Kamis, 08 Maret 2012

setia


Setia itu merupakan pahlawan bagi diri sendiri. Saya lupa dari mana mendapatkan kalimat itu. Ini kembali menguak, karena kemarin ada salah seorang teman yang sedang belajar setia, curhat tentang masalah ini. Suasana hatinya sedang gelisah, karena ia merasa banyak berkorban untuk pasangan dan selalu mengalah. Padahal kalau mau jujur, di sekelilingnya banyak juga yang naksir, tetapi demi cintanya kepada sang kekasih, ia memilih tidak menanggapi segala rayuan itu.

Saya belum cek survey kesetiaan, sampai sejauh ini entah berapa prosentase orang setia dibanding dengan banyaknya orang yang berselingkuh. Entah itu diam-diam, atau terang-terangan. Maraknya perkembangan teknologi, berdampak pada mudahnya sarana untuk selingkuh. Sekarang orang bisa bertemu dengan banyak orang dengan sekali broadcast message. Batas antara dunia maya dan nyata semakin tak terlihat. Selama 24 jam kita bisa terkoneksi dengan siapapun yang kita inginkan, termasuk lawan jenis. Apakah itu melalui chatting, bbm, sms, telepon, atau media lain. Di saat istri terlelap, suami diam-diam beranjak ke kamar kerja, tak tahunya bbm-an dengan perempuan lain. Tentu masih banyak contoh lain.

Kalau dituruti, banyaknya sarana pendukung perselingkuhan itu, membuat kita semakin terpicu untuk menafikkan kesetiaan bukan? Naluri manusia ingin dipuji, terkenal, mendapat perhatian masih manusiawi dan potensial menjadi jalan ke arah itu. Tetapi kalau menurut saya, semua itu ada kadar dan batasan. Anda tidak perlu cantik untuk menjadi diperhatikan kok. Cukup berpakaian sedikit seksi, bertutur kata menarik, pintar, baik hati, akan banyak laki-laki terpikat pada anda. Kemudian setelah terpikat, apa tujuan selanjutnya? Selesai, sekedar ingin penegasan bahwa usaha anda berhasil? Atau ajang pemanfaatan? Mumpung mereka terpikat, mari kita lanjutkan ke langkah berikut?

Kembali lagi ke masalah kesetiaan. Apa sih yang kita dapat kalau setia pada pasangan? Apakah nantinya ia akan balik menyetiai anda, biasa-biasa saja, ataukah justru bumerang, ia yang berselingkuh, dan anda hanya mendapat getah berlipat-lipat? Kalau yang terakhir balasannya tentu sangat menyakitkan. Jadi cocok dengan kalimat bahwa setia itu hanya menjadi pahlawan untuk diri sendiri. Setuju?

Mari kita lihat dari sisi yang lain. Yang namanya setia itu tidak menuntut, menurut saya lho. Mirip dengan ikhlas. Setia itu pilihan dengan segala resiko. Kalau kita sudah mulai menuntut ya lain lagi. Toh manusia sudah punya garis hidup sendiri-sendiri. Seandainya kemungkinan pahit yang akan anda alami, berarti ia memang bukan orang yang tepat untuk anda. Biasanya sih, anda akan mendapat balasan baik berlipat-lipat, dari orang yang lebih baik pula. Hanya saja kadang kita terjebak pada pemikiran sempit, sehingga berat sekali memegang yang namanya kesetiaan itu. Saya sendiri pernah mengalami, menyetiai pasangan, eh malah ia memutuskan hubungan karena bertemu dengan perempuan lain. Sakit? Pasti. Tapi saya lega, karena setelah itu ia bangkrut dan karir saya justru bagus, dikelilingi teman terbaik. Haha.....saya tidak berbahagia di atas penderitaan orang lain lho. Itu hanya contoh saja. Artinya tak ada yang perlu disesali kalau anda memilih setia dengan balasan apapun. Kita harus siap dengan resiko itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar