Kamis, 13 September 2012

berpikir terbuka

Ngomongin masalah cinta memang tak ada habisnya. Apalah arti hidup tanpa cinta? Bagaikan sayur tanpa garam. Seperti ponsel tak pakai simcard. Nggak asik kan? Tapi dampak buruknya juga dahsyat. Si sayur itu bisa terasa bukan tak bergaram lagi, tapi seolah beracun. Mematikan. Pernah mengalami kan? Ayo kita sharing di sini.

Sebut saja namanya Rina, ia depresi berat sampai masuk rumah sakit, karena mengetahui pacar yang dicintainya setengah mati itu ternyata pembohong besar pun berselingkuh. Dunia yang awalnya indah seperti hanya milik berdua mendadak membara. Saking cintanya dan ia sudah publish ke mana-mana, ia malu, dan luluh lantak, sampai ada niatan bunuh diri. Untunglah niatan itu berhasil digagalkan keluarganya. Well, si lelaki itu tetap pergi. Rina dengan dukungan penuh keluarga dan teman-teman akhirnya bangkit dan sadar, bahwa semua harapan itu harus digantikan dengan harapan lain, yang lebih baik.

Coba kalau Rina akhirnya bunuh diri. Siapa yang rugi? Rina tak bakal kembali. Apakah kekasih akan didapatnya? Tidak kan? Bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan? Anak yang dibanggakan begitu saja mengakhiri hidup hanya lantaran masalah cinta sementara, yang bisa didapat (sebenarnya) dari pihak lain. Masih bersyukur Rina diberitahu Tuhan bahwa lelaki itu ternyata tidak sebaik yang dikira. Coba kalau itu terjadi setelah mereka menikah? Dan seandainya dipertahankan, karena lelaki mengasihani Rina yang hampir bunuh diri, apakah tidak mungkin di belakangnya ia akan berlaku buruk lagi? Apalagi ia terkenal sebagai tukang bohong. Heloo....dunia masih lebar, masih banyak laki-laki baik. 

Penting sekali menyadari bahwa kita tidak sendiri ya? Banyak orang lain yang punya masalah lebih berat. Tapi mereka tetap survive. Menjalani hidup penuh suka cita. Sekedar makan minum dan bernafas itu anugerah yang luar biasa, kita bisa menikmati alam yang indah ini. Apalagi hanya sekedar masalah percintaan, dengan lelaki brengsek pula? Let's move on.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar