Senin, 27 Agustus 2012

fitnah

Memfitnah lebih kejam daripada tidak memfitnah. Haha ini plesetan pepatan yang kejam menurut saya. Memang sih kalau dimaknai sebagai candaan, itu tidak bermaksud apa-apa. Tetapi marilah kita berpikir kritis, bercandapun perlu cerdas. Betul? Secara agama apapun ya jelaslah memfitnah itu kejam. Nah, anda sudah pernah difitnah? Atau memfitnah? Pilih mana? Sebagai orang baik, tentulah tidak memilih dua-duanya. Tetapi kalau memang opsi pertama harus dijalani, apa mau dikata? Yang paling penting adalah, bagaimana ketika kita terkena fitnah? Apa yang harus kita lakukan?

Saya menulis ini berdasarkan pengalaman pribadi saja. Saya difitnah orang mengadudomba ia dengan teman baiknya. Faktanya adalah, saya mencoba menyampaikan secara jujur permasalahan yang ada. Si A mengatakan kepada boss bahwa si B tidak bisa bekerja dengan baik, A kecewa dengan B. Saya berhubungan baik dengan keduanya. Karena pekerjaan yang dimaksud ada hubungannya dengan saya, otomatis saya berinisiatif menanyakan ke B. Si B crosscheck ke A tentang pertanyaan saya. Si A berkelit, tidak merasa mengatakan hal yang saya sampaikan, padahal saya tidak menambah dan mengurangi pernyataan. Si A merasa B lebih mempercayai saya daripada ia yang sudah puluhan tahun berteman.

Kekecewaan terus berlanjut, si A menyampaikan kepada boss bahwa saya telah mengadudomba ia dengan B. Boss saya tahu banget siapa dan bagaimana saya. Otomatis ia lebih mempercayai saya daripada ia. Merasa tidak berhasil, ia menyampaikan hal itu kepada teman lain. Nah, kali ini ia berhasil. Si teman, sebut saja namanya C, terbakar, ia pun mengatai saya iblis betina. Luar biasa. Saya jadi teringat film The Devil Wear Prada. Baiklah.

Apakah saya panik? Sama sekali tidak. Karena saya yakin saya tidak bersalah. Saya malah bersyukur, karena dengan fitnah itu saya lebih berpahala. Saya disadarkan Tuhan untuk lebih banyak lagi bersabar dalam menghadapi permasalahan. Saya cukup bahagia dengan keadaan saya saat ini. ALhamdulillah boss tetap mempercayai saya. Saya pun hanya cukup menilai orang itu seperti apa, sambil berdoa, semoga ia ditunjukkan jalan yang benar. Saya pun berhitung, berapa banyak sih teman yang mempercayai saya dibanding ia. Bukan maksud menyombongkan diri. Tapi faktual sajalah. AKhirnya sayapun bersyukur tanpa ampun. Sampai saat ini saya masih penuh keberkahan dan rahmat dari Tuhan. Saya juga tak perlu panik menyucikan nama karena memang tak ada yang ternoda. Hehe.....i can see a better day. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar