Minggu, 05 Februari 2012

love and chemistry


Pernah mengalami love at the first sight? Begitupun Liana. Pertama kali ia bertemu Tom, betapa ia yakin, bahwa cowok bertubuh tegap itu akan bisa menjadi pacarnya. Dan entah apakah keduanya karena ada chemistry, sehingga mereka memutuskan untuk kembali bertemu, hingga tiga minggu kemudian memproklamasikan hubungan dalam bentuk pacaran. Begitu cepat? Mungkin.

Dan akhirnya malam minggu menjadi malam yang selalu ditunggu untuk Tom dan Liana. Sampai kemudian, semua berubah menjadi malam suram ketika Tom mengatakan dengan jujur, bahwa ia belum bisa melupakan mantan pacarnya. Ah ya, suka atau tidak, gadis mungil berparas oriental itu harus merelakan Tom rehat, untuk meyakinkan hati, bahwa ia sepenuhnya akan memilih Liana. Yang unik adalah, ketika Tom tetap meminta kesediaan Liana untuk menerima kunjungannya tiap malam minggu. Well, kenapa harus keberatan kalau memang di hatinya masih ada cinta dan harap kepada cowok bermata teduh itu?

Hingga kemudian, setelah tiga bulan berlalu, Liana merasa belum ada perubahan di diri Tom, kecuali malah perasaannya yang kian besar, akan cinta laki-laki bertubuh atletis itu. Toh, Tom tak bergeming. Liana sedih, meski di satu sisi, ia begitu berharap bisa memiliki laki-laki yang sudah membuat hari-harinya berwarna. Akhirnya Liana hanya pasrah, menyerahkan semua pada Tuhan, mencoba jujur, bahwa memang ia mencintai laki-laki bertinggi di atas rata-rata itu. Dan kalau Tuhan pasti mengabulkan permohonannya, hanya ia meminta untuk diberi kesempatan memiliki Tom.

Malam itu Tom datang, membawa rekaman CD dengan cover depan gambar dua orang perempuan, satu berbaju putih dan satu hitam. Di tengahnya ada visualisasi seorang laki-laki, yang mengulurkan tangannya ke sosok perempuan berbaju putih, sedangkan perempuan berbaju hitam, mencoba meraih tangan si laki-laki. Tom mengatakan pada Liana, rekaman lagu-lagu dalam CD itu adalah ungkapan perasaan terdalam, untuknya. Segera setelah Tom pergi, Liana memutar CD itu. Oh God.......betul-betul romantik. Liana tahu jawabnya. Tom sudah menutup lembaran lama untuk memulai lembar baru, bersamanya. So sweet....

Tetapi entah kenapa, setelah keduanya menjalani hubungan lagi, Liana merasa chemistry awal sudah tidak seperti dulu lagi. Dan ah......sulit rasanya memupuk perasaan yang dulu begitu menggebu. Berulang ia coba mengulang memori saat pertama ketemu Tom, proses jadian, hingga sekarang. Tak ada yang berhasil. Ironis, ketika Tom tak memiliki perasaan yang sama. Suka atau tidak, lagi-lagi, yang ke dua kali, ini harus dijalani. Mereka harus berpisah. Mungkin itu menjadi terbaik, meski Tom pada awalnya tak bisa menerima, toh kenyataannya, semua berjalan seperti sekarang bukan?

Analoginya seperti ini, pada awalnya, Tom dan Liana berjalan berdampingan menuju ke arah yang sama. Seiring perjalanan waktu, banyak hal yang mengakibatkan keduanya berubah sudut pandang. Fatalnya, ketika salah satu menjadi tidak bisa mengimbangi yang lain, dan malah menahan langkah kaki. Kecuali, keduanya bisa saling menuntun, menuju ke satu arah. Idealnya harus imbang memang. Tak semuanya akan bisa seperti itu. So, keputusan terbaik dari yang terburuk, adalah berpisah. So sad? Yes. Tak apa mundur selangkah untuk lompatan besar di kemudian hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar