Rabu, 31 Oktober 2012

memegang amanah

Islami sekali tulisan saya kali ini. Sekali-kali. Kemarin sharing dengan beberapa teman mengenai hal ini. Saya memakai istilah amanah, karena paling tepat untuk lingkungan tempat saya bekerja dan lebih mengena. Amanah tak sekedar menuntut tanggung jawab, tetapi ada ketulusan, niat baik, semangat, dan koreksi. Wah, berat. Mudah kok melakukannya, dengan iktikad baik tentunya. Seperti apa? 

Saya mencuplik perihal amanah ini sebagai berikut:“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal: 27). Kalau dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari cukup simple kan ya? Anda tanda tangan kontrak di salah satu perusahaan, mendapat gaji, dari apa yang anda lakukan selama satu bulan. Apakah selama ini semua sudah berjalan sesuai kesepakatan? Artinya, anda sudah menaati apa yang secara sadar sudah anda setujui dengan perusahaan? 

Kalau semua berjalan sesuai ketentuan, pasti tak ada yang iri, perusahaan maju pesat tak ada masalah. Namanya manusia, ada saja yang ingkar. Persoalan dalam dunia kerja seringnya seperti itu. Sebagai seorang pemimpin memang tak bisa henti memanage karyawannya. Karena amanah juga merupakan tanggung jawab kedua belah pihak, pemimpin dan bawahan. Pemimpin punya amanah sesuai kontrak kesepakatannya sendiri, berbeda dengan karyawan. Intinya, tiap-tiap kita punya tanggung jawab pribadi dan sesama. Yang lebih penting ditekankan, menurut saya, tanggung jawab pribadi dahulu, karena ini akan berimbas pada lingkungan sekitar.

Sekali tegur, si karyawan tak bergeming, kemudian sampai pada titik pembiaran. Kecuali memang ia sudah sangat keterlaluan, pecat sajalah, dari pada membuat iklim tak nyaman di antara sesama karyawan. Yang perlu ditempa adalah kesadaran pengembanan amanah oleh para karyawan. Sebagai pemimpin pun harus memberi contoh yang baik, karena itu penting dan mutlak. Dan saya kok percaya ya, rejeki itu tak akan tertukar. Kalau kita bekerja sesuai amanah, sedangkan yang lain tidak, rejekinya sendiri-sendiri sesuai amal perbuatan. Jadi tak usahlah melihat orang malas. Sebaliknya, fokus kepada bekerja baik dan biarkan rejeki mendatangi kita dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar