Selasa, 03 Januari 2012

memilih pelan


Pelan itu alon dalam Bahasa Jawa. Mlakune alon-alon wae, tinimbang kesusu mengko malah nabrak (jalannya pelan-pelan saja, daripada terburu-buru nanti malah nabrak). Beberapa orang mengartikan pelan identik dengan lambat. Kalau mau mencerna lebih dalam lagi, sebenarnya berbeda. Pelan itu mengerjakan sesuatu dengan syukur, merasakan nikmat, teliti, dengan hati. Kalau lambat lebih berarti menunda-nunda waktu, lama, malas, sesuatu yang bermakna negatif.

Contoh lain yang biasa saya alami, tentang memilih jalan waktu berangkat ke kantor. Satu jalan lebih dekat, tetapi banyak polisi tidur. Saya memilih jalan lain yang lebih jauh, tetapi bebas hambatan. Selama perjalanan saya merasa nyaman, tidak ada gangguan, menikmati kiri kanan jalan begitu indahnya. Satu hal lagi, saya bisa mendengarkan musik di sepanjang perjalanan dengan lebih lama, dan itu merileks-kan, menambah inspirasi untuk pekerjaan.

Kemudian ketika ada teman yang ngebut ketika mengemudi, saya berpikir, toh waktu tempuhnya dan saya tak jauh beda. Jadi mengapa harus terburu-buru menginjak rem mendadak? Menekan gas kencang dan menghentikannya mendadak? Dibanding dengan menyetir kalem, menikmati indahnya hari, bersyukur, tersenyum di perjalanan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar