Minggu, 26 Februari 2012

sesaat itu

Ini kisah Putri. Dua tahun lalu ia naksir dengan salah satu laki-laki senior di kantornya. Tetapi ia sadar, karena tak banyak akses yang bisa ditempuh untuk berhubungan dengan Jonash, sebut saja begitu, ia segera memupus harapannya. Meski diam-diam, ia tetap memantau gerak-gerik laki-laki pintar yang tidak sombong itu.

Sampai kemudian kemarin, Putri kembali bertemu dengan laki-laki itu. Tetapi kali ini dalam status yang berbeda. Putri masih setia dengan kesendiriannya, sedangkan Jonash, baru setahun mengarungi bahtera rumah tangga. Entah mengapa, keduanya menjadi nyaman berkomunikasi. Putri baru sadar, bahwa Jonash bukan laki-laki jaim, seperti dalam bayangannya selama ini. Percakapan yang berlangsung begitu ringan, cair, santai, dan..........akrab.

Hingga akhirnya Jonash mencoba lebih dekat dengan Putri. Jantung perempuan yang terkenal dengan sikap hangatnya itu berdegup kencang. Biar bagaimanapun juga, ia pernah menyimpan rasa terhadapnya. Jonashpun tak menyangka, dan baru menyadari pesona Putri, yang selama ini tak pernah terlintas di benaknya. Nyaris mereka terbawa suasana, sesaat itu. Jonash pun mengakui bahwa semua terjadi begitu saja. Entah perasaan apa namanya, yang jelas ia merasa ingin jauh lebih dekat lagi dengan perempuan yang enak diajak ngobrol itu.

Status yang berbeda membuat Putri segera sadar, bahwa perasaan itu tak boleh diberi ruang terlalu dalam. Masa lalu adalah kenangan, lebih baik berpikir ke depan untuk sesuatu yang lebih jelas, lebih baik. Bahwasannya Jonash sudah mengaku tertarik, itu lebih dari cukup. Ya, ia sudah mencuri hatinya, meski tak bisa memiliki. Kebahagiaan itu bisa mewujud dalam bentuk macam-macam. Salah satunya adalah dengan mengetahui bahwa rasa ketertarikan kita tak bertepuk sebelah tangan. Setelah itu tergantung kita, bagaimana mewadahi perasaan itu dalam lingkup masing-masing. Putri, memilih sikap seperti itu, sampai saat ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar