Senin, 14 November 2016

Obrolan Cafe: Intonasi dalam Berbicara

Dalam setiap kesempatan ketika berada di coffee shop, tidak sengaja saya mendengarkan obrolan beberapa costumer. Mereka datang dari berbagai kalangan, antara lain mahasiswa. Mereka sering belajar kelompok, berdiskusi, melakukan perekrutan anggota hingga rapat organisasi. Meskipun pada awalnya tak ada niatan mencuri dengar pembicaraan, mau tak mau telinga saya, dengan posisi duduk di kursi meja sebelahnya, otomatis merekam pembicaraan mereka. Kira-kira beginilah rangkuman rekaman saya.

ngobrol di Repoeblik Nongkrong coffee shop


1. Mereka berbicara minim intonasi. Beberapa orang berbicara ngotot, istilah kekiniannya ngegas terus tanpa memainkan kopling. Terbayang kan apabila kita menyetir mobil dalam posisi ngegas terus. Apa yang terjadi? Nabrak? Panik di tikungan? Dan hal-hal semacam itulah yang akan mereka alami. Padahal kalau mereka agak cooling down, memainkan intonasi dalam penyampaian materi, akan lebih enak didengar. Dampaknya orang akan mengamini pendapat, paling tidak memahami apa yang disampaikan dengan perasaan enak dan tidak berpacu dalam kegugupan karena penyampaian yang ngegas tadi.

2. Lemah artikulasi. Lagi-lagi ini masalah sebagian orang ketika berbicara di depan publik. Pembicara menyampaikan materi dengan artikulasi lemah, membuat pendengar tak hirau dengan apa yang disampaikan. Tak jarang audience bertanya ulang pada teman di sebelahnya,"bilang apa tadi?" Materi bagus yang disampaikan pembicara jadi berkurang nilainya karena penggunaan artikulasi yang tak maksimal.

3. Dominan. Di antara sekian anggota komunitas, hanya beberapa yang dominan berbicara atau menyampaikan pendapat. Layaknya sebuah team, sebaiknya semua harus berbicara. Ini yang sering terjadi di beberapa organisasi mahasiswa. Sebaiknya leader komunitas harus memotivasi anggota yang tak banyak bicara, karena siapa tahu justru ide brilliant datang dari sang pendiam. Sebaliknya, sang pendiam juga harus belajar aktif menyampaikan gagasan, sehingga anggota yang terlalu banyak berbicara tapi kurang memiliki ide cemerlang bisa diminimalisasi.

Itu beberapa catatan saya ketika mendengar obrolan costumer di Repoeblik Nongkrong Coffee Shop. Nanti masih ada catatan saya yang lain. Seperti apa? Tunggu saja :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar