Minggu, 09 September 2012

macet

Nyetir empat jam dan macet itu melelahkan, sodara. Anda berada di Jakarta pasti tidak asing dengan satu kata ini. Tetapi kalau anda di daerah, tentu hal seperti ini sangat mengesalkan. Bolehlah kita bawa enjoy, dinikmati saja, toh ia akan berlalu juga. Daripada menggerutu tak jelas, menguras energi, tak berguna. Mendingan mendengarkan musik, bernyanyi ria. Watta life!

Tetapi ada yang membuat makin kesal ketika tahu penyebab macetnya. Kalau itu kecelakaan, pembangunan jalan, okelah, kita semua akan bisa bertoleransi, karena untuk kepentingan masyarakat banyak. Kecelakaan, siapa yang mau sih? Pastilah orang akan legowo menerima macet karena hal itu. Tetapi ada hal lain yang mmebuat orang akan menggerutu, mengumpat dan lainnya ketika tahu penyebab macet untuk golongan tertentu.

Seperti macet pada malam minggu kemarin di sepanjang jalan Semarang-Jogja. Saya pada posisi kena macet. Karena posisi di tanjakan, saya bisa melihat jelas kemacetan dari arah Jogja ke Semarang sekitar satu kilometer lebih, demikian pula sebaliknya. Herannya. tak ada lampu merah di  kedua arah tersebut. Saya bertanya-tanya, ini ada apakah? Apa kecelakaan atau ada apa lagi? Sampai beberapa saat kemudian setelah hampir setengah jam, tiba-tiba mobil patwal dengan sirene sombongnya melaju kencang di antara kami. Sekelebat saya melihat mobil konvoi yang lewat ada tulisan partai entah. Nah! Awalnya saya mencoba sabar jadi muncrat darah ke ubun-ubun.

Sampai saya ngedumel, mbok ya kalau butuh kampanye untuk kepentingan partai itu nggak usah nyusahin banyak orang. Itu saja baru akan jadi pejabat lho, gimana nanti kalau sudah menjabat? Bikin jalan sendiri saja sana. Mengesalkan! Arogansi berkendara di Indonesia memang masih jauh dari standard. Itu saja saya sedang dalam kondisi nyantai. Bagaimana kalau di tengah kemacetan itu ada yang sakit? Ya sudahlah...mari berdoa semoga di bumi ini makin dibanyakkan orang-orang baik dan beretika. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar