Rabu, 30 November 2016

World Pear Day 2016

Hai kamu penggemar buah pear di manapun berada. Jangan lupa nih ada event seru buat kamu yang ada di Kota Semarang. Pada Sabtu, 3 Desember 2016, Tim Propaganda Alien akan bagi-bagi buah USA pear gratis buat kamu di kawasan Tugu Muda, iconnya kota lumpia tercinta. Selain bagi pear gratis, kamu juga bisa ikutan tuh kuis di Up Radio Semarang, frekuensi 98.5 FM. Follow instagramnya dan dapetin hadiahnya, hanya sampai 4 Desember lho. Seru kannnn?



Selain itu, buat kamu yang belum pernah makan buah pear dari negeri Paman Sam ini, silahkan datang ke Repoeblik Nongkrong, Jl. Sri Rejeki I/ 15 Kalibanteng, Semarang di hari Sabtu, 3 Desember 2016. Kamu bisa rasakan aneka makanan yang disajikan dengan nuansa dan rasa buah pear. Kurang apa lagi coba. Kamu bisa selfie, upload dan mention ke IG @upradiosmg dan @repoebliknongkrong biar kans untuk mendapatkan uang tunai bisa besar banget. Mau kan? Upload gaya kamu yang paling seru dan kreatif ya? Jangan lupa hastag #worldpearday #world🍐day #pearupindonesia di tiap postingan kamu.



Cerita juga pengalaman kamu yang paling unik mengenai buah pear ini. Silahkan komentar di sini atau upload saja opini kamu dengan mention di Instagram @UpRadioSmg dan @repoebliknongkrong yaaaa................. KEEP CALM and HAVE A PEAR. Pear UP Indonesia. Don't Miss It! USA Pear 2016 World Sampling Day - 3rd December 2016.



Senin, 14 November 2016

Obrolan Cafe: Intonasi dalam Berbicara

Dalam setiap kesempatan ketika berada di coffee shop, tidak sengaja saya mendengarkan obrolan beberapa costumer. Mereka datang dari berbagai kalangan, antara lain mahasiswa. Mereka sering belajar kelompok, berdiskusi, melakukan perekrutan anggota hingga rapat organisasi. Meskipun pada awalnya tak ada niatan mencuri dengar pembicaraan, mau tak mau telinga saya, dengan posisi duduk di kursi meja sebelahnya, otomatis merekam pembicaraan mereka. Kira-kira beginilah rangkuman rekaman saya.

ngobrol di Repoeblik Nongkrong coffee shop


1. Mereka berbicara minim intonasi. Beberapa orang berbicara ngotot, istilah kekiniannya ngegas terus tanpa memainkan kopling. Terbayang kan apabila kita menyetir mobil dalam posisi ngegas terus. Apa yang terjadi? Nabrak? Panik di tikungan? Dan hal-hal semacam itulah yang akan mereka alami. Padahal kalau mereka agak cooling down, memainkan intonasi dalam penyampaian materi, akan lebih enak didengar. Dampaknya orang akan mengamini pendapat, paling tidak memahami apa yang disampaikan dengan perasaan enak dan tidak berpacu dalam kegugupan karena penyampaian yang ngegas tadi.

2. Lemah artikulasi. Lagi-lagi ini masalah sebagian orang ketika berbicara di depan publik. Pembicara menyampaikan materi dengan artikulasi lemah, membuat pendengar tak hirau dengan apa yang disampaikan. Tak jarang audience bertanya ulang pada teman di sebelahnya,"bilang apa tadi?" Materi bagus yang disampaikan pembicara jadi berkurang nilainya karena penggunaan artikulasi yang tak maksimal.

3. Dominan. Di antara sekian anggota komunitas, hanya beberapa yang dominan berbicara atau menyampaikan pendapat. Layaknya sebuah team, sebaiknya semua harus berbicara. Ini yang sering terjadi di beberapa organisasi mahasiswa. Sebaiknya leader komunitas harus memotivasi anggota yang tak banyak bicara, karena siapa tahu justru ide brilliant datang dari sang pendiam. Sebaliknya, sang pendiam juga harus belajar aktif menyampaikan gagasan, sehingga anggota yang terlalu banyak berbicara tapi kurang memiliki ide cemerlang bisa diminimalisasi.

Itu beberapa catatan saya ketika mendengar obrolan costumer di Repoeblik Nongkrong Coffee Shop. Nanti masih ada catatan saya yang lain. Seperti apa? Tunggu saja :) 

Minggu, 06 November 2016

Workshop Presenter 2016

Akhirnya Workshop Presenter 2016 sudah terlaksana pada Jumat, 28 Oktober 2016 di Up to Cafe, Jl. Sidodadi Timur 24 Semarang. Peserta datang tepat waktu dari pukul 15.00 WIB. Peserta yang datang dengan latar belakang berbeda ini antusias mengikuti acara sepanjang waktu. Ini terlihat dari pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar dari tiap peserta. Seperti apa lebih jelasnya? Yuk ikuti postingan saya berikut ini beserta foto-fotonya.

Riri Novita menyampaikan presentasi Mengapa Perlu Workshop Presenter

Acara dibuka oleh Bp. Zaenal yang merupakan dosen Fakultas Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia UPGRIS. Memiliki latar belakang jurnalistik beliau berkenan sharing tentang pengalamannya menjadi wartawan. Apa saja skill yang harus dipunyai seorang jurnalis, langkah-langkah, tips dan lainnya. Kemudian paparan kedua disampaikan oleh Saya, selaku kepala sekolah Broadcast Class. Mengapa perlu workshop presenter? Karena banyak presenter yang belum memiliki skill memadai. Ini penting dilakukan sebab presenter menghadapi public sebagai pendengar. Apalagi kalau kita berbicara pada ranah radio. Radio menggunakan frekuensi public untuk menyiarkan program. Tentunya ini harus diimbangi dengan materi yang bermanfaat, sebagai wujud tanggung jawab penyiar kepada public. Banyak sekali penyiar yang hanya sekedar bisa siaran tanpa memperhatikan content. Nah, dengan adanya workshop, diharapkan penyiar bisa menerapkan pola tersebut. 
Peserta dan instruktur berpose bersama usai acara workshop

Paparan selanjutnya disampaikan oleh Shanty Rosalia, praktisi penyiaran yang sudah expert di bidangnya. Peserta banyak bertanya mengenai teknik vokal, tips bagaimana bisa lancar siaran, dan banyak lagi. Shanty yang sudah lama sekali menggeluti profesi ini dari menjadi penyiar, marketing, konsultan hingga station manager menjawab pertanyaan audience dengan semangat. Workshop selama sekitar 3 jam menjadi tak terasa karena interaksi peserta dan instruktur terjalin dengan baik. Acara juga diselingi dengan games dan pemberian doorproze kepada peserta.  

Yang pasti seru banget acaranya. Buat kamu yang ketinggalan acara sering-sering saja aktif mention kami di twitter @broadcastclass atau telepon ke 0248441480, email: broadcastclass.info@gmail.com untuk mengetahui agenda acara pelatihan. Kamu juga bisa memberikan usulan atau ide yang relevan dengan penyiaran dan lainnya. Sampai jumpa.