Kamis, 06 September 2012

dendam

Judulnya serem amat? Ada istilah dendam kesumat. Wah ini lebih dari sekedar seram, ngeri. Kemarin sore saya ngobrol dengan rekan sekantor, berkaitan dengan dendam dan wadyabalanya. Ia cerita masa lalu, ketika masih di bangku SMA, pernah menjadi korban tawuran antar sekolah, karena dendam. Waktu itu ia naik bus akan berangkat sekolah, tak tahu dari mana asal-muasalnya, ia dikeroyok 6 orang di dalam bus sampai babak belur. Seisi bus tak berani berbuat apa-apa, hanya terlongong-longong campur miris. Ia diturunkan begitu saja di depan pagar sekolah dengan berlumuran darah. Alhasil seisi sekolah gempar, tanpa ba bi bu langsung berbondong-bondong menyerbu sekolah si pengeroyok dengan membawa pentungan dan apapun yang berhasil dibawa. Sudah bisa ditebak, korban menjadi bertambah banyak dan siswa ke dua sekolah masuk penjara satu malam. Gubrak!

Awalnya karena dendam tak berujung, sehingga orang tak bersalah menjadi korban. Teman saya itu sama sekali tak pernah berbuat jahat kepada sekolah lawan. Ia tak mengira akan mendapat perlakuan seperti itu. Masih bersyukur tidak sampai meninggal. Ada teman lain sampai tewas menjadi korban dendam turun-temurun, padahal ia tak tahu menahu masalah yang terjadi pada sekolahnya. Pembalas dendam tak peduli siapa yang akan menjadi ajang pelampiasan, yang penting emosi tersalurkan, selesai. Persoalan nanti ia akan didendami lagi, let's think after. So sad...

Itu terjadi pada kelompok. Masalahnya akan lebih kompleks. Kalau kita punya dendam pribadi? Mungkin bisa lebih mudah ya. karena kuncinya ada pada diri sendiri, coachingnya lebih fokus ke satu orang. Menilik dari cerita teman saya tadi, ngeri kan? Banyak orang tak bersalah menjadi korban. Kalau dendam pribadi, tentunya merugikan diri sendiri, dan orang terdekat. Contohnya. kita sudah pasti akan curhat kepada orang terdekat, betapa kita dendam dengan si A, eneg kan teman kita saban hari mendengan cerita penuh nafsu dan emosi? Belum lagi kalau emosi sudah tersulut, jangankan senyum, sapa pagi yang biasanya renyah saja menjadi mendung di wajah. Biasnya juga kalau sedang emosi, nyetir pun menjadi oleng, tak konsentrasi.

Saban hari kita tersita memikirkan  berbagai cara untuk balas dendam. Tetapi apakah semua itu betul-betul akan kita realisasikan? Tidak kan? Wasting time. Mendingan kita move on, biarkan saja masa lalu, mari kita melangkah dengan positif dan memperbanyak berbuat baik, Ini lebih membawa energi positif dan memacu kita menjadi lebih berkualitas. Setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar