Pameran Tunggal Andon Esty akan dilaksanakan mulai Minggu 9 Desember 2012, Pukul 19.00 WIB di Galeri Lentoer, Roemah Pelantjong, Jl. Magelang km 8 No. 89, Sleman, Yogyakarta. Acara ini dimeriahkan oleh art performance, musikalisasi puisi, musik, dan masih banyak lagi lainnya. Lukisan yang dipamerkan hingga 18 Desember 2012 ini murni karya Andon Esty. Pengunjung bisa datang melihat karyanya langsung ke galeri setiap hari dari Pukul 09.00-21.00 WIB.
Jumat, 07 Desember 2012
Senin, 03 Desember 2012
slow from djogdjakarta
Becak, kebaya, batik, wayang kerajinan handmade, dan berbagai hasil karya dari Yogyakarta ini identik dengan cara pembuatannya yang halus, lama, telaten, dan memakan waktu berhari-hari. Pun biasanya dikerjakan oleh perempuan, yang stereotypenya lebih terkenal dengan sifatnya yang bernuansa kelembutan. Ahaiy! Kerajinan kebaya berpayet misalnya, hasilnya luar biasa. Pengerjaannya? Membutuhkan waktu lama, ketelatenan yang maha dahsyat, super duper njelimet. Mungkin hanya sedikit laki-laki yang mau mengerjakannya bukan? Baiklah.
Sekarang kita bicara tentang becak saja dulu ya? Sudah pernah naik becak di Jogja? Asik kan? Dulu waktu masih mahasiswi saya sering mengatakan bahwa tak afdol rasanya kalau di Jogja tak naik becak. Karena, menurut saya ya, naik becak di Jogja itu so jawa....kalemmmm begitu rasanya. Beda sekali lho dengan naik becak di Semarang, semua serba buru-buru, klakson sana-sini tak mau berhenti, berlomba-lomba mengeraskan bunyinya. Ampun! Di Jogja? Enjoy aja.....jalannya juga lebih enak, tak ada naik turun seperti di Semarang. Kemudian tukang becaknya akan menyapa dengan halus, baik itu berbahasa Indonesia maupun Jawa. Tarifnya? Juga lebih murah.
Di sepanjang malioboro tukang becak sekarang sudah menjadi komersial. Banyak pesanan dari butik, toko oleh-oleh dan lainnya. Memang sih jadi terkesan memaksa pendatang untuk diarahkan ke salah satu tujuan demi tips. Toh kita punya kemampuan untuk menolak dengan halus pula. Apapun itu, anggap saja sebagai pernak-pernik kehidupan slow ala jogja. Naik becak alon-alon di sepanjang malioboro. Padat tapi tetap saja ngangeni. Ah!
Minggu, 02 Desember 2012
Kamis, 29 November 2012
Mangga Mania Memberikan Omzet Penjualan Diatas 400 Milliar Rupiah
Assosiasi Eksportir – Importir Buah dan Sayur
Segar Indonesia, pada tanggal 16 Pebruari 2012 telah membentuk sebuah
konsorsium yang dinamakan NUSA FRESH , yang bertujuan untuk
memberdayakan potensi dan sekaligus mempromosikan buah Nusantara.
“Indonesia memiliki kekaya-an keragaman buah tropis dari berbagai wilayah Indonesia dikenal. Masing-masing daerah memiliki jenis unggulan buah tropis sendiri. Misalnya Duren Medan, Jeruk dari So-e, Nanas Parit Pontianak, Salak Madu Djogdjakarta dan Mangga Harum manis dari Blora. Semuanya sangat eksotik untuk dikembangkan dan dipopulerkan”kata Kafi Kurnia Ketua Pemasaran Nusa Fresh beberapa waktu lalu.
Selama 10 bulan terakhir Nusa Fresh melakukan berbagai inventaris untuk menemukan berbagai buah-buah tropis yang unik dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Kondisi tanah, tinggi lahan, dan berbagai aspek yang unik, menyebabkan berbagai buah-buahan Nusantara memiliki rasa dan kelezatan yang berbeda. Strategi Nusa Fresh dimasa mendatang adalah menciptakan –hub-logistik- untuk mendatangkan buah-buah yang unik ini dari sentra produksinya ke “primary-market” seperti kota besar Jakarta.
Dengan cara ini, konsumen kota besar akan menikmati buah tropis Nusantara yang eksotik, dengan unggulan varitas dan kualitas yang prima. Varitas buah unggulan yang tidak mungkin ditransportasikan, akan dicarikan solusinya untuk diolah dalam berbagai produk olahan dan produk bahan baku industry.
Nusa Fresh memiliki visi untuk meneruskan proses inventaris ini, lalu menyajikan berbagai buah tropis unggulan dan berkualitas ini menjadi The Super Fruit of Indonesia dan mempromosikan-nya setiap bulan sesuai dengan musimnya masing-masing.
Dalam rangka memeriahkan program pemerintah “SEPTEMBER HORTI CERIA 2012”, NUSA FRESH bekerja sama dengan berbagai pasar swalayan dan pengusaha café dan restoran di Jakarta – Bandung – Surabaya dan Bali akan menggelar kampanye promosi nasional “Mangga Mania” selama hampir 4 bulan.
KAMPANYE PROMOSI NASIONAL : "MANGGA MANIA" dilakukan lewat sejumlah kegiatan, diantaranya Lomba Reportase Khusus Wartawan - Demo Masak oleh Selebriti Chef - Lomba Memasak - Promosi di berbagai Pasar Swalayan - Program Sampling - dan promosi dengan 30 cafe - restoran di Surabaya dalam rangka memeriahkan Surabaya Food Festival 2012
“Indonesia memiliki kekaya-an keragaman buah tropis dari berbagai wilayah Indonesia dikenal. Masing-masing daerah memiliki jenis unggulan buah tropis sendiri. Misalnya Duren Medan, Jeruk dari So-e, Nanas Parit Pontianak, Salak Madu Djogdjakarta dan Mangga Harum manis dari Blora. Semuanya sangat eksotik untuk dikembangkan dan dipopulerkan”kata Kafi Kurnia Ketua Pemasaran Nusa Fresh beberapa waktu lalu.
Selama 10 bulan terakhir Nusa Fresh melakukan berbagai inventaris untuk menemukan berbagai buah-buah tropis yang unik dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Kondisi tanah, tinggi lahan, dan berbagai aspek yang unik, menyebabkan berbagai buah-buahan Nusantara memiliki rasa dan kelezatan yang berbeda. Strategi Nusa Fresh dimasa mendatang adalah menciptakan –hub-logistik- untuk mendatangkan buah-buah yang unik ini dari sentra produksinya ke “primary-market” seperti kota besar Jakarta.
Dengan cara ini, konsumen kota besar akan menikmati buah tropis Nusantara yang eksotik, dengan unggulan varitas dan kualitas yang prima. Varitas buah unggulan yang tidak mungkin ditransportasikan, akan dicarikan solusinya untuk diolah dalam berbagai produk olahan dan produk bahan baku industry.
Nusa Fresh memiliki visi untuk meneruskan proses inventaris ini, lalu menyajikan berbagai buah tropis unggulan dan berkualitas ini menjadi The Super Fruit of Indonesia dan mempromosikan-nya setiap bulan sesuai dengan musimnya masing-masing.
Dalam rangka memeriahkan program pemerintah “SEPTEMBER HORTI CERIA 2012”, NUSA FRESH bekerja sama dengan berbagai pasar swalayan dan pengusaha café dan restoran di Jakarta – Bandung – Surabaya dan Bali akan menggelar kampanye promosi nasional “Mangga Mania” selama hampir 4 bulan.
KAMPANYE PROMOSI NASIONAL : "MANGGA MANIA" dilakukan lewat sejumlah kegiatan, diantaranya Lomba Reportase Khusus Wartawan - Demo Masak oleh Selebriti Chef - Lomba Memasak - Promosi di berbagai Pasar Swalayan - Program Sampling - dan promosi dengan 30 cafe - restoran di Surabaya dalam rangka memeriahkan Surabaya Food Festival 2012
KAMPANYE PROMOSI NASIONAL : "MANGGA MANIA" ini dilakukan di 11 national
chains pasar swalayan di seluruh Indonesia - melibatkan 443 toko dan
diselenggarakan di 159 kota dengan omzet diatas 400 milyar rupiah.
Prestasi ini merupakan kebanggaan dan bukti nyata bahwa buah Nusantara mampu menjadi tuan rumah di negeri kita tercinta, Indonesia. Prestasi ini juga sekaligus menjadi motivasi bagi NUSA FRESH untuk meningkatkan kerja sama dengan para pengecer untuk menyelenggarakan acara serupa dengan berbagai komoditi buah dan sayur - di tahun 2013,ujar Kafi.
NUSA FRESH juga akan menggelar kampanye dengan berbagai institusi, melakukan proses edukasi dan kerja sama kolaborasi untuk mempromosikan buah Nusantara. NUSA FRESH juga mulai memberikan nama-nama asli Indonesia untuk beberapa komoditi buah Nusantara unggulan, sehingga memacu tingkat awareness konsumen terhadap warisan budaya Indonesia.
Prestasi ini merupakan kebanggaan dan bukti nyata bahwa buah Nusantara mampu menjadi tuan rumah di negeri kita tercinta, Indonesia. Prestasi ini juga sekaligus menjadi motivasi bagi NUSA FRESH untuk meningkatkan kerja sama dengan para pengecer untuk menyelenggarakan acara serupa dengan berbagai komoditi buah dan sayur - di tahun 2013,ujar Kafi.
NUSA FRESH juga akan menggelar kampanye dengan berbagai institusi, melakukan proses edukasi dan kerja sama kolaborasi untuk mempromosikan buah Nusantara. NUSA FRESH juga mulai memberikan nama-nama asli Indonesia untuk beberapa komoditi buah Nusantara unggulan, sehingga memacu tingkat awareness konsumen terhadap warisan budaya Indonesia.
Diunduh dari link wartajakarta.com http://www.wartajakarta.com/kategori/berita-2799-mangga-mania-memberikan-omzet-penjualan-diatas-400-milliar-rupiah.html
Rabu, 28 November 2012
ketidaksempurnaan yang sempurna
Banyak yang menuntut kesempurnaan di dunia ini, padahal tak ada. Contoh, pasangan kita membuat kecewa. Muncul keluhan bermacam-macam, bahwa seharusnya ia tak begini, semestinya ia begitu. lalu dalam ranah pekerjaan, ada saja di mata kita kesalahan yang diperbuat oleh karyawan, kemudian ujungnya menyalahkan. Dalam pertemanan, ada saja yang kita tuntut dari teman, ia harus pengertian, ada ketika dibutuhkan, dan banyak lagi contoh lain. Demikian pula dengan barang. Sebagai pembeli kita adalah raja, menawar semau sendiri di bawah harga pasar, mengritik cacatnya produk, dan sebagainya. Semua berlomba menuntut kesempurnaan.
Tahukah anda bahwa ketidaksempurnaan justru adalah nilai sempurna sebuah produk? Ya, saya bicara satu produk, yaitu batik tulis. Di tempat saya bekerja, ada satu tenant bernama Milangkori yang menyediakan aneka batik tulis dan sutera liar asli. Batik tulis adalah wujud ketidaksempurnaan itu. Karena ditulis, maka hasilnya menjadi tidak simetris, ada saja ketebalan yang berbeda di sana-sini. Mentor saya yang juga CEO tempat saya bekerja, Kafi Kurnia mengatakan, justru di sinilah nilai plusnya. Ia selalu mengatakan, untuk membeli batik yang asli, carilah yang tidak sempurna. Karena begitu batik anda sempurna, maka itu palsu, karena dicetak, diprinting. Ketidaksempurnaan dalam batik tulis adalah warisan budaya yang harus kita hargai, selain memang hasilnya luar biasa indah dan...........sempurna.
Betul juga ya? Dari situ pun saya belajar untuk menghargai ketidaksempurnaan. Salah satu penyanyi dan pencipta lagu Melly Guslow pada salah satu tayangan televisi mengatakan, ia selalu menghargai apapun karya handmade, karena dibuat dengan telaten dan penuh karya seni. Termasuk batik. Perlu waktu minimal dua minggu untuk membatik kain minimal ukuran 1 x 1 meter persegi. Terbayang betapa banyak waktu dan ketelatenan dalam membuatnya, dibanding dengan printing, yang dalam hitungan menit atau jam bisa menjadi berpuluh kali lipat produk batik. Teman saya yang konsen mengkampanyekan batik tulis ini mengimbau untuk membeli batik tulis atau minimal cap, sebagai wujud dari penghargaan terhadap karya warisan leluhur ini. Wow!
Senin, 26 November 2012
Only Super Women
Tulisan ini masih terinspirasi dari seminar Women Leadership Network 2012 yang diadakan Femina Grup, Sabtu, 24 Nopember di Hotel Grand Candi Semarang. Menyangkut karir perempuan, tentu banyak sekali kendala, terutama kalau anda sudah berumah tangga. Salah satunya pada pola pengasuhan anak, pembagian waktu, dan seabrek persoalan lain. Pepatah mengatakan, di samping suami yang sukses ada istri yang luar biasa. Pun sebaliknya, di balik istri sukses, tentu ada suami yang dahsyat. Intinya, hanya superwoman yang akan berdampingan dengan superman. Agree?
Apakah anda termasuk orang yang bermasalah dengan pasangan? Terlalu posesif mungkin? Mengekang? Ingin anda menjadi pribadi penurut dalam segala hal? Well, kita tak pernah tahu kehidupan di masa depan bukan? Bisa jadi sekarang ini suami anda sukses, sehingga anda memutuskan berhenti bekerja, mengatur segala keperluan rumah tangga. Tetapi siapa sangka di suatu hari kemudian, suami bangkrut? Atau meminta anda membantu mencukupi nafkah keluarga? Saya tidak memberikan penilaian bahwa profesi ibu rumah tangga adalah buruk. Tetapi kita tak boleh lengah untuk selalu menjaga networking. Pada dasarnya kita dilahirkan sebagai makhluk sosial, yang sebaiknya bersilaturahmi untuk menjaga kelangsungan hidup. Hal ini, dipungkiri atau tidak akan bermanfaat pada saatnya. Termasuk, ketika anda memutuskan untuk di rumah, yang berarti anda tak bisa berhenti bersosialisasi.
Lalu anda memilih berkarir. Wow! Pembagian kerja internal rumah tangga tentu menjadi warna setiap hari, setiap malam. Bagaimana menjaganya? Saya masih berpedoman, memberi ruang gerak kepada suami atau sebaliknya dan komunikasi. Anda terpaksa lembur hingga pukul 11 malam. Tentunya anda akan menelepon suami untuk meminta tenggang rasa, menemani si kecil di rumah. Alhamdulillah anda punya suami super, yang dengan suka hati mengabulkan permintaan. Bagaimana apabila suami pun ternyata lembur? Ahay! Tentulah banyak jalan menuju Roma. Bagaimana dengan upaya melibatkan orang tua? Atau kalau memang tidak mungkin, tentu atasan anda sangat pengertian untuk pengorbanan anda yang luar biasa. So far, dalam lingkungan saya yang dibesarkan oleh keluarga yang suami istri bekerja, selama ini tak pernah ada masalah serius yang mengakibatkan perselisihan lama. Semua bisa diatasi dengan kerjasama kedua belah pihak. Jadi, saya setuju, bahwa seorang superwoman akan mendapat pasangan setimpal, superman.
Women Leadership Network 2012
Saya akan berbagi hasil dari Seminar Women Leadership Network 2012 yang diadakan oleh Femina Grup pada Sabtu, 24 Nopember 2012 di Grand Candi Hotel, Semarang. Ada banyak hal yang disampaikan oleh para pembicara. Tak ketinggalan, sharing pengalaman dari para peserta pada acara tersebut. Saya mengikuti seminar ini karena ingin bertemu dengan teman-teman pelaku bisnis di Semarang. Kebetulan, salah satu pembicara, Roslina Verauli, saya kenal dengan baik, sudah lama saya tak bertemu, jadi ini adalah ajang komplit sebagai temu kangen dan networking.
Pada sesi awal salah satu pembicara mengatakan problematika perempuan bekerja. Satu sisi dituntut sempurna di keluarga, di sisi lain ia harus bersaing dengan sekian banyak pria untuk memperebutkan posisi puncak. Kenyataannya? Tak sedikit para perempuan yang berhasil, dengan segudang cerita di belakangnya. Perempuan sering berkorban perasaan ketika harus berpisah dari anak saat menjalankan tugas ke luar kota. Harus diakui, sedih dan kemauan maju terus menjadi dilema tersendiri. Toh, dengan komunikasi, segalanya bisa dapat diatasi dengan baik. Saya membahas tentang perempuan di lingkungan kerja dulu ya? Anda lebih memilih dipimpin perempuan atau laki-laki dalam satu teamwork?
Salah satu peserta di acara tersebut memilih dipimpin oleh laki-laki, alasannya perempuan terlalu mementingkan perasaan. Benarkah seperti itu? Saya sih tak pernah bermasalah dengan atasan, mau ia perempuan atau laki-laki. Asal ia bagus, adil, dan good leader, no problemo. Saya tak pernah menganggap perempuan lebih mementingkan perasaan, karena apabila ia sudah teruji di bidang karir, artinya ia bisa manangkis stereotype itu. Helooo...ini hanya stereotype ya? Bisa berubah tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya. Lalu, seandainya atasan saya perempuan, kok malah saya lebih enak, karena ia bisa sangat mengerti apa kemauan saya sebagai sesama perempuan. Bahkan kritikan terhadap gaya berbusana dan sebagainya, bukankah malah bisa saling sharing info?
Telah terbukti di dalam lingkungan rumah tangga, perempuan sangat ahli dalam mengatur keuangan. Lihat dong, siapa yang berhasil menawar dengan murah ketika keluarga membutuhkan barang? Belum lagi tetek-bengek urusan anak, sudah pasti, perempuan paling bisa. Hal seperti ini sangat masuk sebagai kriteria penilaian bagaimana seseorang bisa berhasil dalam karir. Perempuan itu multi-tasking bukan? Tentunya ada banyak lagi yang lain. Jadi sih, tetap, tak masalah seorang leader apakah ia perempuan atau laki-laki. Yang penting, kinerjanya bagus. That's it.
Minggu, 25 November 2012
tak ada rumus pasti
Ini menyangkut masalah tertentu ya? Saya tidak menulis tentang rumus yang berkaitan dengan ilmu pasti, basic on experience saja. Ini berhubungan dengan relasi antar manusia, bisa pertemanan, atau pacaran. Contohnya, ada guideline yang mengatakan bahwa ketika kita sudah diajak bergabung di arisan keluarga calon suami, sudah mendekati 80% hubungan akan sukses ke arah pelaminan. Sebaliknya, jangankan keluarganya, teman-teman si pasangan saja tak pernah diperkenalkan kepada kita. Apakah ini berarti ia tidak akan pasti ke jenjang pernikahan? Tidak juga kan? Jadi saya sih setuju untuk antisipasi resiko dan keyakinan saja. Seperti hujan, bisa saja lebat, bisa saja hanya rintik-rintik, sementara prakiraan cuaca mengatakan berawan. Apa yang bisa kita lakukan? Mencari payung atau berteduh. Betul?
Dalam mencari pasangan yang tepat, teman saya mempertimbangkan bibit bebet bobot. Alhamdulillah ia berhasil mencapainya. Tetapi dalam perjalanan, toh ia sempat terkecoh, bahwa tak selamanya rumus itu saklek, bisa fluktuatif. Sikapnya? Menerima dan berusaha memperbaiki keadaan karena semua sudah terjadi dan kehidupan akan terus berlangsung.
Kemudian sebut saja namania Via. Setengah mati ia memperjuangkan dirinya supaya bisa menikah dengan Reynold yang pengangguran. Waktu itu, Via berdalih, pada nantinya Reynold akan berubah dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Toh, ia tak menargetkan kehidupan glamour. Baginya makan dan minum lebih dari cukup. Hasilnya? Reynold tak berubah, situasi makin memburuk. Untuk beranjak, Via merasa tak mampu. Ia terkungkung stereotype sosial.
Kemudian ada yang menjanjikan surga dalam pre-blind date. Ketika bertemu, mendadak berbalik 180 derajat. Alamak! Memang sih ini sah-sah saja. Tetapi tak perlulah pertama anda menjanjikan surga kalau kenyataannya nanti anda gagal mewujudkannya. Mungkin anda ingin terlihat istimewa dan mati-matian mencari simpati. Tetapi simpati itu akan muncul dengan sendirinya kalau anda memang layak mendapatkannya. Tak perlu susah payah berusaha keras untuk itu. Nah, ada juga yang awalnya tak menjanjikan surga, justru ia bisa memberikan lebih dari itu. Nah kan? Jadi tak ada rumus yang pasti di dunia ini. Guideline itu perlu, tetapi tak selamanya akan datar, pasti bergeser seiring perkembangan waktu. Kuncinya, mari menikmati hidup dan memutuskan bahagia dengan segala konsekuensinya.
Senin, 19 November 2012
Pengumuman Pemenang Reportase Mangga Mania
Program kampanye mangga mania yang sudah diluncurkan pada September 2012 telah menuai hasil. Beberapa survey acak dari kami memperlihatkan animo masyarakat mengkonsumsi buah mangga cukup besar. Di salah satu toko buah di Bandung bahkan bisa menjual per harinya hingga 500 kilogram mangga.Kafi Kurnia dari Nusa Fresh mengatakan pihaknya melakukan berbagai roadshow di Jakarta, Bandung dan Bali untuk kampanye nikmati ketika masak. Program ini menyampaikan pesan supaya masyakarat mengkonsumsi buak ketika masak. Dengan demikian kualitas menjadi lebih terjaga dan rasanya berani bersaing dengan buah impor.
Selain kampanye ke masyarakat luas, Nusa Fresh juga mengadakan lomba reportase bertema mangga mania yang ditujukan kepada media cetak, online maupun elektronik. Puluhan jurnalis telah ikut berpartisipasi di acara ini. Puncaknya, Rabu, 21 November 2012, Pukul 15.00 WIB di Ranch Market, East Mall, LG Floor, Grand Indonesia, Jl. MH Thamrin No. 1 Jakarta Pusat, pemenang lomba akan diumumkan. Acara ini akan dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, DR. Rusman Heriawan. Selain pengumuman dan penyerahan hadiah, acara juga akan dimeriahkan dengan demo masak varian buah Nusa Fresh ala Chef Vindex Tengker. Acara ini juga terbuka untuk umum. More info please contact Rini/ Fitri (021) 7231608.
he's just not that into you
Akhirnya nonton juga film ini, He's Just Not That Into You. Bintangnya ada Jenifer Aniston, Drew Barrymore, Scarlett Johansen, Ben Afflec, dan banyak lagi lainnya. Ceritanya seru, complicated, untuk anda penyuka film drama romantis. Tiap pelaku mengalami cerita sendiri-sendiri dan kadang ada yang bersinggungan satu sama lain. Secara keseluruhan film ini bertema cinta. Bagaimana seseorang begitu menghargai arti cinta dan lebih mementingkan masalah hati.
Yang menonjol di film ini ada tokoh bernama Gigi yang begitu mengharapkan cinta dari lelaki. Beberapa kencan dilalui dengan tidak mulus, karena ia terlalu teoritis, sampai kemudian ia bertemu dengan Connor, laki-laki yang memberinya guideline tentang bagaimana perempuan bisa menangkap signal cinta dari lelaki dan akan mendapat yang paling tepat untuknya. Toh, akhirnya mereka jatuh cinta dan Gigi mendapat cinta sejati dari Connor.
Lalu ada married man yang bertemu dengan perempuan di salah satu mini market. Konyolnya, si gadis adalah tipikal yang selama ini selalu diimpikan. Ia terbelenggu oleh pernikahan yang sudah belasan tahun. Sayang, si laki-laki tidak tegas. Istrinya minta cerai, tetapi si gadis terlanjur kecewa dan memilih pergi. Di sini, terlihat betul penghargaan sebuah hati. Istri menyadari bahwa meski ia memiliki laki-laki itu, tetapi hatinya tak sepenuhnya bisa didapat. Ia melepaskannya dan kemudian mencoba membuka hati kepada pria lain.
Kemudian ada cerita tentang perempuan kaya raya yang terpaksa menikah hingga ke tiga kali. Suami pertama dan kedua kedapatan selingkuh. Suami ketiga sepertinya terlihat aman-aman saja. Sampai kemudian, karena sakit, suaminya meninggal. Ketika itulah baru diketahui dalam surat wasiatnya, suami menyimpan property untuk wanita selingkuhannya. Siapa yang hebat? Perempuan kaya raya itu. Karena ia tahu ketiga suaminya selingkuh dan ia sempat menceraikan keduanya. Di sisi lain, ia mengatakan bahwa perempuanlah makhluk paling pandai menyimpan perasaaan. Selama ia selingkuh dengan pria manapun, tak pernah para suaminya mengetahui.
Senin, 05 November 2012
ngobrol sama tembok
Ada teman yang bawaannya jutek selalu. Tak heran, ia tak punya banyak teman. Bagaimana tidak, tiap kali ditanya ia menjawab dengan tak acuh, kadang menjengkelkan, dan kasar. Tetapi karena masih ada toleransi, akhirnya masih ada kesempatan ia berkawan dengan kami. Sampai suatu saat, akhirnya kesabaran tiap-tiap kami pupus. Cukup bertoleransi selama ini. Selanjutnya menghindar. Ini sikap.
Nah, karena sedang senggang, kami pun membahasnya sebagai topik obrolan (bukan gosip lho). Menurut kami, biasanya orang yang bersikap seperti itu ada beberapa masalah di dirinya. Mungkin ia sedang stress karena masalah percintaan yang gagal, finansial, atau broken home? Yang pasti, kami sangat meyakini minimal salah satu dari masalah itu dialaminya. Tahu dong, bawaannya kalau orang sedang stress, jangankan ditanya, tak sengaja memandang saja bisa runyam reaksinya. Apalagi sampai menyentuh. Duh Gusti.
Lebih bagus sih kalau ia segera sadar, memperbaiki diri, berubah. Alih-alih seperti itu. Ini sombong. Malah justru temperamental, membuatnya semakin dihindari teman-teman. Lho siapa yang rugi? Teman saya yang satu sama sekali menolak berbicara dengan dia karena tak tahan dengan arogansinya. Ia memilih bicara dengan tembok atau tangan, dari pada bersinggungan dengannya. Haha.....kadang-kadang tembok dan tangan menjadi pahlawan dari masalah persahabatan ini ya? Yang penting kan tak dipendam, nanti malah bisa bikin sakit hati, dendam, dan hal negatif lain. Yes!
Rabu, 31 Oktober 2012
memegang amanah
Islami sekali tulisan saya kali ini. Sekali-kali. Kemarin sharing dengan beberapa teman mengenai hal ini. Saya memakai istilah amanah, karena paling tepat untuk lingkungan tempat saya bekerja dan lebih mengena. Amanah tak sekedar menuntut tanggung jawab, tetapi ada ketulusan, niat baik, semangat, dan koreksi. Wah, berat. Mudah kok melakukannya, dengan iktikad baik tentunya. Seperti apa?
Saya mencuplik perihal amanah ini sebagai berikut:“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal: 27). Kalau dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari cukup simple kan ya? Anda tanda tangan kontrak di salah satu perusahaan, mendapat gaji, dari apa yang anda lakukan selama satu bulan. Apakah selama ini semua sudah berjalan sesuai kesepakatan? Artinya, anda sudah menaati apa yang secara sadar sudah anda setujui dengan perusahaan?
Kalau semua berjalan sesuai ketentuan, pasti tak ada yang iri, perusahaan maju pesat tak ada masalah. Namanya manusia, ada saja yang ingkar. Persoalan dalam dunia kerja seringnya seperti itu. Sebagai seorang pemimpin memang tak bisa henti memanage karyawannya. Karena amanah juga merupakan tanggung jawab kedua belah pihak, pemimpin dan bawahan. Pemimpin punya amanah sesuai kontrak kesepakatannya sendiri, berbeda dengan karyawan. Intinya, tiap-tiap kita punya tanggung jawab pribadi dan sesama. Yang lebih penting ditekankan, menurut saya, tanggung jawab pribadi dahulu, karena ini akan berimbas pada lingkungan sekitar.
Sekali tegur, si karyawan tak bergeming, kemudian sampai pada titik pembiaran. Kecuali memang ia sudah sangat keterlaluan, pecat sajalah, dari pada membuat iklim tak nyaman di antara sesama karyawan. Yang perlu ditempa adalah kesadaran pengembanan amanah oleh para karyawan. Sebagai pemimpin pun harus memberi contoh yang baik, karena itu penting dan mutlak. Dan saya kok percaya ya, rejeki itu tak akan tertukar. Kalau kita bekerja sesuai amanah, sedangkan yang lain tidak, rejekinya sendiri-sendiri sesuai amal perbuatan. Jadi tak usahlah melihat orang malas. Sebaliknya, fokus kepada bekerja baik dan biarkan rejeki mendatangi kita dengan sendirinya.
terjebak jatuh cinta
Ini gara-gara semalam habis nonton film romantis. Jadi tertular menulis hal semacam. Ahaiy! Ceritanya tentang playboy yang selalu punya target untuk sekedar have sex dengan si perempuan, berganti-ganti pasangan, asal sexy, cantik dan mau aja. Termasuk, apabila itu memperlancar karirnya sebagai seorang salesman. Ia memang lebih klik dengan klien perempuan dari pada laki-laki, tentunya dengan menggunakan daya tarik ketampanannya. Pffhh.....Akhirnya ia bertemu dengan perempuan yang sama karakternya, tak mau jatuh cinta, dan hanya kebutuhan sexualitas semata. Hadeuhh....
Konyolnya, si perempuan yang ditaksir dari awal sudah mengatakan no love. Seringnya tingkat pertemuan, membuat si pria sadar, selama ini ia membutuhkan cinta. Dan mati saja dia, ternyata perasaannya tersangkut pada perempuan cantik itu. Yang paling membuat terharu adalah, ketika jantung si pria berdetak lebih kencang, hatinya tertusuk sakit sekali, ketika ia akan menyatakan perasaan terdalamnya. Maklum, selama ini ia tak pernah mengatakan i love you kepada perempuan mana pun. Dan ternyata, mengakui dan jujur itu (untuk orang yang tak terbiasa jujur, itu pun dari perasaan terdalam) sulit, membuat panas dingin, sakit asli. Dhuarr!
Lucunya, ketika akhirnya kalimat i love you itu terlepas, perempuannya malah keheranan dan bergegas mengambil air minum. Ia berpikir, laki-laki itu tak serius, tak sadar akan apa yang barusan terucap dari bibirnya. Si Pria bersikeras dan mengulang-ulang kalimatnya bahwa ia benar-benar jatuh cinta. I love you, i love you, i love you. Oalaaaa.....beratnyaaaaa.
Pernah mengalami kan ya? Jujur itu susah banget. Untung pada film itu cintanya bersambut. Kalau tidak? Huwaaa......menyakitkan. Nyesekkkkk. Lha tetapi mending mana? Menyimpan rasa sampai menjadi batu dan membuat badan sakit tak terkira, atau sakitnya lepas? Resiko sih ya? Memilih jujur atau tidak. Awalannya memang sulit. Tetapi begitu lepas, peredaran darah menjadi lancar. Selamat memilih.
Senin, 29 Oktober 2012
Karena Lemah, Imbalah Lebih Sedikit
Artikel ini dimuat di Suara Merdeka, 2 Juli 2008 oleh Riri
”Sekarang
semua serba susah, Nggak tahu nanti gimana hidup saya dan keluarga.
Berat rasanya, apalagi saya adalah orang tua tunggal bagi anak-anak,”
ungkap Ninuk, perempuan pemepe ikan di Pantai Sari, Pekalongan, Jateng.
KEHIDUPAN
perempuan di pesisir utara, terutama Pekalongan memang tak lepas dari
dunia batik dan perikanan. Maklum, potensi ekonomi kota yang berbatasan
dengan Kendal dan Pemalang ini memang masih mengandalkan aktivitas
bisnis di sektor itu. Tak ayal kehidupan masyarakatnya juga sangat
tergantung dari pendapatan di sektor tersebut.
Ninuk adalah salah satu buruh ``mepe`` ikan di wilayah Pantai Sari. Tiga tahun lalu dia terpaksa menjadi single parent bagi kedua anaknya. Sang suami sudah meninggal. Awalnya sama sekali tak terpikir bahwa perempuan berusia 55 tahun itu akan bekerja, karena hidup sekeluarga cukup mengandalkan nafkah dari kepala rumah tangga. Tapi ketika ayah dari Rio dan Gabe harus berpulang lebih dahulu, mau tak mau Ninuk harus mengambil alih kemudi rumah tangga.
Setiap hari dia berangkat dari rumah pukul tujuh pagi dengan berjalan kaki menuju tempat kerja, yaitu tempat pengepakan ikan milik Pak Adam. Itu dilakukan setelah mempersiapkan makan pagi kedua anaknya dan membersihkan rumah. Tak keberatan rasanya dia bangun lebih awal agar kedua anaknya tidak ”kapiran”.
Memakai baju seadanya berlengan panjang, topi lusuh, dan sepatu boot Ninuk siap bekerja hingga pukul lima sore. Topi lusuh dan baju lengan panjang untuk menangkap panasnya matahari.
Sepatu boot digunakan untuk melindungi kaki apabila rob menggenang tempat penjemuran ikan. Tidak hanya mepe atau menjemur ikan. Pekerjaan mereka meliputi mepe, memilah, mengepak hingga menimbang ikan untuk dikirim ke pemesan. Sebelum dijemur, ikan lebih dahulu dicuci. Bagian mencuci ikan biasanya dilakukan oleh buruh laki-laki.
``Tenaganya lebih kuat. Lagi pula setelah dicuci di tempat terpisah dari penjemuran dan pengepakan, ikan-ikan itu harus diangkut dengan songkro (gerobak--Red) yang membutuhkan tenaga besar,`` kilah Pak Adam.
Gaji Pria Lebih Tinggi
Menurut keterangan laki-laki berkulit legam ini, buruh laki-laki dibayar lebih tinggi, yaitu Rp. 20.000,00 per hari karena dinilai bekerja lebih berat dibanding perempuan. Tetapi tak dapat dimungkiri, untuk mepe dan mengepak ikan memerlukan jasa perempuan karena dianggapnya lebih teliti dalam melakukan pekerjaan.
”Kalau tidak ada perempuan-perempuan itu ya cotho. Laki-laki di sini nggak ada yang mau kerja mepe ikan, karena mereka kebanyakan malas, nggak telaten.” Pemepe ikan di tempatnya adalah perempuan-perempuan yang sudah cukup lama bekerja dengannya.
Suka-duka buruh mepe ikan seperti Ninuk cukup beragam. ”Sukanya itu kalau lagi kerja ya seneng, bisa ketemu teman. Kalau di rumah kan nggak enak. Nglangut. Nggak enaknya kadang pegel-pegel kalau lelangan ikan banyak.” Selain Ninuk, ada delapan pemepe ikan lain yang semuanya perempuan. Mereka bahu-membahu bekerja di tempat pengepakan ikan itu. Samproni misalnya.
Sudah lima tahun bekerja menjadi pemepe ikan. Mereka tak pernah mengeluh meski dibayar Rp12.000 per hari. Kalau ada lembur, mereka mendapat tambahan bayaran per jam Rp 2000 Sama seperti Ninuk, Samproni yang berusia 47 tahun itu merasa senang bisa bercanda setiap hari di tempat kerja bersama teman-teman; bisa menghibur hati dan membantu mencari nafkah untuk suaminya yang juga buruh pencuci ikan di tempat lain.
Tetapi sayangnya, mereka tidak bisa selamanya setiap hari bersama. Pasokan ikan mulai sulit. Belakangan beberapa pemilik kapal malah menjual kapal karena banyak yang bangkrut. Kalau sebelumnya lelangan terbanyak bisa hingga 60 kali per hari, kini jarang dialami karena pasokan ikan sulit.
Sehari ada tujuh kali lelang. Tiap 1 kali lelang berisi 12 basket dengan berat ikan 30 kilogram. Itu sudah cukup memadai. Sangat jauh memang dibanding sebelumnya. Pak Adam yang sudah belasan tahun menekuni usaha pengepakan ikan mengatakan, kapal mulai jarang memasok ikan sejak 3 tahun terakhir. Bahkan beberapa pemilik menjual kapal karena bangkrut.
``Mereka jual kapal karena nggak kuat bayar BBM. Soalnya harga barang-barang dan lainnya ikut naik. Pengusaha kecil seperti Saya ini semakin berat. Nyari ikan susahnya minta ampun.
Masih mending ada kapal, banyak malah yang sudah gulung tikar. Pabrik di depan juga sudah tutup. Padahal itu milik pengusaha besar. Banyak orang-orang nganggur. Nggak tahu lagi apa yang terjadi nanti kalau harga BBM terus naik,`` ungkap Pak Adam sambil menunjuk pabrik di depan tempat pengepakan ikan miliknya yang sudah tidak beroperasi lagi.
Tidak adanya pasokan akan sangat berpengaruh pada penghasilan perempuan-perempuan pemepe ikan. Sebulan mereka bisa bekerja hanya 15 hari. Setelah itu menganggur, menunggu ada panggilan berikutnya. Ninuk tidak mempunyai pekerjaan sampingan lain.
Kalau tidak ada pasokan ikan, dia hanya menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah tangga. Pagi menyiapkan makan untuk anak, bersih-bersih rumah, dan istirahat sambil meng-hibur hati. Tak ada yang bisa dilakukan lagi selain hanya pasrah kepada keadaan.
Meski lulus SMP dia tidak punya cukup kenalan dan informasi untuk mendapat pekerjaan yang lebih layak. Sebisa mungkin uang hasil mepe ikan diatur sedemikian rupa untuk mencukupi kehidupan rumah tangganya, meski hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan biaya sekolah anak bungsunya yang kini menginjak bangku sekolah menengah pertama itu.
”Nggak tahu nanti gimana. Sekarang saja ikan sudah sulit didapat. BBM naik lagi. Ya sudah, mau gimana lagi. Maunya ya kerja tiap hari, tapi kalau nggak ada ikan kan nggak bisa dapat uang. Saya sudah biasa hidup susah,” ungkap perempuan berkulit sawo matang itu sambil tersenyum.
Sekarang harga BBM sudah naik. Entah sampai kapan kehidupan perempuan pemepe ikan seperti Ninuk akan mengalami perbaikan. Harapan masih menggantung dan menjadi mimpi.
Ninuk adalah salah satu buruh ``mepe`` ikan di wilayah Pantai Sari. Tiga tahun lalu dia terpaksa menjadi single parent bagi kedua anaknya. Sang suami sudah meninggal. Awalnya sama sekali tak terpikir bahwa perempuan berusia 55 tahun itu akan bekerja, karena hidup sekeluarga cukup mengandalkan nafkah dari kepala rumah tangga. Tapi ketika ayah dari Rio dan Gabe harus berpulang lebih dahulu, mau tak mau Ninuk harus mengambil alih kemudi rumah tangga.
Setiap hari dia berangkat dari rumah pukul tujuh pagi dengan berjalan kaki menuju tempat kerja, yaitu tempat pengepakan ikan milik Pak Adam. Itu dilakukan setelah mempersiapkan makan pagi kedua anaknya dan membersihkan rumah. Tak keberatan rasanya dia bangun lebih awal agar kedua anaknya tidak ”kapiran”.
Memakai baju seadanya berlengan panjang, topi lusuh, dan sepatu boot Ninuk siap bekerja hingga pukul lima sore. Topi lusuh dan baju lengan panjang untuk menangkap panasnya matahari.
Sepatu boot digunakan untuk melindungi kaki apabila rob menggenang tempat penjemuran ikan. Tidak hanya mepe atau menjemur ikan. Pekerjaan mereka meliputi mepe, memilah, mengepak hingga menimbang ikan untuk dikirim ke pemesan. Sebelum dijemur, ikan lebih dahulu dicuci. Bagian mencuci ikan biasanya dilakukan oleh buruh laki-laki.
``Tenaganya lebih kuat. Lagi pula setelah dicuci di tempat terpisah dari penjemuran dan pengepakan, ikan-ikan itu harus diangkut dengan songkro (gerobak--Red) yang membutuhkan tenaga besar,`` kilah Pak Adam.
Gaji Pria Lebih Tinggi
Menurut keterangan laki-laki berkulit legam ini, buruh laki-laki dibayar lebih tinggi, yaitu Rp. 20.000,00 per hari karena dinilai bekerja lebih berat dibanding perempuan. Tetapi tak dapat dimungkiri, untuk mepe dan mengepak ikan memerlukan jasa perempuan karena dianggapnya lebih teliti dalam melakukan pekerjaan.
”Kalau tidak ada perempuan-perempuan itu ya cotho. Laki-laki di sini nggak ada yang mau kerja mepe ikan, karena mereka kebanyakan malas, nggak telaten.” Pemepe ikan di tempatnya adalah perempuan-perempuan yang sudah cukup lama bekerja dengannya.
Suka-duka buruh mepe ikan seperti Ninuk cukup beragam. ”Sukanya itu kalau lagi kerja ya seneng, bisa ketemu teman. Kalau di rumah kan nggak enak. Nglangut. Nggak enaknya kadang pegel-pegel kalau lelangan ikan banyak.” Selain Ninuk, ada delapan pemepe ikan lain yang semuanya perempuan. Mereka bahu-membahu bekerja di tempat pengepakan ikan itu. Samproni misalnya.
Sudah lima tahun bekerja menjadi pemepe ikan. Mereka tak pernah mengeluh meski dibayar Rp12.000 per hari. Kalau ada lembur, mereka mendapat tambahan bayaran per jam Rp 2000 Sama seperti Ninuk, Samproni yang berusia 47 tahun itu merasa senang bisa bercanda setiap hari di tempat kerja bersama teman-teman; bisa menghibur hati dan membantu mencari nafkah untuk suaminya yang juga buruh pencuci ikan di tempat lain.
Tetapi sayangnya, mereka tidak bisa selamanya setiap hari bersama. Pasokan ikan mulai sulit. Belakangan beberapa pemilik kapal malah menjual kapal karena banyak yang bangkrut. Kalau sebelumnya lelangan terbanyak bisa hingga 60 kali per hari, kini jarang dialami karena pasokan ikan sulit.
Sehari ada tujuh kali lelang. Tiap 1 kali lelang berisi 12 basket dengan berat ikan 30 kilogram. Itu sudah cukup memadai. Sangat jauh memang dibanding sebelumnya. Pak Adam yang sudah belasan tahun menekuni usaha pengepakan ikan mengatakan, kapal mulai jarang memasok ikan sejak 3 tahun terakhir. Bahkan beberapa pemilik menjual kapal karena bangkrut.
``Mereka jual kapal karena nggak kuat bayar BBM. Soalnya harga barang-barang dan lainnya ikut naik. Pengusaha kecil seperti Saya ini semakin berat. Nyari ikan susahnya minta ampun.
Masih mending ada kapal, banyak malah yang sudah gulung tikar. Pabrik di depan juga sudah tutup. Padahal itu milik pengusaha besar. Banyak orang-orang nganggur. Nggak tahu lagi apa yang terjadi nanti kalau harga BBM terus naik,`` ungkap Pak Adam sambil menunjuk pabrik di depan tempat pengepakan ikan miliknya yang sudah tidak beroperasi lagi.
Tidak adanya pasokan akan sangat berpengaruh pada penghasilan perempuan-perempuan pemepe ikan. Sebulan mereka bisa bekerja hanya 15 hari. Setelah itu menganggur, menunggu ada panggilan berikutnya. Ninuk tidak mempunyai pekerjaan sampingan lain.
Kalau tidak ada pasokan ikan, dia hanya menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah tangga. Pagi menyiapkan makan untuk anak, bersih-bersih rumah, dan istirahat sambil meng-hibur hati. Tak ada yang bisa dilakukan lagi selain hanya pasrah kepada keadaan.
Meski lulus SMP dia tidak punya cukup kenalan dan informasi untuk mendapat pekerjaan yang lebih layak. Sebisa mungkin uang hasil mepe ikan diatur sedemikian rupa untuk mencukupi kehidupan rumah tangganya, meski hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan biaya sekolah anak bungsunya yang kini menginjak bangku sekolah menengah pertama itu.
”Nggak tahu nanti gimana. Sekarang saja ikan sudah sulit didapat. BBM naik lagi. Ya sudah, mau gimana lagi. Maunya ya kerja tiap hari, tapi kalau nggak ada ikan kan nggak bisa dapat uang. Saya sudah biasa hidup susah,” ungkap perempuan berkulit sawo matang itu sambil tersenyum.
Sekarang harga BBM sudah naik. Entah sampai kapan kehidupan perempuan pemepe ikan seperti Ninuk akan mengalami perbaikan. Harapan masih menggantung dan menjadi mimpi.
Sosialisasi KDRT Koran dan Televisi Jadi Media Efektif
Artikel ini telah dimuat di Suara Merdeka, 20 Agustus 2008
PERKEMBANGAN
teknologi informasi makin tak terbendung. Saat ini boleh dikatakan
banyak orang familiar dengan internet atau setidaknya pernah mendengar
namanya. Jargon masyarakat melek media juga tampaknya makin berkembang
dan terealisasi hingga ke pelosok tanah air. Akhirnya banyak kalangan
membidik media menjadi sasaran tembak melakukan sosialisasi.
Pegiat masalah perempuan atau aktivis LSM pun cukup terbantu dengan adanya media, baik cetak maupun elektronik. Kemajuan terlihat sejak masyarakat awam belum mengenal adanya istilah kekerasan dalam rumah tangga hingga dewasa ini banyak kalangan ramai-ramai berdebat masalah gender, poligami, perlindungan anak, dan lainnya.
Perjuangan para aktivis perempuan sungguh luar biasa tak kenal lelah mengkampanyekan slogan-slogan Stop kekerasan terhadap Perempuan, Stop Pelecehan Seksual, kuota 30% untuk perempuan dan lainnya.
Gencarnya para aktivis LSM melobi dan bekerjasama dengan berbagai elemen untuk menyuarakan kesetaraan gender tak luput dari peran serta media. Bisa dibayangkan seandainya media tidak mendukung hal itu. Meskipun harus diakui masih sedikit media (cetak maupun elektronik) yang betul-betul memberikan porsi lumayan kepada masalah perempuan. Setidaknya upaya para aktivis dan pendukungnya setelah melakukan workshop atau pelatihan-pelatihan jurnalistik berbasis gender sudah membuahkan hasil.
Efektif
Hal menarik dari hasil riset yang dilakukan Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI) pada kurun Februari-Juni 2008 memperlihatkan bahwa informan (responden) justru mengetahui isu-isu perempuan seperti masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan hak-hak perlindungan anak dari media.
Hal itu apabila dibadingkan dengan komponen lain seperti lembaga sosial, pemerintahan, infrastruktur pemerintahan dan LSM. Sebanyak 140 informan dari 6 kota wilayah survey (Purwokerto, Solo, Temanggung, Semarang, Pati, dan Pekalongan). Di antaranya mengatakan tahu istilah KDRT setelah melihat infotainmen di televisi, membaca koran, atau mendengarkan radio.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah:
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 35, 7 % (terbanyak) informan memeroleh informasi tentang UU KDRT dan sebanyak 32,9 % mengetahui UU Perlindungan Anak dari televisi. Beberapa informan mengatakan mereka mengetahui istilah perlindungan anak justru ketika melihat tayangan infotainmen yang memperlihatkan tayangan wawancara Kak Seto dari Komnas Perlindungan Anak. Saat itu menjadi mediator perwalian anak antara Tamara Blezynsky dan Rafli.
Memang mereka tak memahami begitu dalam pengertian perlindungan anak, tetapi setidaknya masyarakat marginal ternyata mampu mengakses informasi tersebut dan cukup mengerti bahwa kekerasan tak sepatutnya terjadi di dalam rumah tangga. Pun informasi tentang perceraian artis akibat kekerasan yang dilakukan oleh suami lebih mudah diterima oleh masyarakat pinggiran.
Televisi memiliki keunggulan karena menampilkan seluruh media informasi baik visual maupun audio. Di samping itu bisa dikatakan mayoritas masyarakat sudah mempunyai televisi di rumah sehingga memudahkan penerimaan akses informasi bagi mereka.
Dari tabel juga terlihat sebanyak 10% informan mengenal UU KDRT maupun perlindungan anak melalui koran. Kemungkinan hal ini terjadi adalah karena rendahnya minat baca di kalangan masyarakat. Hal menarik adalah ketika salah satu informan yang berprofesi sebagi pengecer koran (loper) mengatakan sangat terbantu dengan berita UU KDRT di media.
Ia menggunting potongan informasi UU KDRT dari koran lalu menempelnya di dinding rumah. Hal itu merupakan upaya untuk menyadarkan suaminya yang sebelumnya sering melakukan tindak kekerasan terhadapnya. Secara sengaja dia menunjukkan kepada suaminya tentang hukuman yang mengatur apabila pelaku terbukti melakukan KDRT.
Berkat potongan koran itulah menurutnya tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan sang suami. Ia juga sadar untuk selalu memberikan ASI eksklusif hingga bayinya berusia 6 bulan karena membaca koran. Radio dan teman atau kenalan merupakan sumber informasi selanjutnya bagi informan.
Jelas akhirnya bahwa media ternyata sangat efektif menjangkau kelas masyarakat pinggiran. Ini menjadi catatan penting untuk efektivitas sosialisasi masalah perempuan di kemudian hari. Menjadi tugas para pegiat media dan aktivis LSM perempuan untuk mengemas isu dengan mengedepankan hiburan, menjual, dan tepat sasaran. Dengan demikian masyarakat pinggiran mampu mencerna maksud sosialisasi dan mengena sesuai tujuan. Tidak mudah memang, tetapi bukan tidak mungkin bisa dilakukan.
Publik Figur
Tidak hanya dalam pilkada dan menjelang pemilu 2009 saja para artis ramai-ramai mencalonkan dan dicalonkan oleh partai. Modal ketenaran nama juga cukup menambah nilai plus dalam sosialisasi masalah perempuan. Hal menarik dari survey yang dilakukan LeSPI adalah ketika informan yang terdiri atas kaum pinggiran mengetahui istilah kekerasan dalam rumah tangga dari infotainmen seperti penjelasan sebelumnya.
Mereka lebih mudah menerima informasi ketika kebetulan menonton berita perkawinan Maia dan Ahmad Dani berantakan dan disinyalir telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula ketika artis Five Vi memperebutkan hak perwalian anak dari suaminya pun ada masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Masih jelas terngiang ketika beribu umat Islam perempuan kecewa dan ramai-ramai memperdebatkan masalah poligami dan hak-hak perempuan, ketika sang public figure Aa Gym terang-terangan mengaku menikah lagi. Luar biasa kekuatan media dalam menyuarakan persoalan.
Maka pada akhirnya ikon publik figure menjadi hal penting selanjutnya agar lembaga tertentu efektif menyampaikan informasinya, termasuk masalah jender. Keberhasilan pementasan vagina monolog yang berisi suara perempuan dengan melibatkan media juga menjadi hal yang patut diperhitungkan untuk sosialisasi masalah perempuan.
Apalagi di dalamnya melibatkan banyak artis papan atas Indonesia seperti Ayu Azhari, Rieke Dyah Pitaloka, Happy Salma, Ria Irawan, hingga Kristine Hakim.
Pegiat masalah perempuan atau aktivis LSM pun cukup terbantu dengan adanya media, baik cetak maupun elektronik. Kemajuan terlihat sejak masyarakat awam belum mengenal adanya istilah kekerasan dalam rumah tangga hingga dewasa ini banyak kalangan ramai-ramai berdebat masalah gender, poligami, perlindungan anak, dan lainnya.
Perjuangan para aktivis perempuan sungguh luar biasa tak kenal lelah mengkampanyekan slogan-slogan Stop kekerasan terhadap Perempuan, Stop Pelecehan Seksual, kuota 30% untuk perempuan dan lainnya.
Gencarnya para aktivis LSM melobi dan bekerjasama dengan berbagai elemen untuk menyuarakan kesetaraan gender tak luput dari peran serta media. Bisa dibayangkan seandainya media tidak mendukung hal itu. Meskipun harus diakui masih sedikit media (cetak maupun elektronik) yang betul-betul memberikan porsi lumayan kepada masalah perempuan. Setidaknya upaya para aktivis dan pendukungnya setelah melakukan workshop atau pelatihan-pelatihan jurnalistik berbasis gender sudah membuahkan hasil.
Efektif
Hal menarik dari hasil riset yang dilakukan Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI) pada kurun Februari-Juni 2008 memperlihatkan bahwa informan (responden) justru mengetahui isu-isu perempuan seperti masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan hak-hak perlindungan anak dari media.
Hal itu apabila dibadingkan dengan komponen lain seperti lembaga sosial, pemerintahan, infrastruktur pemerintahan dan LSM. Sebanyak 140 informan dari 6 kota wilayah survey (Purwokerto, Solo, Temanggung, Semarang, Pati, dan Pekalongan). Di antaranya mengatakan tahu istilah KDRT setelah melihat infotainmen di televisi, membaca koran, atau mendengarkan radio.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah:
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 35, 7 % (terbanyak) informan memeroleh informasi tentang UU KDRT dan sebanyak 32,9 % mengetahui UU Perlindungan Anak dari televisi. Beberapa informan mengatakan mereka mengetahui istilah perlindungan anak justru ketika melihat tayangan infotainmen yang memperlihatkan tayangan wawancara Kak Seto dari Komnas Perlindungan Anak. Saat itu menjadi mediator perwalian anak antara Tamara Blezynsky dan Rafli.
Memang mereka tak memahami begitu dalam pengertian perlindungan anak, tetapi setidaknya masyarakat marginal ternyata mampu mengakses informasi tersebut dan cukup mengerti bahwa kekerasan tak sepatutnya terjadi di dalam rumah tangga. Pun informasi tentang perceraian artis akibat kekerasan yang dilakukan oleh suami lebih mudah diterima oleh masyarakat pinggiran.
Televisi memiliki keunggulan karena menampilkan seluruh media informasi baik visual maupun audio. Di samping itu bisa dikatakan mayoritas masyarakat sudah mempunyai televisi di rumah sehingga memudahkan penerimaan akses informasi bagi mereka.
Dari tabel juga terlihat sebanyak 10% informan mengenal UU KDRT maupun perlindungan anak melalui koran. Kemungkinan hal ini terjadi adalah karena rendahnya minat baca di kalangan masyarakat. Hal menarik adalah ketika salah satu informan yang berprofesi sebagi pengecer koran (loper) mengatakan sangat terbantu dengan berita UU KDRT di media.
Ia menggunting potongan informasi UU KDRT dari koran lalu menempelnya di dinding rumah. Hal itu merupakan upaya untuk menyadarkan suaminya yang sebelumnya sering melakukan tindak kekerasan terhadapnya. Secara sengaja dia menunjukkan kepada suaminya tentang hukuman yang mengatur apabila pelaku terbukti melakukan KDRT.
Berkat potongan koran itulah menurutnya tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan sang suami. Ia juga sadar untuk selalu memberikan ASI eksklusif hingga bayinya berusia 6 bulan karena membaca koran. Radio dan teman atau kenalan merupakan sumber informasi selanjutnya bagi informan.
Jelas akhirnya bahwa media ternyata sangat efektif menjangkau kelas masyarakat pinggiran. Ini menjadi catatan penting untuk efektivitas sosialisasi masalah perempuan di kemudian hari. Menjadi tugas para pegiat media dan aktivis LSM perempuan untuk mengemas isu dengan mengedepankan hiburan, menjual, dan tepat sasaran. Dengan demikian masyarakat pinggiran mampu mencerna maksud sosialisasi dan mengena sesuai tujuan. Tidak mudah memang, tetapi bukan tidak mungkin bisa dilakukan.
Publik Figur
Tidak hanya dalam pilkada dan menjelang pemilu 2009 saja para artis ramai-ramai mencalonkan dan dicalonkan oleh partai. Modal ketenaran nama juga cukup menambah nilai plus dalam sosialisasi masalah perempuan. Hal menarik dari survey yang dilakukan LeSPI adalah ketika informan yang terdiri atas kaum pinggiran mengetahui istilah kekerasan dalam rumah tangga dari infotainmen seperti penjelasan sebelumnya.
Mereka lebih mudah menerima informasi ketika kebetulan menonton berita perkawinan Maia dan Ahmad Dani berantakan dan disinyalir telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula ketika artis Five Vi memperebutkan hak perwalian anak dari suaminya pun ada masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Masih jelas terngiang ketika beribu umat Islam perempuan kecewa dan ramai-ramai memperdebatkan masalah poligami dan hak-hak perempuan, ketika sang public figure Aa Gym terang-terangan mengaku menikah lagi. Luar biasa kekuatan media dalam menyuarakan persoalan.
Maka pada akhirnya ikon publik figure menjadi hal penting selanjutnya agar lembaga tertentu efektif menyampaikan informasinya, termasuk masalah jender. Keberhasilan pementasan vagina monolog yang berisi suara perempuan dengan melibatkan media juga menjadi hal yang patut diperhitungkan untuk sosialisasi masalah perempuan.
Apalagi di dalamnya melibatkan banyak artis papan atas Indonesia seperti Ayu Azhari, Rieke Dyah Pitaloka, Happy Salma, Ria Irawan, hingga Kristine Hakim.
napak tilas masa lalu?
Seorang teman mengatakan sempat mencari jejak langkah saya di masa lalu melalui google. Alamak, malu juga ya ketahuan seperti apa saya di waktu lampau. Saat emosi belum stabil, galau menjadi-jadi, setiap saat, dan pergaulan yang baru selingkup lebih kecil tentunya, dibanding sekarang. Panik? Tidak. Malah jadinya seru. Tak perlu menutup-nutupi masa lalu, karena kalau sekarang lebih baik, artinya ada kemajuan, hidup terus bergerak. Toh, masa lalu saya aman-aman saja. Haha...
Sebelumnya saya sempat merasa malu, karena blog terdahulu lupa password, sehingga tulisan curcol (sekarang pun tetep curcol sih ya? *tepokjidat) masih saja keluar dan bisa dibaca banyak orang. Tapi saya sudah berusaha setengah mati mengingat password, tetap saja tak ketemu. Akhirnya pasrah. Sempat terhibur ketika teman yang blogger banget mengatakan begini,"tak usahlah dihapus. Itu kan bukan aib. Malah bagus sebagai proses pembelajaran, bagaimana kamu dulu dan sekarang? Biar saja orang mengetahui kamu apa adanya." Ya baiklah. Akhirnya saya menerima nasehat itu dan hidup saya semakin berwarna. Lucu juga menertawakan diri sendiri di masa lalu.
Hikmahnya saya menemukan beberapa artikel ketika dulu masih menulis di koran. Hal yang paling lemah dalam hidup saya, kurang rajin mendokumentasikan sesuatu, padahal penting. Setidaknya saya bisa bernostalgia bahwa dulu pernah menjadi sutradara teater yang mendapat pujian karena pertunjukan yang memuaskan penonton. Saya sampai diwawancara satu halaman penuh koran terbesar di Jawa Tengah. Sayang ya, saya tak mendokumentasikannya. Arghhh.....mungkin kalau saya menilik di kampus masih ada. Mungkin.....
Senin, 22 Oktober 2012
Literasi Media Goes to Public
Sekitar empat tahun ini saya bersama teman-teman di konsultan media konsen sekali menyosialisasikan literasi media ke publik. Karena apa? Publik sebagai konsumen media sebagian ada yang sudah paham tentang apa itu media dengan segala seluk-beluknya, tetapi tak jarang, bahkan masih banyak sekali pemirsa yang sama sekali belum literate. Kelompok inilah, biasanya ada pada masyarakat grass root dan remaja yang menjadi sasaran empuk media untuk menaikkan rating. Rating, ya karena fokus pertama kami adalah tayangan televisi. Mengapa televisi? Karena media elektronik ini hampir pasti bisa ditemukan di semua rumah penduduk di Indonesia.
Sebelumnya, ada baiknya (untuk yang belum paham) kita ketahui dulu apa itu literasi media. Biasa pula disebut dengan istilah melek media, ini lebih dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada publik
perihal media, apa saja yang ada di dalamnya, bagaimana kinerjanya, sehingga dalam mengkritisinya masyarakat paham dan meninjau dari segala sisi. Kemudian masyarakat bisa menyampaikan kritik, bertemu dengan para pekerja TV atau menyampaikan keluhan ke pihak berwenang seperti Komisi Penyiaran Indonesia, surat pembaca, social media, blog, web, dan aneka media lainnya. Mereka pun bisa bergabung dalam satu komunitas atau grup untuk mendukung kritik yang akan disampaikan.
Contohnya apabila anda melihat tayangan Opera Van Java di Trans 7. Anda merasa risau dengan program tersebut karena menyajikan candaan yang tidak pas, bias jender, atau sara. Bisa jadi tayangan tersebut anda rasakan kurang tepat jam tayangnya, karena sangat riskan ditonton oleh anak-anak. Ada banyak hal yang bisa dipahami dari situ. Apakah pada program tersebut sudah memenuhi kaidah penyiaran yang benar? Misalnya pada adegan kekerasan, ia menampilkan running text bahwa adegan tersebut tidak boleh ditiru. Menayangkan makanan yang tak layak dikonsumsi dengan mem-blur subjek?
Tak sekedar itu, kita bisa perhatikan jam tayang, jenis program, tema, dan sebagainya. Ada banyak sisi yang bisa kita pahami untuk modal kritik dan menjadikan kita penonton yang melek media. Ujungnya pada sikap, apakah kita mau terus-menerus dijejali dengan tayangan tak mendidik atau bersikap, mematikan televisi bersama-sama dengan kelompok, kalau perlu memboikot tayangan yang bersangkutan, demi memperoleh program yang baik.
Kembali ke Selera Asal (2)
Kami pun ngedumel, menyadari bahwa bertiga saling manja, tak mau kompromi soal makanan setempat. Padahal sebenarnya selera kami sederhana lho, lebih ke pastry kali ya? Terpola kalau di "luar" prefer makanan western, rasanya toleran menurut saya. Kunjungan saya sebelumnya sih beruntung, di dekat hotel ada restoran Indonesia dan seafood, kegemaran saya. Kali ini sengaja mencoba menu berbeda ternyata tetep..........kembalinya ke selera asal. Apalagi menu nasi lemang dan serba India, kami berdua menghindari hal ini. Masalah suka atau tidak saja sih.
Semenjak itu pun sisa hari berikutnya dari hanya tiga hari di Singapura, untuk makan, tujuan kami sudah pasti, seafood atau western food. Aman di perut. Kalau snack banyak pilihan, sehingga tak terlalu berpengaruh. Pada akhirnya harus kami akui bahwa makanan Indonesia memang banyak varian, dan itu luar biasa. Rempah kita lebih kaya rasa dan menyegarkan. Maka tak heran ya, jaman penjajahan negeri kita diduduki orang lain karena rempah-rempahnya yang menggiurkan. Sampai sekarang pun, sambal kita terkenal enak. Satu lagi, dunia pun mengakui bahwa nasi padang adalah makanan terenak. Ini bisa dikonsumsi masyarakat hampir segala lapisan. Cita-cita kami selanjutnya, begitu sampai Bandara Soekarno Hatta, langsung berburu nasi Padang. Haha...baru tiga hari saja melow. Wew!
Yang saya suka di sini budaya makan buahnya begitu populer, tak seperti di Indonesia. Kami mudah sekali menemukan aneka buah yang ditusuk dengan harga 1-2 dolar. Itupun buah pilihan dan kualitasnya bagus. Kalau di sini bisa kita dapatkan di supermarket, kemasannya pun dalam stereoform, kurang menarik untuk langsung dimakan. Kami bertiga suka sekali mengkonsumsi ini karena segar dan bersih. Buahnya pun macam-macam, dari apel, mangga, hingga kiwi. Memang sih budaya makan buah di Indonesia sangat kurang dibanding negara luar, padahal sumber daya agro kita luar biasa. Sayang sekali. (habis)
Kembali ke Selera Asal (1)
Beberapa waktu lalu, saya bersama dua orang teman sengaja kabur dari pekerjaan, jalan-jalan ke negeri tetangga, Singapura. Ini bukan kali pertama bagi kami bertiga pergi ke negara kecil dan bersih itu. Bedanya, kalau periode sebelumnya kami bersama teman atau penjemput, yang ini sengaja, kami seperti turis, tak ada guide sehingga apa-apa harus kami urus sendiri. Inginnya mencoba semua moda transportasi umum, apabila kepepet, ya sudah taxi bertebaran di mana-mana kan? Dasar ya, mental kami bukan sehebat para backpacker. Sumpah salut sama mereka.
Hari pertama, kami berniat wisata kuliner murah, makan serba 1-5 dolar-an. Bertahan sampai sore hari, hingga kemudian wara-wiri naik MRT. Berbekal keyakinan arah yang berbeda membawa kami pusing sendiri. Kelemahan saya itu membaca peta, satu teman saya mudah lupa, dan satunya lagi hasrat petualangannya terlalu tinggi. Akhirnya menjelang maghrib barulah sampai di tempat yang kami tuju, Bugis Street. Puas deh naik MRT, sesuai cita-cita semula. Saking capeknya berbelanja, maklum bertiga ini perempuan semua yang seleranya unik, jadi harap sabar, tak terasa sudah hampir pukul 21.00 waktu setempat. Perut kami keroncongan tak terkira. Bosan dengan makanan serba 1-5 dolar-an ditambah peluh dan pusing arah, kalap. Nggak mau makan murah lagi. Tuh kan apa saya bilang, mental kami tak sepenuhnya backpacker. Hadehh....akhirnya makan tidak murah, masuk ke salah satu resto seafood ya habis sekitar 50-an dollar.
Keesokan harinya, kami ke Universal Studio. Tak ingin masuk sih, hanya maunya foto di depan bola saja. Kemudian wisata kuliner, masuk di Malaysia Pedestrian, tentunya berharap kali ini mendapatkan makanan yang enak. Bertiga sengaja kami pesan menu berbeda. Melihat tampilannya sih oke. Saya pesan apa ya namanya lupa, tapi semacam batagor kalau di sini. Teman saya sudah kelaparan, jadi habis tak tersisa dan saya tak tahu apa pesanannya. Sedangkan satunya, pesan semacam nasi goreng yang dibakar, tampilannya oke juga. Tetapi entah ya, saya sangat yakin rasanya seperti hanya nasi bakar diberi kecap dan ayam. Benar saja. Selera saya langsung drop begitu makan telor asin hitam yang rasanya eneg. Pun teman saya hanya makan 2 sendok, pesanan tak sesuai dengan bayangan. *Sigh!
Jangan Sampai Terhanyut
Kata terhanyut berarti tidak sengaja hanyut, bisa pula sesuatu yang tak diharapkan. Ini similar dengan kata terlena, terpijak, terpikat, terpesona. Aha! Marilah mencerna makna bebas dari kata ini. Memang sih sesuatu yang tak disengaja, bahkan tak diharapkan itu sangat ingin sekali dicegah. Tetapi, namanya manusia, ada saja alasan pembenaran. Meskipun, sangat mungkin bisa kita filter.
Sebagai seorang penyiar, dalam satu program talkshow satu jam, kita punya batasan waktu untuk mendapat rangkuman dari topik dengan narasumber tertentu. Apa yang terjadi kalau kita tak bisa mengendalikan diri? Terhanyut dalam obrolan narasumber? Bisa fatal. Apalagi kalau media kita terkenal, pun programnya. Bisa-bisa kena kritik dan teguran boss juga pendengar. Selain itu kita sendiri merasa kurang puas dengan apa yang telah kita lakukan.
Contoh lain, anda sebagai seorang sales dengan target tertentu, bertemu dengan klien lawan jenis. Sesuatu sangat berpeluang terjadi, entah itu hubungan asmara atau emosional lainnya. Jangan lupa, kita punya fokus awal, yaitu closing. Klien bisa saja punya tujuan lain yang tak sesuai dengan apa mau kita, bahkan berpotensi membelokkan tujuan ke arah lain. Nah, ujungnya kendali ada pada kita. Mau terhanyut bersama mereka, atau keukeuh dengan progress awal. Ini pilihan ya, dengan berbagai resiko. Take your own risk.
Lalu, apakah kita tak boleh terhanyut? Saya pribadi berpendapat sah-sah saja sih, asal di batas kontrol. Pertimbangannya, apakah hal itu merugikan anda atau tidak? Apakah hal itu bisa mendukung pelaksanaan program atau justru menghambat? Sejauh mana hal itu menyita waktu anda? Selama masih proporsional, oke saja. Hanya fokus itu jangan sampai lepas.Sebagai makhluk sosial, kita tak bisa lepas dari hubungan antar manusia yang kadang butuh fun, enjoy dan inspirasi. Yang terakhir ini kadang kita dapatkan dari hal-hal spontanitif, tak sengaja.
Kamis, 18 Oktober 2012
You Create Beauty With Your Attitude
Kalimat ini saya cuplik dari tulisan di dinding facebook salah satu motivator saya, Kafi Kurnia. Saya sangat setuju dengan ini, karena beberapa pengalaman memperlihatkan itu. Secara pribadi saja ya, kadang seseorang yang cakep dibalut busana mahal, berkelas, begitu berbicara, terlihat seperti apa kepribadiannya. Tak cukup dari situ. Time will reveal. Mungkin setelah setahun dua tahun, kita baru tahu sebenar-benarnya pribadi dari teman. Tak ada patokan waktu. Apapun itu, lebih menyenangkan mengetahui keaslian daripada menerima kepalsuan kan?
Dalam berteman dan menentukan pasangan, saya lebih suka orang yang good looking dengan kepribadian baik. Siapapun mau seperti itu kan? Kecuali, orientasinya lain. Misal, saya punya teman penyuka perempuan sexy. Ia tak peduli tingkat kecerdasan perempuan itu. Ujung-ujungnya ternyata itu hanya untuk memenuhi gengsi visual, ia merasa bangga berteman dengan banyak perempuan sexy dan cantik, itu saja. Toh, hubungan semacam itu tak berlanjut lama. Satu bulan dua bulan sangat bagus. Tak jarang hanya semalam saja.
Tipikal orang memang berbeda. Saya punya teman laki-laki lain yang pemilih dan classy. Ia memilih pasangan yang tak melulu harus cantik, tetapi memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Alasannya? Ia merasa perempuan semacam itu lebih sexy, smart, dan tak membosankan. Well, saya berpikiran sama dengannya pada soal ini. Laki-laki cerdas, good looking dan berattitude lebih sexy dibanding tampan sekedar fisik. Bahkan, kadang ia terlihat biasa saja, begitu berbicara dan ngobrol lama, baru terasa, menit per menit kesexyan itu tak berakhir. Hati-hati lho tentang hal ini, semakin lama anda berbicara dengan seseorang, semakin ia akan tahu, seperti apa kepribadian anda.
Rabu, 17 Oktober 2012
sederhana itu menggoda, selanjutnya terserah anda
Tiba-tiba kalimat itu lewat di benak saya, sederhana itu menggoda, selanjutnya terserah anda. Sebuah parodi iklan lawas. Ini curhat pribadi. Faktanya saya menyukai segala sesuatu yang sederhana. Laki-laki sederhana, pemikiran, rumah, kendaraan, tulisan, hingga...rumah makan sederhana. Ini mah restoran haha.....
Oke lanjut. Bumbu itu perlu, tapi jangan terlalu banyak, rasanya akan semakin tak karuan. Yang sederhana? Tentu tetap dicari, sebagai balancing, di dunia yang karut marut ini. Gaya hidup juga makin berubah. Kebetulan saya sedang sosialisasi tentang kenyamanan hidup, mengembalikan segala sesuatunya kepada hal yang simpel, sederhana. Kuncinya? Ya menikmati hidup itu sendiri. Menanggalkan segala bumbu kehidupan, just relax, menghirup udara dengan tulus, musik alam yang natural, thankful. Dan itu tak membutuhkan segala rupa kemewahan. Cukup merasakan alam, menghitung rahmat, tak henti berterima kasih kepada Sang Pencipta, bahwa kita ada, untuk segala kenikmatan ini.
Teman perempuan di lingkungan saya, beberapa, selalu disibukkan dengan tas KW model terbaru. Mengapa musti beli KW kalau ada yang asli? Tak mampu beli yang asli? Ya tak usah beli. Karena toh kalau pun sudah terealisasi memiliki, kemudian apa? Membeli yang lain? Kecuali, tujuannya untuk investasi, ini sangat bisa saya maklumi. Tetapi untuk sekedar pamer, saya tak bisa menoleransi. Saya pribadi sih tak fanatik pada salah satu merk. Saya simpati kepada segala sesuatu yang artistik, handmade, dan sederhana, dari sisi harga terutama haha..
Dan kadang-kadang yang sederhana itu membuat penasaran lho. Contoh, ada produk sate di Yogyakarta, sate klathak, saking simpelnya, banyak diburu orang. Sate itu tak berbumbu. Makannya pun di kursi kayu (dhingklik) lusuh di tengah pasar dan hanya ditemukan pada malam hari. Penjualnya juga sederhana, tak banyak basa-basi, pun keramahannya. Ini melawan arus marketing dari sate berbumbu yang banyak dijual di berbagai tempat. Hasilnya? Sate sederhana ini banyak dicari orang dari berbagai kota.
Makanya hati-hati dengan kata sederhana, pun pria sederhana. Ini bahaya, karena saya bisa terperangkap dalam pesonanya. Halah.
istilah kata
Istilah kata? Apa ya? Makin tak jelas tulisan ini sepertinya. Haha....baiklah saya akan bercerita tentang ini. Saya agak terganggu dengan orang yang model bicaranya selalu diulang, maksudnya dengan kosa kata itu-itu saja. Dari nilai rasa pun tak enak kan? Apalagi nilai dengar....mengganggu. Mungkin karena saya sangat peduli dengan Bahasa Indonesia jadi agak sensitif membicarakan hal ini.
Nah, kemarin saya bertemu dengan klien yang unik. Ia memilih 'istilah kata' sebagai kata bantu menerangkan kalimat lain. Contohnya seperti ini: "istilah kata untuk sampai ke tujuan kan kita harus melalui proses. Dan itu tidak pendek waktunya mbak. Ya istilah kata perlu waktulah dan harus bersabar. Dhuengggg! Mengapa ia tidak mengatakan saja begini,"untuk sampai ke tujuan kan kita harus melalui proses. Dan itu tidak pendek waktunya mbak, perlu waktu dan harus bersabar'. Jadi ia tak perlu menambahkan "istilah kata" itu tadi. Setuju?
Memang sih sulit bahasa lisan, apalagi kalau itu dilakukan langsung, dengan klien pula, memenuhi kaidah bahasa yang baik. Tetapi, menurut saya, itu tetap bisa dilatih. Mending mana, bercapek-capek berlatih kemudian mendapat respect, atau malas, dan mendapat kesan kurang baik? Biar bagaimanapun, saya tetap melihat kecakapan berbahasa seseorang bisa menjadi salah satu nilai positif. Bukankah ada pepatah mengatakan, mulutmu harimaumu? Bisa kan kita menilai orang dari gaya berbicara, pilihan katanya? Seseorang benar romantis atau tidak silahkan lihat dari caranya bertutur. Begitu pun, gombal atau tidak. Kasar atau lembut hatinya. *wink.
cinta itu harus memiliki
Saya menganut paham itu. Artinya total. Lah ngapain saya memilih mencintainya, tetapi tak bisa saya miliki? Kok menyakiti diri masing-masing atau salah satu, ya saya. Egois? Saya beropini tidak tentu saja. Ada yang bilang cinta itu tak pernah salah. Ya memang. Orangnya yang salah. Salah memilih orang untuk dicintai. Cinta itu bisa dikendalikan kok. Dan mohon dibedakan, apakah itu cinta atau nafsu belaka? Sebatas keinginan untuk diakui bahwa ia layak dicintai, sesudahnya selesai, tak berujung. Akhirnya cinta menjadi tidak penting.
Awalnya bisa jadi sama-sama tahu, bahwa hubungan antar keduanya tidak mungkin, tidak boleh terjadi tepatnya. Itu karena si pria sudah beristri, perempuannya lajang. Tetapi alah bisa karena biasa, witing tresno jalaran saka kulina. Akhirnya merasa cocok, terbiasa saling memperhatikan, nyandu. Keduanya terperangkap pada jalan buntu. Dulu ada teman saya yang saklek, selalu mencegah hubungan main-main semacam itu, karena tak akan ada endingnya. Kalau toh pun ada, ketiganya akan terluka. Kecuali, salah duanya mengambil sikap, dengan segala resiko. Well, sepanjang sepengetahuan saya kok kebanyakan ketiganya yang terluka. Jarang sekali ada orang yang berjuang dan berkorban begitu besar untuk sebuah cinta. Biasanya yang seperti itu perempuan, karena ia pandai menyimpan rahasia.
Kenapa cinta harus memiliki? Karena, sekali lagi menurut saya, hati ini cuma satu, itu tak bisa dibagi. Begitupun cinta. Sekali kita menjatuhkan pilihan pada seseorang, kepadanyalah total berseluruh. Kenapa kita harus saling menyakiti apabila bisa saling membahagiakan? Menyakiti itu kan nggak bagus. Efek di pekerjaan juga sangat mengganggu. Aliran darah tak lancar, endebla endebla. Jadi ya begitu, mendingan iya dan total, atau tidak sama sekali. Butuh pengorbanan yang tak kecil untuk satu cinta yang utuh. Seseorang punya masa lalu dan pernah salah langkah. Tetapi tak pernah ada kata terlambat untuk memulai langkah baru yang lebih baik. Pengalaman sebagai bahan evaluasi, bukan daftar prestasi.
Selasa, 16 Oktober 2012
sadar terluka
Shanaz hampir setahun ini berpacaran dengan Roy, seorang suami dari satu istri sekaligus ayah dari dua anak. Ini kali ketiga ia memacari laki-laki beristri. Sebelumnya, setelah hubungannya berakhir pada laki-laki kedua, ia berjanji tak akan memacari suami orang. Kemudian perempuan langsing itu menjalin hubungan dengan Maher, pria muda 8 tahun di bawahnya. Yang terjadi adalah, Maher selingkuh, Shanaz sakit hati. Akhirnya Shanaz bertemu Roy, yang menyukai dan lantas menjadikannya pacar.
Hari ini istri Roy ulang tahun. Hati Shanaz teriris pilu. Ia sangat paham posisinya, hanya sebagai pacar, yang dari awal komitmen, tak akan menuntut 'lebih' sepanjang Roy menyetiai hanya kepadanya. Selama hubungan mereka pun, Shanaz tak pernah menanyakan kondisi hubungan Roy dengan istrinya. Untuk apa? Hanya menambah sakit dan cemburu. Tetapi bisa apa? Karena selama ini ternyata memang Roy selalu ada untuknya, setiap saat, lembut, mau mendengar keluh kesahnya. Roy pun kadang cemburu kalau Shanaz mencoba mendekati pria lain. Tetapi ia pun bisa apa? Toh yang terjadi, perempuan manis itu --sepanjang hubungannya dengan Roy-- pintar menjaga perasaannya, bahkan mencoba memberikan 'lebih' kasih sayang yang ada. Betapa beruntungnya Roy.
Kadang, Shanaz berpikir bahwa ketiganya terluka. Roy tak bisa meninggalkan istrinya. Ini kalimat yang paling ia tak mau dengar sepanjang hidupnya. Karena itu pulalah ia tak pernah mau menanyakannya. Ia membayangkan andai di posisi istri, betapa sakit. Tanpa diketahui, di belakangnya, si suami membagi cinta dengan perempuan lain. Sementara ia begitu bangga, sang suami menjadi laki-laki terbaik di keluarga, menyayangi anak-anak mereka, imam yang baik. Pencitraan yang sukses. Shanazpun paham, Roy-lah yang paling diuntungkan dari semua ini. Di kala sakit, ia mendapat perhatian penuh dari keluarga pun ia. Tetapi untuk pergi dari perasaan ini, begitu sulit. Shanaz butuh seseorang yang mencintainya, meski itu pedih. Toh, ia sadar dengan resiko dikesampingkan, dinomorduakan, dan lainnya. Hatinya tertutup, hanya Roy yang bisa mengerti dan menerimanya.
Senin, 15 Oktober 2012
the beautiful life must go on
Hari ini saya janjian ketemu dengan klien, laki-laki. Ia menolak bertemu dengan saya berduaan, karena takut ada teman istrinya yang melihat pertemuan kami. Ia mengatakan, istrinya pencemburu hebat, sehingga tidak mau melukai perasaan istrinya. #Jleb.
Baru kali ini sepanjang perjalanan pekerjaan saya, bertemu dengan orang seperti itu. Apa tampang saya sudah sedemikian berbahaya untuk merusak rumah tangga orang ya? Padahal, kami pun bertemu di tempat umum, dan murni urusan bisnis. Boro-boro saya naksir klien saya, sama sekali tidak. Dan saya tak peduli, ia mau membawa pegawainya seperusahaan kek, atau dengan satpamnya, ya monggo, saya biasa melakukan pertemuan bisnis seorang diri. Sepanjang saya bekerja pun cukup tahu batasan, antara rekan bisnis atau pasangan dengan ketertarikan istimewa. Yang pasti, saya tak pernah mencampuradukkan masalah ini dan cukup profesional untuk memilahnya dengan dewasa.
Ini murni curcol deh tulisan saya, karena sedang kesal saja dengan masalah sepele semacam itu. Obatnya ya satu, menulis, lalu saya melupakannya, kemudian melakukan tindakan positif lainnya. Saya juga pernah ditelepon istri teman kerja saya yang tiba-tiba melabrak dan mencemburui saya. Kampreto deh. Alih-alih saya naksir suaminya, ini tidak sodara! Menyebalkan. Saya dituduh berbuat hal yang tidak saya lakukan. Orang yang melabrak saya adalah perempuan yang sedang emosi, tak berada dalam zona pemikiran netral. Kalau saya meladeni dengan emosi, akan lebih rendah dari ia kan? Baiklah, saya menjadi manusia setengah dewa, mengalah dengan tegas sambil menghibur diri, bahwa yang sedang saya hadapi orang yang sedang terguncang jiwanya.
Beberapa kali saya mengalami hal semacam itu. Jengkel tentu saja, karena kena getahnya tanpa pernah merasakan enaknya. Lho, saya sama sekali tak berhasrat dengan suami-suami mereka itu. Kecuali keadaannya lain ya? Misalnya saya benar suka dengan suami mereka, kemudian memacarinya. Ini tidak. Bagaimana tidak jengkel? Fuih.....akhirnya saya pun #pukpuk diri sendiri, resiko orang menarik, susah melawan magnet lawan jenis. Haha.....watta life deh. The beautiful life must go on. Jengkel silahkan mampir sesaat, setelahnya happy dan wise adalah pilihan tepat.
Minggu, 14 Oktober 2012
LOMBA REPORTASE KHUSUS WARTAWAN “MANGGA MANIA”
LATAR BELAKANG :
ASEIBSSINDO – Assosiasi Eksportir – Importir Buah
dan Sayur Segar Indonesia, pada tanggal 16 Pebruari 2012 telah membentuk sebuah konsorsium yang
dinamakan NUSA FRESH , yang
bertujuan untuk memberdayakan potensi dan sekaligus mempromosikan buah
Nusantara.
Ketua Pemasaran Nusa Fresh, Kafi Kurnia mengatakan
: “Indonesia memiliki kekaya-an keragaman buah tropis dari berbagai wilayah
Indonesia dikenal. Masing-masing daerah memiliki jenis unggulan buah tropis
sendiri. Misalnya Duren Medan, Jeruk dari So-e, Nanas Parit Pontianak, Salak
Madu Djogdjakarta dan Mangga Harum manis dari Blora. Semuanya sangat eksotik
untuk dikembangkan dan dipopulerkan”
Selama 10 bulan terakhir Nusa Fresh melakukan
berbagai inventaris untuk menemukan berbagai buah-buah tropis yang unik dari
berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Kondisi tanah, tinggi lahan, dan berbagai aspek
yang unik, menyebabkan berbagai buah-buahan Nusantara memiliki rasa dan
kelezatan yang berbeda. Strategi Nusa Fresh dimasa mendatang adalah menciptakan
–hub-logistik- untuk mendatangkan buah-buah yang unik ini dari sentra
produksinya ke “primary-market” seperti kota besar Jakarta. Dengan cara ini,
konsumen kota besar akan menikmati buah tropis Nusantara yang eksotik, dengan
unggulan varitas dan kualitas yang prima. Varitas buah unggulan yang tidak
mungkin ditransportasikan, akan dicarikan solusinya untuk diolah dalam berbagai
produk olahan dan produk bahan baku industry.
Nusa Fresh memiliki visi untuk meneruskan proses
inventaris ini, lalu menyajikan berbagai buah tropis unggulan dan berkualitas
ini menjadi The Super Fruit of Indonesia dan mempromosikan-nya setiap bulan
sesuai dengan musimnya masing-masing.
MANGGA MANIA :
Dalam rangka memeriahkan panen raya Mangga
Nusantara – maka Nusa Fresh mengundang semua kawan-kawan media untuk
beramai-ramai mempromosikan “Mangga Mania” dengan cara melakukan reportase
tentang Mangga Nusantara secara gegap gempita dan meriah.
Sebagai apresiasi – Nusa Fresh akan memberikan
insetif hadiah uang tunai sebagai berikut :
Ø Reportase terbaik pertama mendapat hadiah uang tunai –
Rp. 6 juta rupiah
Ø Reportase terbaik kedua
mendapat hadiah uang tunai – Rp. 3 juta rupiah
Ø Reportase terbaik ketiga
mendapat hadiah uang tunai – Rp. 2 juta
rupiah
Syarat-syarat lomba :
Ø Bentuk reportase bisa
berupa foto dan atau artikel di media
cetak dan juga on-line, ulasan atau wawacara di media radio dan tayangan di
media televisi
Ø Tema, Bentuk dan format
bebas
Ø Namun tema khusus yang juga
mempromosikan budaya dan kuliner Indonesia akan mendapat nilai tambahan
Ø Reportase paling lambat
dipublikasikan tanggal 31 Oktober 2012
Ø Bukti reportase paling
lambat diserahkan seminggu setelah tanggal 31 Oktober 2012
Ø Reportase bisa dikirim
secara elektronik ke ajaib@cbn.net.id
Ø Atau dikirim ke RINI ANASTASIA –
Grand Widjaja Center – Blok F-62B
Jalan Widjaja II – Jakarta 12160
Telp : 723 1608
Ø Pengumuman pemenang dan
penyerahan hadiah akan dilakukan pada minggu kedua November 2012 dalam acara
khusus Nusa Fresh yang berikutnya.
Ø Keputusan Pemenang adalah
final
Ø Lomba ini terbuka hanya
untuk wartawan tanpa membedakan umur dan gender
Langganan:
Postingan (Atom)