Minggu, 15 Januari 2012

nyaman atau tidak?


Dalam perbincangan di manapun, kalau menyoal jender pasti akan menjadi perdebatan yang panjang. Even ketika ngobrol ringan sambil ngopi. Memang sih, faktanya sampai sekarang hal itu masih menjadi hal menarik. Supaya tidak salah kaprah, mari berpikir secara sederhana sajalah.

Saya sendiri tergabung dalam keanggotaan Koalisi Perempuan Indonesia, organisasi massa yang menyosialisasikan isu kesetaraan jender. Di dalamnya banyak divisi yang kesemuanya tentu saja berjuang dalam ranah penyetaraan perempuan dan laki-laki. Sepertinya terlihat radikal ya? Well, silahkan saja bebas berpendapat.

Dari dulu saya mencontohkan simpel saja. Setara itu apabila kita merasa nyaman dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, saya punya pasangan yang super sibuk, pada saat itu aktivitas saya sedang biasa-biasa saja. Tak ada salahnya kok ketika ia pulang kantor, saya yang menyiapkan secangkir teh manis untuknya. Saya nyaman? Iya. Ia? Tentunya. Sebaliknya, ketika saya menjadi mahasibuk, sementara ia hanya ongkang-ongkang kaki, baca koran, apa saya juga masih perlu menyiapkan makan malam untuknya? Oh no. Saya mulai tidak nyaman dengan hal ini. Saya akan merasa sangat nyaman apabila ia datang, membawa makan malam. Hehehe....

Apakah perempuan harus bisa masak? Jawabannya tidak harus, kalau itu membuat Anda merasa tidak nyaman. Tetapi kalau Anda suka memasak, why not? Di luar negeri tak hanya perempuan kok yang pintar memasak, laki-laki lebih jago bahkan. So, ini hanya masalah sudut pandang saja. Kalau di antara pasangan sudah merasa tak nyaman melakukan pekerjaan domestik, ini namanya tidak setara.

Itu beberapa contoh saja, masih banyak lagi contoh lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar