Rabu, 07 Maret 2012

Ikuti ke mana arah angin?


Pernah mengikuti arah angin? Lebih enak mana perbandingannnya? Mengikuti atau melawan arah angin? Lebih mudah pasti kalau kita berjalan mengikuti arah angin, jalan menjadi enteng, terbantu hembusannya, lebih nikmat, lancar. Kalau melawannya, tentu sebaliknya, langkah kita menjadi lebih berat, terseok-seok, bahkan bisa jatuh terhempas. Sakit.

Demikian pula dengan hidup kan ya? Saya sih menulis ini berdasarkan kata teman-teman dan pengalaman bergaul. Contohnya, dalam bekerja kadang kita begitu ngotot untuk mendapatkan hasil, sehingga lupa mementingkan kualitas. Saking ngototnya, sampai kita mengabaikan waktu istirahat, waktu berkumpul bersama keluarga. Parahnya lagi, target yang dituju tak sesuai harapan, gagal. Ujungnya? Kita kecewa luar biasa, sedih, marah, menyesal, dan hal semacamnya.

Contoh lain adalah dalam berpacaran. Kita rela mempertahankan hubungan selama 3 tahun hanya karena kita takut, apabila putus, akankah kita bisa mendapatkan pacar lagi? Toh semua orang beresiko dalam membina satu hubungan bukan? Kemudian ketika putus, apakah bisa kita mendapatkan orang seperti dia lagi? Kita cenderung menyalahkan diri sendiri, bahwa kita sudah tidak menarik buat dia.

Dalam melakukan pendekatan atau pedekate, awalnya kita begitu berbunga-bunga. Tapi setelah beberapa lama kok santai-santai saja? Apakah dia menjauh? Ataukah ia telah beralih hati kepada yang lain? Ujungnya juga sama, mulai berpikir negatif, cemburu tak jelas, menyalahkan diri sendiri, merutuk dalam hati, mulai tidak percaya diri. Please...stop!

Yuk mari kita berpikir di luar kotak pandora. Kewajiban manusia itu berusaha, pasrah, ikhlas, berlaku sebaik mungkin. Hasilnya? Kita serahkan kepada Yang di Atas. Berusaha itu terus-menerus dan berharap semuanya akan berjalan sesuai keinginan. Kalau tidak, berarti memang Tuhan akan memberikan alternatif lain yang lebih baik. Santai sajalah, tak perlu dipaksakan. Tak usah hirau komentar sekeliling, karena itu akan merugikan jalan kita. Yang tahu dan menjalani hidup bukan mereka kok, tapi kita. So, fokus!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar