Senin, 10 September 2012

menyanyilah seolah tak ada yang mendengar

Kadang kalau kita menyanyi bersama orang tak dikenal rasanya sedikit grogi kan ya? Atau sebaliknya. Karena sepertinya orang baru itu kita anggap tak bisa bernyanyi, kita menjadi over pede. Tetapi bagaimana sih kalau kita menyanyi sendirian, di kamar mandi misalnya, tanpa tahu ada orang yang mendengar? Lebih alami, lebih powerfull, ekspresif. Betul?  Kita akan menyanyi sepenuh hati. Tanpa basa-basi. Pilihan lagunya pun sesuai dengan suasana hati, apakah romantis, death metal, atau keroncong.

Begitupun dengan bekerja. Ada tipikal karyawan yang bekerja rajin ketika hanya ada boss. Meja, berpakaian, dan menelorkan ide hanya ketika diajak rapat pimpinan. Sedangkan kesehariannya dia malas-malasan, memberi contoh tak baik bagi karyawan lain. Tetapi ada karyawan yang dengan senang hati melakukan semua pekerjaan, ada atau tak ada boss. Biasanya orang seperti ini sudah pasti banyak disukai teman-temannya. Ia terlihat begitu menikmati pekerjaannya, loyal, dan saking mencintai pekerjaannya, ia sampai hapal betul detail pekerjaan sekecil apa pun yang ia anggap kurang perfect. Sementara karyawan tipikal pertama tadi sibuk menyucikan dirinya ketika ada komplain dan berada di depan sok menjadi pahlawan. 

Karyawan tipikal kedua menyadari bahwa apapun yang dilakukan, ibarat menanam benih, ia tak peduli apa hasilnya. Yang penting ia yakin, ia melakukan yang terbaik, dan balasan tak harus datang dari tempatnya bekerja, bisa jadi akan mendapat, biasanya lebih, dari tempat lain. Ya, baginya menjalankan amanah itu maha penting dibanding dengan mancari muka di depan boss, atau sekedar ingin naik jabatan. Percuma naik jabatan kalau hidup tak tenang, sibuk mencitrakan diri baik, tidak konsentrasi bekerja. Rejeki toh tak akan tertukar, seperti sandhal jepit. Rejeki sudah ada yang ngatur. Dan ia percaya karena sudah mendapat semua itu dari apa yang sudah diperbuatnya selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar