Kamis, 26 Januari 2012

Teman atau Bisnis?


Apakah anda termasuk orang yang susah mempercayai orang lain? Atau sebaliknya, begitu mudah percaya dengan orang lain, sehingga berujung kecewa? Ini berlaku dalam hubungan apapun ya, entah itu pertemanan, keluarga, ataupun bisnis. Pada akhirnya saya yakin, di antara anda akan mengklasifikasi jenis hubungan yang ingin diterapkan dengan orang tersebut. itu setelah pengalaman menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitar anda.

Beberapa teman ada yang bisa sekaligus menjadi teman bisnis solid, tetapi ada pula, ia baik sebagai teman, tetapi tidak oke untuk bekerja sama di bisnis. Ini sering salah kaprah sehingga kita campur aduk antara tega atau tidak tega. Taruhlah, saya sudah berteman lama dengan A, sampai memutuskan untuk berbisnis bersama. Tetapi pada pelaksanaannya, bisnis menjadi kacau, ia tidak bisa menuntaskan pekerjaan --karena teman-- sementara kita menjadi enggan untuk menegur. Akhirnya kita memilih diam, karena biar bagaimanapun ia adalah teman lama. Sempat terbersit untuk menegur tetapi ada ketakutan, bahwa hubungan pertemanan akan rusak, tidak seharmonis sebelumnya.

Well, permasalahan ini memang kelihatannya sederhana. Kuncinya ada pada kata profesionalisme. Sebaiknya ada kesepakatan di awal, kalau perlu tuangkan dalam perjanjian tertulis, supaya si teman paham dan konsisten dengan kesepakatan itu. Pelajari dulu karakteristik teman, apakah memang ia hanya cocok untuk dijadikan teman, teman dan patner bisnis, atau memang bukan teman tetapi patner bisnis? Itu beberapa solusi yang bisa dilakukan. Meski biasanya, kita harus kepentok dulu baru sadar, ternyata ia hanya cukup kita posisikan sebagai teman saja, tak lebih.

Beberapa teman saya ada yang memilih business is business, artinya ia cenderung memilih rekan bisnis dari luar area pertemanan akrab, menurutnya itu lebih aman dibanding melibatkan teman akrab, yang tahu luar dalam kita. Menjalin keakraban dengan rekan bisnis juga seperlunya saja, pencitraan diri perlu dilakukan untuk menjaga kualitas, salah satu fungsinya apalagi kalau tidak memperpanjang rentang bisnis dengannya. Dengan rekan bisnis bisa saja malah terwujud pertemanan. Tetapi kalau itu pun tidak dibatasi, bisa runyam. Malah ada yang sampai terbentur utang piutang. Wah, lampu kuning. Belum lagi kalau patner bisnis kita lawan jenis. Kebersamaan rutin yang bisa berujung cinta kasih hingga perselingkuhan menjadi hal rawan berikutnya yang perlu digaris bawahi. Ini bisa terjadi di manapun, kapanpun.

Nah dari semua itu sebenarnya bisa diatasi dengan menjadikan diri kita seprofesional mungkin. Berpegang teguh pada kode etik bisnis, menjaga citra secara elegan mutlak dilakukan untuk hal itu. Tersangkut masalah cinta kasih dengan klien? Ini perlu bahasan khusus hehe. Setidaknya dengan menaati rambu-rambu yang sebelumnya sudah kita buat dalam berbisnis, semua akan bisa berjalan lancar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar