Rabu, 09 November 2011

PERJAKA?


Ini dia novel heboh yang diterbitkan Penerbit AKOER Jakarta berjudul "Perjaka". Selama ini keperjakaan jarang diperdebatkan menjadi masalah serius bagi kebanyakan orang. Sebaliknya, virginitas perempuan sering menjadi pergunjingan negatif di semua kalangan. Novel ini setidaknya menyampaikan satu sisi lain, pengakuan empat laki-laki yang kehilangan keperjakannya secara lucu.

Cerita fiksi tentang perempuan kehilangan keperawanan adalah hal lazim, banyak didengar orang. Kehilangan keperjakaan? Pengakuan lucu, menarik, ganjil, membuat ingin tahu, dan menjadi bahan perbincangan, candaan yang segar sekaligus memberikan kenyataan. Nyata bagaimana perasaan seorang laki-laki pun mengalami kegalauan ketika keperjakaan itu terenggut, dan sebagainya. Penasaran? Baca saja novelnya yang akan diluncurkan pada 18 November 2011, pukul 19.00 WIB di Lentoer Galerry, Roemah Pelantjong, Jl. Magelang km8 Yogyakarta.

Pelan itu adalah...

Pelan yang dimaksud adalah suatu aktivitas nikmat, teliti, penuh kehati-hatian, sehingga menjadikannya mewah. Konotasi kata 'pelan' yang positif. Contoh kegiatan membatik. Mayoritas orang tahu bahwa membatik membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang maha dahsyat. Hasilnya? Satu karya tak ternilai harganya, mahal, artistik, monumental. Aktivitas 'pelan' lain misalnya bagaimana berkendara naik sepeda. Sekencang-kencangnya orang mengayuh sepeda, masih kalah dengan kendaraan bermesin. Selain itu becak dan andong juga menjadi ikon pelan lain yang mencerminkan bahwa berkendara di jalan tidak perlu terburu-buru.

Yogyakarta, kota budaya yang sarat dengan kekayaan sumber daya alam serta kultur unik memiliki sarat layak apabila disebut sebagai salah satu kota dengan dominasi unsur 'pelan' di dalamnya. Bagaimana tidak? Siapapun tahu, keris adalah senjata yang diciptakan empu jaman kerajaan, berasal dari Yogyakarta. Membuat keris memerlukan waktu berbulan-bulan. Bahkan sang empu pembuat keris harus berpuasa untuk mendapatkan hasil keris yang maksimal. Belum lagi bentuk senjatanya yang berulir-ulir, tidak lurus seperti samurai, tentulah membutuhkan keahlian tertentu untuk membuatnya. Membuat keris pun tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru, harus dengan pelan-pelan.

Tarian jawa seperti gambyong, bondan, dan yang sangat terkenal seperti bedaya membutuhkan kepelanan yang maha dahsyat. Cara menarinya halus,lembut, gerakannya pastilah sangat sulit bagi penari pemula, membutuhkan ketelatenan luar biasa.