Minggu, 16 Oktober 2016

Workshop Presenter 28 Oktober 2016

Anda bercita-cita menjadi presenter? Atau dari kecil sempat terkagum-kagum dengan presenter yang membawakan acara di TV atau radio? Kok bisa ya mereka lancar berbicara tanpa gugup? Perlukah sekolah dulu atau bisakah belajar otodidak? Di mana sekolahnya? Haruskan melalui perguruan tinggi atau cukup hanya lulusan sekolah menengah dan kejuruan? Aha! Di era internet seperti sekarang belajar bisa di mana saja dan kapan saja. Ada youtube yang menayangkan bagaimana belajar public speaking, berbahasa inggris, dan lainnya. Tapi tak jarang ada yang merasa lebih afdol kalau benar-benar bisa bertatap muka dan belajar dengan sang ahli. Anda termasuk yang mana?

Peserta Broadcast Class Angkatan III

Saya bersama broadcaster berpengalaman Shanty Rosalia dan team sebagai pelaku di media radio dan sebangsanya bekerjasama dengan 98.5 Up Radio akan menyelanggarakan Workshop Presenter pada Jumat, 28 Oktober 2016, mulai Pukul 15.00 WIB sampai selesai di Semarang. Di sini peserta akan mengetahui bagaimana cara menjadi presenter, menjadi presenter yang baik sampai apa saja sih suka duka menjadi presenter? Nah kalau Anda berminat silahkan saja telepon Nanda/ Pungky setiap hari kerja di 024 8441480 atau email: broadcastclass.info@gmail.com.

Di workshop ini Anda akan bergabung dengan banyak teman baru yang terdiri atas berbagai profesi dari mahasiswa, anak sekolah hingga profesional. Peserta akan mendapat sertifikat, snack, dan sarana pelatihan yang nyaman. Serunya lagi nanti akan dipilih satu peserta terbaik yang akan mendapat cashback 400.000 untuk ikutan Broadcast Class. Makanya selama workshop, Anda harus antusias dan aktif. Ayuk bergabung dan siap-siap menjadi presenter cakap dan berkelas!

Jumat, 14 Oktober 2016

Mimpi

Ini saya tulis setelah semalam bertemu dengan teman di cafe. Ia punya mimpi besar. Saya sebagai teman ikut terbawa semangatnya dan kagum dengan keberaniannya. Sebagai seorang pemuda yang punya banyak prestasi dan berjiwa entrepreuneurship, saya sangat percaya mimpinya bisa terwujud. Beruntung sekali saya punya beberapa teman seperti itu. Yang pasti keberadaannya sangat membantu ketika saya sedang tak bersemangat atau butuh teman diskusi. Masukan-masukannya bisa saya pahami dan membuat saya bangkit untuk lebih bersemangat lagi.

Lalu salah satu kesimpulan dari pembicaraan kami kira-kira seperti ini. Tiap orang berhak bermimpi, setinggi-tingginya, sebesar-besarnya. Dalam pelaksanaannya teman kita akan terbagi menjadi 2 kelompok: 1 kelompok mendukung mimpi dan kelompok lain menghambat mimpi kita. Pada akhirnya kita akan berterima kasih kepada keduanya, karena justru itu yang membuat mimpi kita terwujud. Pernah punya pengalaman sama dengan hal ini? Toss!



Saya pernah mengalami hal itu. Ketika kita punya mimpi lalu kita sampaikan ke teman memang ada yang mencibir, tapi ada yang mengamini dan mendukung supaya mimpi kita bisa terealisasi. Barisan pertama ini justru membuat saya geregetan dan membuat saya lebih terpacu untuk segera merealisasikan mimpi. Tanpa cibiran ini mungkin saya akan santai dan tak segera cepat mewujudkan mimpi. Finally ketika mimpi itu tercapai siapa yang akan puas? Tentunya kita sang pemimpi. Dan mimpi itu akan terjadi kalau kita juga niat mewujudkannya. Bukan sekedar bicara, berkoar-koar tanpa konsistensi. 

Pelan tapi pasti, satu langkah demi langkah nantinya bisa kok meraih mimpi itu.