Sebaliknya, ketika saya menjadi mahasibuk, sementara ia hanya ongkang-ongkang kaki, baca koran, apa saya juga masih perlu menyiapkan makan malam untuknya? Oh no. Saya mulai tidak nyaman dengan hal ini. Saya akan merasa sangat nyaman apabila ia datang, membawa makan malam. Hehehe....

Apakah perempuan harus bisa masak? Jawabannya tidak harus, kalau itu membuat Anda merasa tidak nyaman. Tetapi kalau Anda suka memasak, why not? Di luar negeri tak hanya perempuan kok yang pintar memasak, laki-laki lebih jago bahkan. So, ini hanya masalah sudut pandang saja. Kalau di antara pasangan sudah merasa tak nyaman melakukan pekerjaan domestik, ini namanya tidak setara.

Itu beberapa contoh saja, masih banyak lagi contoh lain.

Kamis, 12 Januari 2012

love n fam


Waktu masih sekolah dasar, beberapa kali saya mengetahui pertengkaran kedua orang tua saya. Mirisnya, saya menjadi ketakutan, seolah akan melihat mereka tak bersama lagi kemudian. Hingga pernah saya menangis memeluk ibu dan mengatakan," Ibu, kalau ada apa-apa dengan kalian, saya ikut ibu saja. Saya nggak mau ikut bapak." Ibu saya dengan bijak dan teduh menjawab,"Nak, ibu juga bisa saja salah. Begini, kamu coba ngobrol dengan ayahmu melalui surat. Bilang kalau kamu tidak mau ini terjadi." Setelah itu saya pun mengambil pulpen dan secarik kertas. "Pak, saya takut kalau Bapak dan Ibu bertengkar terus. Saya nggak mau seperti ini. Saya ingin, keluarga kita seneng, tidak ada pertengkaran. Saya sama adik takut."

Selang sehari kemudian kedua orang tua saya sudah berbaikan.

Saya begitu salut dengan sistem komunikasi yang ibu ajarkan. Pada jaman itu belum ada telepon rumah, TV juga standard, keadaan yang begitu sederhana. Tapi bagi saya, didikan yang ibu lakukan kepada saya. Luar biasa.

Senin, 09 Januari 2012

marah elegan?


Saya menulis ini karena terinspirasi dari status facebook teman yang motivator, Sigit Risat. Menurutnya 'marah' adalah cara mudah untuk memperlihatkan ke semua orang. Inilah aku yang belum mampu mengendalikan ego. Iseng-iseng saya pernah juga membaca status facebook, twitter, atau bbm teman. Ada yang bahagia, marah, dan sedih. Biasanya kalau mereka marah tak jarang menuliskan kata-kata sumpah serapah, dengan tanda baca yang over, memperkuat kesan marah. Dan kesan saya, kebanyakan itu negatif.

Marah itu boleh, siapa sih yang tak pernah marah? Tetapi bisa kan dikontrol? Alangkah tersiksanya apabila kita tidak boleh marah, harus selalu jaim? Saya pernah ngobrol dengan teman, tentang cara marah secara elegan. Hahaha.....sepertinya sulit ya? Tapi tidaklah begitu. Menurut saya pribadi, marah itu sangat dianjurkan, tetapi ada aturan main. Silahkan anda menghujat sepuasnya diri anda atau orang yang anda tidak suka, tetapi cukup pada ranah pribadi. Ketika itu terpaksa dimunculkan ke publik, istilahnya menjadi tidak 'marah' lagi, tetapi lebih kepada 'sikap'. Ini akan lebih positif. Mengapa? Karena pertama, kita akan lebih dahulu berpikir, benarkah tindakan yang sudah saya lakukan? Perlukah ini dievaluasi? kedua, pernyataan 'marah' elegan anda akan menjadi setingkat lebih ber-value sehingga sasaran kemarahan anda akan menjadi sadar dan mengikuti pola pikir anda. Bukan malah balik mencerca, atau bahkan bisa lebih murka dari marahnya Anda.

out of the box


Thinking out of the box. Kalimat ini sangat mudah dibaca, dipahami, tapi tak semua orang bisa menerapkan. Dalam masalah apapun sering kita terbuai, larut dalam persoalan, sehingga lupa konteks masalah. Padahal kalau dilakukan, impactnya sungguh luar biasa.

Misalnya ketika kita putus cinta. Seolah dunia gelap, pikiran berat, tak ada orang yang memiliki masalah seberat apa yang kita punya. Pacar selingkuh, padahal kita sudah berkorban mati-matian mempertahankan hubungan. Well, kalau kita berani berpikir ke luar dari kotak, kita akan paham dan lebih bersyukur. Masih untung kita putus ketika masih dalam suasana pacaran. Coba kalau sudah terikat pernikahan? Tentunya akan banyak lagi hal yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan. Stereotype, keluarga, urusan administratif, hingga gono-gini. Tetapi kita juga tidak bisa mengadili seseorang yang terpaksa bercerai, karena ia belum tentu lebih buruk dari kita. Tiap orang punya masalah sendiri-sendiri, yang akan bisa diselesaikan sesuai kemampuan masing-masing.

Demikian pula dalam masalah pekerjaan. Teamwork yang belum berjalan maksimal, unsur like dan dislike sering menjadi problem klasih, baik dalam tataran pekerja pemula ataupun senior. Lagi-lagi, meningkatkan kemampuan bisa dilakukan dengan tidak hanya berpikir dalam ranah internal saja bukan? Yang terpenting dilakukan adalah bekerja dengan benar, target tercapai, jujur. Apapun rewards yang didapat serahkan pada yang berwenang. Yang berwenang tidak membuka mata? Di atas langit masih ada langit. Langkah pertama sudah benar, tidak ada alasan untuk menodai langkah berikutnya dengan keburukan.

kamuflase


Ada satu teman, pencitraan dirinya begitu hebat, sehingga orang melihat ia sebagai sosok yang kuat, potensial, dan mampu. Di satu sisi saya pernah memiliki pengalaman yang membuat saya mengerenyitkan dahi. Sosok yang begitu kuat itu akhirnya saya pahami sebagai manusia biasa, yang tak luput dari banyak kekurangan.

Mungkin banyak sebagian dari Anda yang pernah memiliki pengalaman serupa dengan saya. Bahkan sikapnya bisa menjadi bumerang bagi pencitraan yang diciptakan di media, di social media, dan lainnya. Bagi saya kok sederhana saja. Menjadi diri sendiri itu jauh lebih bermartabat, dari pada menjadi orang lain yang dikagumi. Toh, semua sadar bahwa rumus manusia adalah ketidaksempurnaan.

Sabtu, 07 Januari 2012

sabar itu syukur

Sering ada ungkapan orang sabar disayang Tuhan. Klasik bukan? Tapi hingga sekarang toh kalimat itu masih relevan dan bahkan benar adanya. Dalam berteman, tentunya banyak pergeseran pendapat terjadi, bisa menimbulkan pertengkaran. Ketika kita bercerita kepada sahabat, tak jarang mendapat masukan supaya kita lebih bersabar. Ya, itu pemaknaan untuk lebih bersyukur. Melihat permasalahan sebagai suatu proses pendewasaan diri. Toh sudah ada rumus bahwa Tuhan menciptakan masalah sesuai kemampuan hamba-Nya. Kita akan naik kelas apabila bisa melewati masalah yang ada.

Apakah kita sudah cukup bersabar? Kata orang, sabar itu tidak ada batasnya. Jadi kalau kita sudah mentok dan merasa kesabaran sudah habis, artinya kita belum cukup bersabar. Lalu sampai kapan? Ya itu selamanya akan menjadi proses. Sampai hidup berakhir.

Kamis, 05 Januari 2012

Anda dan Bahasa


Entah apa karena saya pernah kuliah di ilmu bahasa, sehingga sampai saat ini sering menilai sesuatu dari kata-kata seseorang, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Waktu saya SMA, guru Bahasa Inggris saya mengatakan bahwa saya adalah salah satu siswa yang sering ngawur dalam menjawab pertanyaan, tetapi ironisnya, jawaban ngawur saya itu betul. Itu karena guru saya sangat paham, saya memahami bahasa bukan sebagai ilmu, tetapi perasaan, budaya, manusiawi. Karena tiap saya selesai menjawab dan ditanya alasannya mengapa, saya pasti tidak bisa menjawab. Saya memang sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, karena di dalamnya ada banyak hal yang bisa saya pelajari, ada sastra, ada teknik penulisan efektif, dan sebagainya.

Kemudian saya pernah bertemu dengan seorang tokoh pendiri Jawa Pos. Waktu itu saya berada di stasiun kereta dan sedang membaca jurnal buruh produksi kakak kuliah saya. Ternyata ia diam-diam mengamati gerak-gerik saya. Hingga kemudian saya tersadar bahwa ada orang yang memperhatikan saya. Bapak itu menanyakan asal kuliah saya. Baru kali itu saya mendapat penilaian luar biasa, bahwa kuliah di fakultas bahasa adalah keberuntungan yang maha dahsyat. Di Indonesia ini salah satu masalah, menurut si Bapak, adalah cara berbahasa yang kurang benar. Banyak orang tidak menguasai bahasa dengan baik, sehingga keliru dalam menyampaikan maksud. Padahal dengan penguasaan kosa kata, kita bisa menguasai dunia. Contoh nyata adalah, betapa orang terpukau dengan pidato proklamator RI Bapak Soekarno. Masih jelas terngiang pidato Obama yang begitu pasti, meyakinkan, sehingga menang dalam pemilihan presiden. Kuncinya ada di bahasa, ada di penguasaan kosa kata.

Jadi, kita bisa menilai seseorang (salah satunya) dari gaya dalam bertutur kata, menulis surat, mengetik email, hingga update status BBM, facebook, ataupun twitter. Apakah ia sudah cukup terlihat matang, kekanak-kanakan, atau abu-abu. Tanda seru, titik, koma, adalah atribut yang bisa mencerminkan apakah seseorang sedang marah, sedih, atau meracau tak jelas. Ini jelas, ilmu dasar yang sudah pernah kita pelajari waktu sekolah dasar. Karena itu, ada baiknya sejak sekarang, mari memanfaatkan kosa kata sesuai fungsinya.*

Rabu, 04 Januari 2012

Djogdjakarta Slowly Asia (2)


Kalau kebetulan anda berkunjung ke Djogdjakarta dan penasaran dengan slogan ini, sangat disarankan untuk mampir ke Roemah Pelantjong, jl. Magelang km8 nomor 89 Sleman. Di sinilah anda akan dengan sangat mudah mendapat gambaran mengenai Djogdjakarta Slowly Asia. Roemah Pelantjong adalah swalayan wisata pelan pertama di dunia yang diproklamirkan pada 18 Juni 2011 dan membaptiskan Djogdjakarta sebagai ibu kota terpelan di dunia.

Di Roemah pelantjong anda bisa menemukan berbagai produk dengan cerita yang terkandung di dalamnya. Begitu sampai di areal parkir, anda akan masuk di wilayah slow zone. Pengunjung akan berhenti sejenak menikmati lukisan (mural) yang mencerminkan budaya filsafatis Djogajakarta. Di bagian kanan terpampang jelas berbagai produk seni berupa keris, batik, dan lainnya sebagai simbol 'pelan'. Begitu anda satu langkah ke dalam, tersedia beragam oleh-oleh yang dinamai tanda mata. Berbagai jenis makanan dengan teknik pembuatan serba pelan ada di sini, khas Yogyakarta, seperti kecap, bakpia, sirup, cokelat, sarsaparila, hingga beragam wedang. Semuanya bisa anda bawa pulang untuk oleh-oleh.

Pojok Sukribo merupakan alternatif lain bagi anda yang suka sentilan-sentilan halus, tapi nyengit. Kegelisahan tokoh kartun Sukribo tentang kondisi negeri, perilaku pejabat, dan lainnya. Semua terwujud dalam produk kaos dan karikatur yang semuanya bisa anda nikmati di sini. Pecinta kaos pun dimanjakan dengan berbagai disain dengan tema Djogdjakarta Slowly Asia. Disain yang unik, asik, keren, gaul, dan bisa menjadi kenang-kenangan berkesan dari kota wisata sarat budaya ini.

Anda capek? Bosan dengan rutinitas hidup? Kini anda bisa rileks dan santai di Repoeblik Nongkrong. Kafe angkringan dengan interior khas Jawa kuna tapi tak lekang dimakan jaman. Bermacam wedang hangat dan minuman dingin siap menemani anda bertemu relasi bisnis, sekedar bersantai, atau ngobrol bersama keluarga. Areal ini dilengkapi dengan free wifi sehingga selain bersantai anda juga bisa tetap lancar menjelajah dunia virtual.

Tentunya masih banyak yang bisa saya ceritakan dari Roemah Pelantjong ini. Tetapi akan lebih afdol apabila anda datang dan menyaksikan sendiri. Selamat datang.......di Djogdjakarta Slowly Asia.

Selasa, 03 Januari 2012

Djogdjakarta Slowly Asia

Beberapa kali kalimat ini santer diberitakan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Sebuah slogan yang unik, membuat orang bertanya, apa sih maksudnya? Saya bisa sedikit bercerita tentang hal ini karena saya sedikit banyak ikut terlibat di dalamnya. Adalah Ismail Sukribo, karikaturis di Mingguan Kompas yang mempunyai ide nyleneh ini. Kemudian oleh Kafi Kurnia, kurator dan CEO Roemah Pelantjong bersama teman-teman di Yogyakarta menyebarluaskan konsep tersebut. Tanggal 18 November 2011 kami melontarkan ide ini melalui workshop dengan para pelaku wisata di Yogyakarta. Tanggapannya beragam, mulai dari yang sangat tertarik menjadikan ide ini menjadi strategi branding, sampai peserta yang masih belum mengerti tentang konsep dasarnya.

Dari berbagai kesempatan berbincang dengan Kafi Kurnia, Ismail Sukribo dan beberapa teman yang lain mengenai Djogdjakarta Slowly Asia, intinya konsep ini lebih menggali pada potensi alamiah yang dimiliki Yogyakarta, yang selama ini begitu terkenal sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia. Begitu banyak budaya, produk, dan kebiasaan yang sudah turun-temurun ada di tanah Ngayogyahadiningrat memenuhi unsur Slow, pelan. Contoh mudahnya adalah seni membatik. Semua orang juga tahu, membatik memerlukan teknik kepelanan yang luar biasa, ketelitian, dan ketekunan. Kalau tidak terbiasa dengan pekerjaan ini, dalam masa sekarang, orang bisa gila, betah berlama-lama hanya mengerjakan batik. Tapi hasilnya? Tak salah, kalau batik akhirnya dinobatkan menjadi salah satu produk luar biasa dari Indonesia.

Di Jakarta, orang terbiasa ke mana-mana naik bajaj dan ojek, dengan kecepatan dan tingkat keselamatan seimbang. Sehingga ada ungkapan, keselamatan penumpang hanya supir bajaj dan Tuhan yang tahu, saking ngebutnya si tukang bajaj menembus kemacetan, mengambil jalur pintas dengan sembarangan, dan lainnya. Di Yogyakarta? Begitu santai orang bersepeda kumbang, menikmati perjalanan dengan andhong, becak.....wow....santai....rileks....pelan...so slow.

Angkringan. Trend ini menjamur di Yogyakarta. Orang santai nongkrong di warung sederhana (angkringan), merokok, ngobrol ngalor-ngidul tak ketahuan jluntrungnya (ngobrol tak tentu arah), bisa sampai larut malam hingga dini hari. Teman saya mengatakan bahwa di Yogyakarta seolah waktu sangat bersisa. Di kota lain orang mengeluhkan waktu begitu cepat, sampai sulit mengaturnya antara keluarga, relasi, dan sebagainya. Di Yogyakarta? Waktu tidak ada yang sia-sia, semua berjalan begitu pelan......bisa dinikmati....sampai turah-turah (lebih-lebih). Apapun bisa dilakukan dengan kenikmatan yang sangat dahsyat. (bersambung)

memilih pelan


Pelan itu alon dalam Bahasa Jawa. Mlakune alon-alon wae, tinimbang kesusu mengko malah nabrak (jalannya pelan-pelan saja, daripada terburu-buru nanti malah nabrak). Beberapa orang mengartikan pelan identik dengan lambat. Kalau mau mencerna lebih dalam lagi, sebenarnya berbeda. Pelan itu mengerjakan sesuatu dengan syukur, merasakan nikmat, teliti, dengan hati. Kalau lambat lebih berarti menunda-nunda waktu, lama, malas, sesuatu yang bermakna negatif.

Contoh lain yang biasa saya alami, tentang memilih jalan waktu berangkat ke kantor. Satu jalan lebih dekat, tetapi banyak polisi tidur. Saya memilih jalan lain yang lebih jauh, tetapi bebas hambatan. Selama perjalanan saya merasa nyaman, tidak ada gangguan, menikmati kiri kanan jalan begitu indahnya. Satu hal lagi, saya bisa mendengarkan musik di sepanjang perjalanan dengan lebih lama, dan itu merileks-kan, menambah inspirasi untuk pekerjaan.

Kemudian ketika ada teman yang ngebut ketika mengemudi, saya berpikir, toh waktu tempuhnya dan saya tak jauh beda. Jadi mengapa harus terburu-buru menginjak rem mendadak? Menekan gas kencang dan menghentikannya mendadak? Dibanding dengan menyetir kalem, menikmati indahnya hari, bersyukur, tersenyum di perjalanan?

Senin, 02 Januari 2012

menjadi pribadi yang matang


Menjadi dewasa merupakan sebuah proses. Ini kalimat klasik, yang memang benar kenyataannya. Sebagian dari kita berproses, dari ketika kita lahir sebagai bayi, berkembang menjadi anak-anak, hingga dewasa. Tapi tak jarang, sering kita jumpai pola pikir anak-anak masih terpatri saat seseorang menjadi tua. Maka menjadi renungan lagi ketika ada kalimah, menjadi tua itu pasti, dewasa itu pilihan.

Beberapa teman bisa menjadi sangat dewasa, demikian pula sebaliknya. Contoh, dalam menghadapi satu masalah. Sebut saja namanya Holy, ia menjadi begitu ekspresif, ingin seisi dunia tahu permasalahannya. Semakin banyak orang bersimpati, kian ia merasa sebagai bintang. Tetapi ada Lani, menghadapi masalah selalu dengan senyum, betapa pahit yang ia rasakan. Baginya, kesedihan dan kebahagiaan adalah dua sisi mata uang, sangat biasa dalam kehidupan ini. Ia cukup berbagi hal, apabila itu dirasakan mendatangkan manfaat bagi banyak orang, bukan sekedar mencari perhatian, yang berujung pada stereotype negatif tentang pribadinya.

Memang pribadi orang tak sama. Menjadi matang juga melalui banyak proses, banyak faktor. Apapun itu, inilah warna-warni dunia. Pilihan adalah hidup.*

Lomba Foto Nagajawi 2012


Dear All,

Menjelang tahun baru Imlek 2012, Roemah Pelantjong mengadakan lomba foto Nagajawi untuk umum. Peserta sila mendaftar melalui Roemah Pelantjong, jl. Magelang km9 Yogyakarta, tlp. 0274.869676. Biaya pendaftaran 85 ribu rupiah, including t-shirt Djogdjakarta Slowly Asia dan ID Card. Acara rally foto akan dimulai pada 7 Januari 2012, Pukul 08.00 WIB di Roemah Pelantjong. Dari lomba ini akan dipilih 10 finalis, karyanya akan dipamerkan selama sebulan penuh di Lentoer Galerry dalam rangkaian acara Pameran Nagajawi (lukisan, foto, aksesoris, batik, sutera, merchandise, makanan, and more).