Jumat, 14 Oktober 2016

Mimpi

Ini saya tulis setelah semalam bertemu dengan teman di cafe. Ia punya mimpi besar. Saya sebagai teman ikut terbawa semangatnya dan kagum dengan keberaniannya. Sebagai seorang pemuda yang punya banyak prestasi dan berjiwa entrepreuneurship, saya sangat percaya mimpinya bisa terwujud. Beruntung sekali saya punya beberapa teman seperti itu. Yang pasti keberadaannya sangat membantu ketika saya sedang tak bersemangat atau butuh teman diskusi. Masukan-masukannya bisa saya pahami dan membuat saya bangkit untuk lebih bersemangat lagi.

Lalu salah satu kesimpulan dari pembicaraan kami kira-kira seperti ini. Tiap orang berhak bermimpi, setinggi-tingginya, sebesar-besarnya. Dalam pelaksanaannya teman kita akan terbagi menjadi 2 kelompok: 1 kelompok mendukung mimpi dan kelompok lain menghambat mimpi kita. Pada akhirnya kita akan berterima kasih kepada keduanya, karena justru itu yang membuat mimpi kita terwujud. Pernah punya pengalaman sama dengan hal ini? Toss!



Saya pernah mengalami hal itu. Ketika kita punya mimpi lalu kita sampaikan ke teman memang ada yang mencibir, tapi ada yang mengamini dan mendukung supaya mimpi kita bisa terealisasi. Barisan pertama ini justru membuat saya geregetan dan membuat saya lebih terpacu untuk segera merealisasikan mimpi. Tanpa cibiran ini mungkin saya akan santai dan tak segera cepat mewujudkan mimpi. Finally ketika mimpi itu tercapai siapa yang akan puas? Tentunya kita sang pemimpi. Dan mimpi itu akan terjadi kalau kita juga niat mewujudkannya. Bukan sekedar bicara, berkoar-koar tanpa konsistensi. 

Pelan tapi pasti, satu langkah demi langkah nantinya bisa kok meraih mimpi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar