Sabtu, 08 Juli 2017

Antri

Barusan saya belanja keperluan dari mini swalayan di dekat kompleks rumah. Sesampai di depan kasir, di belakang saya ada seorang bapak dengan dua orang anaknya berisik tak sabar, padahal di depan saya masih ada antrian. Selesai membayar saya bersama keponakan ke luar. Agak susah mengeluarkan motor karena posisi parkir ada paling depan dan butuh sedikit ekstra tenaga untuk menggesernya. Akhirnya berhasil dan saya menyalakan mesin. Tampaknya lalu lintas sedang ramai sehingga saya menunggu arus kendaraan supaya bisa lewat. Motor di belakang saya membunyikan klakson tanda saya diminta cepat. Spontan saya menoleh, ternyata bapak yang tadi antri di belakang saya. Saya pun kalem dan tetap santai hingga arus kendaraan tidak padat baru jalan. Masa bodoh dengan si bapak itu, antri lah.

Saya malas berdebat dengan orang yang tak tahu etika semacam itu. Masih banyak orang yang tak sabar dan toleransi mengantri. Saya yakin si bapak itu juga masih punya waktu untuk lebih bersabar menunggu sesuai antrian, karena kedua anaknya bercanda ceria, tak ada kesan ada keluarga yang sedang sakit atau butuh bantuan segera. Kalau toh pun itu terjadi ia bisa bicara dan permisi dengan baik-baik kan? Sering pula ketika belanja, ada saja yang nyelonong menerobos antrian. Lha memangnya yang sedang mengantri di depannya juga tidak ingin segera pergi dari tempat itu apa? 

Sudah banyak cerita bahwa kelemahan orang Indonesia ada pada kelakuan negatif seperti ini. Sebagai tempat yang punya potensi pariwisata besar, sudah seharusnya kita berbenah dan tertib, supaya mendapat pengakuan dari negara lain, bahwa kita juga berbudaya luhur. 

Waktu di bandara Narita Jepang, di depan saya ada sekitar 7 orang sekeluarga asal Indonesia yang membeli minuman melalui mesin. Mereka berkerumun di depan mesin tanpa sadar ada seorang ibu warga negara Jepang mengantri di belakang mereka dengan sabar. Alih-alih mereka segera beranjak, malah sibuk berdebat dengan keluarga tentang minuman apa saja yang akan dibeli untuk menghabiskan kartu pasmo mereka --karena masih sisa banyak, sementara mereka harus segera boarding ke Indonesia--. Satu orang membeli hingga 5 botol minuman. Hello........memang itu muat semua saat itu juga di perut? Mengapa mereka tak bisa merasa cukup? Malu-maluin

Pasti Anda punya cerita lain tentang budaya antri ini. Banyak ngeselin ya? Semoga nanti pada banyak yang sadar dan kalau memang parah sampai nyelonong tak segan saya mengeluarkan suara berat dan tegas," Antri dong!"

Selamat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar