Rabu, 31 Oktober 2012

memegang amanah

Islami sekali tulisan saya kali ini. Sekali-kali. Kemarin sharing dengan beberapa teman mengenai hal ini. Saya memakai istilah amanah, karena paling tepat untuk lingkungan tempat saya bekerja dan lebih mengena. Amanah tak sekedar menuntut tanggung jawab, tetapi ada ketulusan, niat baik, semangat, dan koreksi. Wah, berat. Mudah kok melakukannya, dengan iktikad baik tentunya. Seperti apa? 

Saya mencuplik perihal amanah ini sebagai berikut:“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal: 27). Kalau dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari cukup simple kan ya? Anda tanda tangan kontrak di salah satu perusahaan, mendapat gaji, dari apa yang anda lakukan selama satu bulan. Apakah selama ini semua sudah berjalan sesuai kesepakatan? Artinya, anda sudah menaati apa yang secara sadar sudah anda setujui dengan perusahaan? 

Kalau semua berjalan sesuai ketentuan, pasti tak ada yang iri, perusahaan maju pesat tak ada masalah. Namanya manusia, ada saja yang ingkar. Persoalan dalam dunia kerja seringnya seperti itu. Sebagai seorang pemimpin memang tak bisa henti memanage karyawannya. Karena amanah juga merupakan tanggung jawab kedua belah pihak, pemimpin dan bawahan. Pemimpin punya amanah sesuai kontrak kesepakatannya sendiri, berbeda dengan karyawan. Intinya, tiap-tiap kita punya tanggung jawab pribadi dan sesama. Yang lebih penting ditekankan, menurut saya, tanggung jawab pribadi dahulu, karena ini akan berimbas pada lingkungan sekitar.

Sekali tegur, si karyawan tak bergeming, kemudian sampai pada titik pembiaran. Kecuali memang ia sudah sangat keterlaluan, pecat sajalah, dari pada membuat iklim tak nyaman di antara sesama karyawan. Yang perlu ditempa adalah kesadaran pengembanan amanah oleh para karyawan. Sebagai pemimpin pun harus memberi contoh yang baik, karena itu penting dan mutlak. Dan saya kok percaya ya, rejeki itu tak akan tertukar. Kalau kita bekerja sesuai amanah, sedangkan yang lain tidak, rejekinya sendiri-sendiri sesuai amal perbuatan. Jadi tak usahlah melihat orang malas. Sebaliknya, fokus kepada bekerja baik dan biarkan rejeki mendatangi kita dengan sendirinya.

terjebak jatuh cinta

Ini gara-gara semalam habis nonton film romantis. Jadi tertular menulis hal semacam. Ahaiy! Ceritanya tentang playboy yang selalu punya target untuk sekedar have sex dengan si perempuan, berganti-ganti pasangan, asal sexy, cantik dan mau aja. Termasuk, apabila itu memperlancar karirnya sebagai seorang salesman. Ia memang lebih klik dengan klien perempuan dari pada laki-laki, tentunya dengan menggunakan daya tarik ketampanannya. Pffhh.....Akhirnya ia bertemu dengan perempuan yang sama karakternya, tak mau jatuh cinta, dan hanya kebutuhan sexualitas semata. Hadeuhh....

Konyolnya, si perempuan yang ditaksir dari awal sudah mengatakan no love. Seringnya tingkat pertemuan, membuat si pria sadar, selama ini ia membutuhkan cinta. Dan mati saja dia, ternyata perasaannya tersangkut pada perempuan cantik itu. Yang paling membuat terharu adalah, ketika jantung si pria berdetak lebih kencang, hatinya tertusuk sakit sekali, ketika ia akan menyatakan perasaan terdalamnya. Maklum, selama ini ia tak pernah mengatakan i love you kepada perempuan mana pun. Dan ternyata, mengakui dan jujur itu (untuk orang yang tak terbiasa jujur, itu pun dari perasaan terdalam) sulit, membuat panas dingin, sakit asli. Dhuarr!

Lucunya, ketika akhirnya kalimat i love you itu terlepas, perempuannya malah keheranan dan bergegas mengambil air minum. Ia berpikir, laki-laki itu tak serius, tak sadar akan apa yang barusan terucap dari bibirnya. Si Pria bersikeras dan mengulang-ulang kalimatnya bahwa ia benar-benar jatuh cinta. I love you, i love you, i love you. Oalaaaa.....beratnyaaaaa. 

Pernah mengalami kan ya? Jujur itu susah banget. Untung pada film itu cintanya bersambut. Kalau tidak? Huwaaa......menyakitkan. Nyesekkkkk. Lha tetapi mending mana? Menyimpan rasa sampai menjadi batu dan membuat badan sakit tak terkira, atau sakitnya lepas? Resiko sih ya? Memilih jujur atau tidak. Awalannya memang sulit. Tetapi begitu lepas, peredaran darah menjadi lancar. Selamat memilih.

Senin, 29 Oktober 2012

Karena Lemah, Imbalah Lebih Sedikit

Artikel ini dimuat di Suara Merdeka, 2 Juli 2008 oleh Riri
 
”Sekarang semua serba susah, Nggak tahu nanti gimana hidup saya dan keluarga. Berat rasanya, apalagi saya adalah orang tua tunggal bagi anak-anak,” ungkap Ninuk, perempuan pemepe ikan di Pantai Sari, Pekalongan, Jateng.

KEHIDUPAN perempuan di pesisir utara, terutama Pekalongan memang tak lepas dari dunia batik dan perikanan. Maklum, potensi ekonomi kota yang berbatasan dengan Kendal dan Pemalang ini memang masih mengandalkan aktivitas bisnis di sektor itu. Tak ayal kehidupan masyarakatnya juga sangat tergantung dari pendapatan di sektor tersebut.

Ninuk adalah salah satu buruh ``mepe`` ikan di wilayah Pantai Sari. Tiga tahun lalu dia terpaksa menjadi single parent bagi kedua anaknya. Sang suami sudah meninggal. Awalnya sama sekali tak terpikir bahwa perempuan berusia 55 tahun itu akan bekerja, karena hidup sekeluarga cukup mengandalkan nafkah dari kepala rumah tangga. Tapi ketika ayah dari Rio dan Gabe harus berpulang lebih dahulu, mau tak mau Ninuk harus mengambil alih kemudi rumah tangga.

Setiap hari dia berangkat dari rumah pukul tujuh pagi dengan berjalan kaki menuju tempat kerja, yaitu tempat pengepakan ikan milik Pak Adam. Itu dilakukan setelah mempersiapkan makan pagi kedua anaknya dan membersihkan rumah. Tak keberatan rasanya dia bangun lebih awal agar kedua anaknya tidak ”kapiran”.
Memakai baju seadanya berlengan panjang, topi lusuh, dan sepatu boot Ninuk siap bekerja hingga pukul lima sore. Topi lusuh dan baju lengan panjang untuk menangkap panasnya matahari.

Sepatu boot digunakan untuk melindungi kaki apabila rob menggenang tempat penjemuran ikan. Tidak hanya mepe atau menjemur ikan. Pekerjaan mereka meliputi mepe, memilah, mengepak hingga menimbang ikan untuk dikirim ke pemesan. Sebelum dijemur, ikan lebih dahulu dicuci. Bagian mencuci ikan biasanya dilakukan oleh buruh laki-laki.

``Tenaganya lebih kuat. Lagi pula setelah dicuci di tempat terpisah dari penjemuran dan pengepakan, ikan-ikan itu harus diangkut dengan songkro (gerobak--Red) yang membutuhkan tenaga besar,`` kilah Pak Adam.

Gaji Pria Lebih Tinggi

Menurut keterangan laki-laki berkulit legam ini, buruh laki-laki dibayar lebih tinggi, yaitu Rp. 20.000,00 per hari karena dinilai bekerja lebih berat dibanding perempuan. Tetapi tak dapat dimungkiri, untuk mepe dan mengepak ikan memerlukan jasa perempuan karena dianggapnya lebih teliti dalam melakukan pekerjaan.

”Kalau tidak ada perempuan-perempuan itu ya cotho. Laki-laki di sini nggak ada yang mau kerja mepe ikan, karena mereka kebanyakan malas, nggak telaten.” Pemepe ikan di tempatnya adalah perempuan-perempuan yang sudah cukup lama bekerja dengannya.

Suka-duka buruh mepe ikan seperti Ninuk cukup beragam. ”Sukanya itu kalau lagi kerja ya seneng, bisa ketemu teman. Kalau di rumah kan nggak enak. Nglangut. Nggak enaknya kadang pegel-pegel kalau lelangan ikan banyak.” Selain Ninuk, ada delapan pemepe ikan lain yang semuanya perempuan. Mereka bahu-membahu bekerja di tempat pengepakan ikan itu. Samproni misalnya.

Sudah lima tahun bekerja menjadi pemepe ikan. Mereka tak pernah mengeluh meski dibayar Rp12.000 per hari. Kalau ada lembur, mereka mendapat tambahan bayaran per jam Rp 2000 Sama seperti Ninuk, Samproni yang berusia 47 tahun itu merasa senang bisa bercanda setiap hari di tempat kerja bersama teman-teman; bisa menghibur hati dan membantu mencari nafkah untuk suaminya yang juga buruh pencuci ikan di tempat lain.

Tetapi sayangnya, mereka tidak bisa selamanya setiap hari bersama. Pasokan ikan mulai sulit. Belakangan beberapa pemilik kapal malah menjual kapal karena banyak yang bangkrut. Kalau sebelumnya lelangan terbanyak bisa hingga 60 kali per hari, kini jarang dialami karena pasokan ikan sulit.

Sehari ada tujuh kali lelang. Tiap 1 kali lelang berisi 12 basket dengan berat ikan 30 kilogram. Itu sudah cukup memadai. Sangat jauh memang dibanding sebelumnya. Pak Adam yang sudah belasan tahun menekuni usaha pengepakan ikan mengatakan, kapal mulai jarang memasok ikan sejak 3 tahun terakhir. Bahkan beberapa pemilik menjual kapal karena bangkrut.

``Mereka jual kapal karena nggak kuat bayar BBM. Soalnya harga barang-barang dan lainnya ikut naik. Pengusaha kecil seperti Saya ini semakin berat. Nyari ikan susahnya minta ampun.

Masih mending ada kapal, banyak malah yang sudah gulung tikar. Pabrik di depan juga sudah tutup. Padahal itu milik pengusaha besar. Banyak orang-orang nganggur. Nggak tahu lagi apa yang terjadi nanti kalau harga BBM terus naik,`` ungkap Pak Adam sambil menunjuk pabrik di depan tempat pengepakan ikan miliknya yang sudah tidak beroperasi lagi.

Tidak adanya pasokan akan sangat berpengaruh pada penghasilan perempuan-perempuan pemepe ikan. Sebulan mereka bisa bekerja hanya 15 hari. Setelah itu menganggur, menunggu ada panggilan berikutnya. Ninuk tidak mempunyai pekerjaan sampingan lain.

Kalau tidak ada pasokan ikan, dia hanya menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah tangga. Pagi menyiapkan makan untuk anak, bersih-bersih rumah, dan istirahat sambil meng-hibur hati. Tak ada yang bisa dilakukan lagi selain hanya pasrah kepada keadaan.

Meski lulus SMP dia tidak punya cukup kenalan dan informasi untuk mendapat pekerjaan yang lebih layak. Sebisa mungkin uang hasil mepe ikan diatur sedemikian rupa untuk mencukupi kehidupan rumah tangganya, meski hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan biaya sekolah anak bungsunya yang kini menginjak bangku sekolah menengah pertama itu.

”Nggak tahu nanti gimana. Sekarang saja ikan sudah sulit didapat. BBM naik lagi. Ya sudah, mau gimana lagi. Maunya ya kerja tiap hari, tapi kalau nggak ada ikan kan nggak bisa dapat uang. Saya sudah biasa hidup susah,” ungkap perempuan berkulit sawo matang itu sambil tersenyum.

Sekarang harga BBM sudah naik. Entah sampai kapan kehidupan perempuan pemepe ikan seperti Ninuk akan mengalami perbaikan. Harapan masih menggantung dan menjadi mimpi.

Sosialisasi KDRT Koran dan Televisi Jadi Media Efektif

Artikel ini telah dimuat di Suara Merdeka, 20 Agustus 2008

PERKEMBANGAN teknologi informasi makin tak terbendung. Saat ini boleh dikatakan banyak orang familiar dengan internet atau setidaknya pernah mendengar namanya. Jargon masyarakat melek media juga tampaknya makin berkembang dan terealisasi hingga ke pelosok tanah air. Akhirnya banyak kalangan membidik media menjadi sasaran tembak melakukan sosialisasi.

Pegiat masalah perempuan atau aktivis LSM pun cukup terbantu dengan adanya media, baik cetak maupun elektronik. Kemajuan terlihat sejak masyarakat awam belum mengenal adanya istilah kekerasan dalam rumah tangga hingga dewasa ini banyak kalangan ramai-ramai berdebat masalah gender, poligami, perlindungan anak, dan lainnya.

Perjuangan para aktivis perempuan sungguh luar biasa tak kenal lelah mengkampanyekan slogan-slogan Stop kekerasan terhadap Perempuan, Stop Pelecehan Seksual, kuota 30% untuk perempuan dan lainnya.

Gencarnya para aktivis LSM melobi dan bekerjasama dengan berbagai elemen untuk menyuarakan kesetaraan gender tak luput dari peran serta media. Bisa dibayangkan seandainya media tidak mendukung hal itu. Meskipun harus diakui masih sedikit media (cetak maupun elektronik) yang betul-betul memberikan porsi lumayan kepada masalah perempuan. Setidaknya upaya para aktivis dan pendukungnya setelah melakukan workshop atau pelatihan-pelatihan jurnalistik berbasis gender sudah membuahkan hasil.

Efektif

Hal menarik dari hasil riset yang dilakukan Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI) pada kurun Februari-Juni 2008 memperlihatkan bahwa informan (responden) justru mengetahui isu-isu perempuan seperti masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan hak-hak perlindungan anak dari media.

Hal itu apabila dibadingkan dengan komponen lain seperti lembaga sosial, pemerintahan, infrastruktur pemerintahan dan LSM. Sebanyak 140 informan dari 6 kota wilayah survey (Purwokerto, Solo, Temanggung, Semarang, Pati, dan Pekalongan). Di antaranya mengatakan tahu istilah KDRT setelah melihat infotainmen di televisi, membaca koran, atau mendengarkan radio.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah:
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 35, 7 % (terbanyak) informan memeroleh informasi tentang UU KDRT dan sebanyak 32,9 % mengetahui UU Perlindungan Anak dari televisi. Beberapa informan mengatakan mereka mengetahui istilah perlindungan anak justru ketika melihat tayangan infotainmen yang memperlihatkan tayangan wawancara Kak Seto dari Komnas Perlindungan Anak. Saat itu menjadi mediator perwalian anak antara Tamara Blezynsky dan Rafli.

Memang mereka tak memahami begitu dalam pengertian perlindungan anak, tetapi setidaknya masyarakat marginal ternyata mampu mengakses informasi tersebut dan cukup mengerti bahwa kekerasan tak sepatutnya terjadi di dalam rumah tangga. Pun informasi tentang perceraian artis akibat kekerasan yang dilakukan oleh suami lebih mudah diterima oleh masyarakat pinggiran.

Televisi memiliki keunggulan karena menampilkan seluruh media informasi baik visual maupun audio. Di samping itu bisa dikatakan mayoritas masyarakat sudah mempunyai televisi di rumah sehingga memudahkan penerimaan akses informasi bagi mereka.
Dari tabel juga terlihat sebanyak 10% informan mengenal UU KDRT maupun perlindungan anak melalui koran. Kemungkinan hal ini terjadi adalah karena rendahnya minat baca di kalangan masyarakat. Hal menarik adalah ketika salah satu informan yang berprofesi sebagi pengecer koran (loper) mengatakan sangat terbantu dengan berita UU KDRT di media.

Ia menggunting potongan informasi UU KDRT dari koran lalu menempelnya di dinding rumah. Hal itu merupakan upaya untuk menyadarkan suaminya yang sebelumnya sering melakukan tindak kekerasan terhadapnya. Secara sengaja dia menunjukkan kepada suaminya tentang hukuman yang mengatur apabila pelaku terbukti melakukan KDRT.

Berkat potongan koran itulah menurutnya tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan sang suami. Ia juga sadar untuk selalu memberikan ASI eksklusif hingga bayinya berusia 6 bulan karena membaca koran. Radio dan teman atau kenalan merupakan sumber informasi selanjutnya bagi informan.

Jelas akhirnya bahwa media ternyata sangat efektif menjangkau kelas masyarakat pinggiran. Ini menjadi catatan penting untuk efektivitas sosialisasi masalah perempuan di kemudian hari. Menjadi tugas para pegiat media dan aktivis LSM perempuan untuk mengemas isu dengan mengedepankan hiburan, menjual, dan tepat sasaran. Dengan demikian masyarakat pinggiran mampu mencerna maksud sosialisasi dan mengena sesuai tujuan. Tidak mudah memang, tetapi bukan tidak mungkin bisa dilakukan.

Publik Figur

Tidak hanya dalam pilkada dan menjelang pemilu 2009 saja para artis ramai-ramai mencalonkan dan dicalonkan oleh partai. Modal ketenaran nama juga cukup menambah nilai plus dalam sosialisasi masalah perempuan. Hal menarik dari survey yang dilakukan LeSPI adalah ketika informan yang terdiri atas kaum pinggiran mengetahui istilah kekerasan dalam rumah tangga dari infotainmen seperti penjelasan sebelumnya.

Mereka lebih mudah menerima informasi ketika kebetulan menonton berita perkawinan Maia dan Ahmad Dani berantakan dan disinyalir telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula ketika artis Five Vi memperebutkan hak perwalian anak dari suaminya pun ada masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Masih jelas terngiang ketika beribu umat Islam perempuan kecewa dan ramai-ramai memperdebatkan masalah poligami dan hak-hak perempuan, ketika sang public figure Aa Gym terang-terangan mengaku menikah lagi. Luar biasa kekuatan media dalam menyuarakan persoalan.

Maka pada akhirnya ikon publik figure menjadi hal penting selanjutnya agar lembaga tertentu efektif menyampaikan informasinya, termasuk masalah jender. Keberhasilan pementasan vagina monolog yang berisi suara perempuan dengan melibatkan media juga menjadi hal yang patut diperhitungkan untuk sosialisasi masalah perempuan.

Apalagi di dalamnya melibatkan banyak artis papan atas Indonesia seperti Ayu Azhari, Rieke Dyah Pitaloka, Happy Salma, Ria Irawan, hingga Kristine Hakim.

napak tilas masa lalu?

Seorang teman mengatakan sempat mencari jejak langkah saya di masa lalu melalui google. Alamak, malu juga ya ketahuan seperti apa saya di waktu lampau. Saat emosi belum stabil, galau menjadi-jadi, setiap saat, dan pergaulan yang baru selingkup lebih kecil tentunya, dibanding sekarang. Panik? Tidak. Malah jadinya seru. Tak perlu menutup-nutupi masa lalu, karena kalau sekarang lebih baik, artinya ada kemajuan, hidup terus bergerak. Toh, masa lalu saya aman-aman saja. Haha...

Sebelumnya saya sempat merasa malu, karena blog terdahulu lupa password, sehingga tulisan curcol (sekarang pun tetep curcol sih ya? *tepokjidat) masih saja keluar dan bisa dibaca banyak orang. Tapi saya sudah berusaha setengah mati mengingat password, tetap saja tak ketemu. Akhirnya pasrah. Sempat terhibur ketika teman yang blogger banget mengatakan begini,"tak usahlah dihapus. Itu kan bukan aib. Malah bagus sebagai proses pembelajaran, bagaimana kamu dulu dan sekarang? Biar saja orang mengetahui kamu apa adanya." Ya baiklah. Akhirnya saya menerima nasehat itu dan hidup saya semakin berwarna. Lucu juga menertawakan diri sendiri di masa lalu.

Hikmahnya saya menemukan beberapa artikel ketika dulu masih menulis di koran. Hal yang paling lemah dalam hidup saya, kurang rajin mendokumentasikan sesuatu, padahal penting. Setidaknya saya bisa bernostalgia bahwa dulu pernah menjadi sutradara teater yang mendapat pujian karena pertunjukan yang memuaskan penonton. Saya sampai diwawancara satu halaman penuh koran terbesar di Jawa Tengah. Sayang ya, saya tak mendokumentasikannya. Arghhh.....mungkin kalau saya menilik di kampus masih ada. Mungkin.....

Senin, 22 Oktober 2012

Literasi Media Goes to Public

Sekitar empat tahun ini saya bersama teman-teman di konsultan media konsen sekali menyosialisasikan literasi media ke publik. Karena apa? Publik sebagai konsumen media sebagian ada yang sudah paham tentang apa itu media dengan segala seluk-beluknya, tetapi tak jarang, bahkan masih banyak sekali pemirsa yang sama sekali belum literate. Kelompok inilah, biasanya ada pada masyarakat grass root dan remaja yang menjadi sasaran empuk media untuk menaikkan rating. Rating, ya karena fokus pertama kami adalah tayangan televisi. Mengapa televisi? Karena media elektronik ini hampir pasti bisa ditemukan di semua rumah penduduk di Indonesia. 

Sebelumnya, ada baiknya (untuk yang belum paham) kita ketahui dulu apa itu literasi media. Biasa pula disebut dengan istilah melek media, ini lebih dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada publik perihal media, apa saja yang ada di dalamnya, bagaimana kinerjanya, sehingga dalam mengkritisinya masyarakat paham dan meninjau dari segala sisi. Kemudian masyarakat bisa menyampaikan kritik, bertemu dengan para pekerja TV atau menyampaikan keluhan ke pihak berwenang seperti Komisi Penyiaran Indonesia, surat pembaca, social media, blog, web, dan aneka media lainnya. Mereka pun bisa bergabung dalam satu komunitas atau grup untuk mendukung kritik yang akan disampaikan. 

Contohnya apabila anda melihat tayangan Opera Van Java di Trans 7. Anda merasa risau dengan program tersebut karena menyajikan candaan yang tidak pas, bias jender, atau sara. Bisa jadi tayangan tersebut anda rasakan kurang tepat jam tayangnya, karena sangat riskan ditonton oleh anak-anak. Ada banyak hal yang bisa dipahami dari situ. Apakah pada program tersebut sudah memenuhi kaidah penyiaran yang benar? Misalnya pada adegan kekerasan, ia menampilkan running text bahwa adegan tersebut tidak boleh ditiru. Menayangkan makanan yang tak layak dikonsumsi dengan mem-blur subjek? 


Tak sekedar itu, kita bisa perhatikan jam tayang, jenis program, tema, dan sebagainya. Ada banyak sisi yang bisa kita pahami untuk modal kritik dan menjadikan kita penonton yang melek media. Ujungnya pada sikap, apakah kita mau terus-menerus dijejali dengan tayangan tak mendidik atau bersikap, mematikan televisi bersama-sama dengan kelompok, kalau perlu memboikot tayangan yang bersangkutan, demi memperoleh program yang baik.


Kembali ke Selera Asal (2)

Kami pun ngedumel, menyadari bahwa bertiga saling manja, tak mau kompromi soal makanan setempat. Padahal sebenarnya selera kami sederhana lho, lebih ke pastry kali ya? Terpola kalau di "luar" prefer makanan western, rasanya toleran menurut saya. Kunjungan saya sebelumnya sih beruntung, di dekat hotel ada restoran Indonesia dan seafood, kegemaran saya. Kali ini sengaja mencoba menu berbeda ternyata tetep..........kembalinya ke selera asal.  Apalagi menu nasi lemang dan serba India, kami berdua menghindari hal ini. Masalah suka atau tidak saja sih. 



Semenjak itu pun sisa hari berikutnya dari hanya tiga hari di Singapura, untuk makan, tujuan kami sudah pasti, seafood atau western food. Aman di perut. Kalau snack banyak pilihan, sehingga tak terlalu berpengaruh. Pada akhirnya harus kami akui bahwa makanan Indonesia memang banyak varian, dan itu luar biasa. Rempah kita lebih kaya rasa dan menyegarkan. Maka tak heran ya, jaman penjajahan negeri kita diduduki orang lain karena rempah-rempahnya yang menggiurkan. Sampai sekarang pun, sambal kita terkenal enak. Satu lagi, dunia pun mengakui bahwa nasi padang adalah makanan terenak. Ini bisa dikonsumsi  masyarakat hampir segala lapisan. Cita-cita kami selanjutnya, begitu sampai Bandara Soekarno Hatta, langsung berburu nasi Padang. Haha...baru tiga hari saja melow. Wew!

Yang saya suka di sini budaya makan buahnya begitu populer, tak seperti di Indonesia. Kami mudah sekali menemukan aneka buah yang ditusuk dengan harga 1-2 dolar. Itupun buah pilihan dan kualitasnya bagus. Kalau di sini bisa kita dapatkan di supermarket, kemasannya pun dalam stereoform, kurang menarik untuk langsung dimakan. Kami bertiga suka sekali mengkonsumsi ini karena segar dan bersih. Buahnya pun macam-macam, dari apel, mangga, hingga kiwi. Memang sih budaya makan buah di Indonesia sangat kurang dibanding negara luar, padahal sumber daya agro kita luar biasa. Sayang sekali. (habis)


Kembali ke Selera Asal (1)

Beberapa waktu lalu, saya bersama dua orang teman sengaja kabur dari pekerjaan, jalan-jalan ke negeri tetangga, Singapura. Ini bukan kali pertama bagi kami bertiga pergi ke negara kecil dan bersih itu. Bedanya, kalau periode sebelumnya kami bersama teman atau penjemput, yang ini sengaja, kami seperti turis, tak ada guide sehingga apa-apa harus kami urus sendiri. Inginnya mencoba semua moda transportasi umum, apabila kepepet, ya sudah taxi bertebaran di mana-mana kan? Dasar ya, mental kami bukan sehebat para backpacker. Sumpah salut sama mereka.

Hari pertama, kami berniat wisata kuliner murah, makan serba 1-5 dolar-an. Bertahan sampai sore hari, hingga kemudian wara-wiri naik MRT. Berbekal keyakinan arah yang berbeda membawa kami pusing sendiri. Kelemahan saya itu membaca peta, satu teman saya mudah lupa, dan satunya lagi hasrat petualangannya terlalu tinggi. Akhirnya menjelang maghrib barulah sampai di tempat yang kami tuju, Bugis Street. Puas deh naik MRT, sesuai cita-cita semula.  Saking capeknya berbelanja, maklum bertiga ini perempuan semua yang seleranya unik, jadi harap sabar, tak terasa sudah hampir pukul 21.00 waktu setempat. Perut kami keroncongan tak terkira. Bosan dengan makanan serba 1-5 dolar-an ditambah peluh dan pusing arah, kalap. Nggak mau makan murah lagi. Tuh kan apa saya bilang, mental kami tak sepenuhnya backpacker. Hadehh....akhirnya makan tidak murah, masuk ke salah satu resto seafood ya habis sekitar 50-an dollar. 


Keesokan harinya, kami ke Universal Studio. Tak ingin masuk sih, hanya maunya foto di depan bola saja. Kemudian wisata kuliner, masuk di Malaysia Pedestrian, tentunya berharap kali ini mendapatkan makanan yang enak. Bertiga sengaja kami pesan menu berbeda. Melihat tampilannya sih oke. Saya pesan apa ya namanya lupa, tapi semacam batagor kalau di sini. Teman saya sudah kelaparan, jadi habis tak tersisa dan saya tak tahu apa pesanannya. Sedangkan satunya, pesan semacam nasi goreng yang dibakar, tampilannya oke juga. Tetapi entah ya, saya sangat yakin rasanya seperti hanya nasi bakar diberi kecap dan ayam. Benar saja. Selera saya langsung drop begitu makan telor asin hitam yang rasanya eneg. Pun teman saya hanya makan 2 sendok, pesanan tak sesuai dengan bayangan. *Sigh!



Jangan Sampai Terhanyut

Kata terhanyut berarti tidak sengaja hanyut, bisa pula sesuatu yang tak diharapkan. Ini similar dengan kata terlena, terpijak, terpikat, terpesona. Aha! Marilah mencerna makna bebas dari kata ini. Memang sih sesuatu yang tak disengaja, bahkan tak diharapkan itu sangat ingin sekali dicegah. Tetapi, namanya manusia, ada saja alasan pembenaran. Meskipun, sangat mungkin bisa kita filter.

Sebagai seorang penyiar, dalam satu program talkshow satu jam, kita punya batasan waktu untuk mendapat rangkuman dari topik dengan narasumber tertentu. Apa yang terjadi kalau kita tak bisa mengendalikan diri? Terhanyut dalam obrolan narasumber? Bisa fatal. Apalagi kalau media kita terkenal, pun programnya. Bisa-bisa kena kritik dan teguran boss juga pendengar. Selain itu kita sendiri merasa kurang puas dengan apa yang telah kita lakukan. 

Contoh lain, anda sebagai seorang sales dengan target tertentu, bertemu dengan klien lawan jenis. Sesuatu sangat berpeluang terjadi, entah itu hubungan asmara atau emosional lainnya. Jangan lupa, kita punya fokus awal, yaitu closing. Klien bisa saja punya tujuan lain yang tak sesuai dengan apa mau kita, bahkan berpotensi membelokkan tujuan ke arah lain. Nah, ujungnya kendali ada pada kita. Mau terhanyut bersama mereka, atau keukeuh dengan progress awal. Ini pilihan ya, dengan berbagai resiko. Take your own risk.

Lalu, apakah kita tak boleh terhanyut? Saya pribadi berpendapat sah-sah saja sih, asal di batas kontrol. Pertimbangannya, apakah hal itu merugikan anda atau tidak? Apakah hal itu bisa mendukung pelaksanaan program atau justru menghambat? Sejauh mana hal itu menyita waktu anda? Selama masih proporsional, oke saja. Hanya fokus itu jangan sampai lepas.Sebagai makhluk sosial, kita tak bisa lepas dari hubungan antar manusia yang kadang butuh fun, enjoy dan inspirasi. Yang terakhir ini kadang kita dapatkan dari hal-hal spontanitif, tak sengaja.

Kamis, 18 Oktober 2012

You Create Beauty With Your Attitude

Kalimat ini saya cuplik dari tulisan di dinding facebook salah satu motivator saya, Kafi Kurnia. Saya sangat setuju dengan ini, karena beberapa pengalaman memperlihatkan itu. Secara pribadi saja ya, kadang seseorang yang cakep dibalut busana mahal, berkelas, begitu berbicara, terlihat seperti apa kepribadiannya. Tak cukup dari situ. Time will reveal. Mungkin setelah setahun dua tahun, kita baru tahu sebenar-benarnya pribadi dari teman. Tak ada patokan waktu. Apapun itu, lebih menyenangkan mengetahui keaslian daripada menerima kepalsuan kan?

Dalam berteman dan menentukan pasangan, saya lebih suka orang yang good looking dengan kepribadian baik. Siapapun mau seperti itu kan? Kecuali, orientasinya lain. Misal, saya punya teman penyuka perempuan sexy. Ia tak peduli tingkat kecerdasan perempuan itu. Ujung-ujungnya ternyata itu hanya untuk memenuhi gengsi visual, ia merasa bangga berteman dengan banyak perempuan sexy dan cantik, itu saja. Toh, hubungan semacam itu tak berlanjut lama. Satu bulan dua bulan sangat bagus. Tak jarang hanya semalam saja. 

Tipikal orang memang berbeda. Saya punya teman laki-laki lain yang pemilih dan classy. Ia memilih pasangan yang tak melulu harus cantik, tetapi memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Alasannya? Ia merasa perempuan semacam itu lebih sexy, smart, dan tak membosankan. Well, saya berpikiran sama dengannya pada soal ini. Laki-laki cerdas, good looking dan berattitude lebih sexy dibanding tampan sekedar fisik. Bahkan, kadang ia terlihat biasa saja, begitu berbicara dan ngobrol lama, baru terasa, menit per menit kesexyan itu tak berakhir. Hati-hati lho tentang hal ini, semakin lama anda berbicara dengan seseorang, semakin ia akan tahu, seperti apa kepribadian anda.

Rabu, 17 Oktober 2012

sederhana itu menggoda, selanjutnya terserah anda

Tiba-tiba kalimat itu lewat di benak saya, sederhana itu menggoda, selanjutnya terserah anda. Sebuah parodi iklan lawas. Ini curhat pribadi. Faktanya saya menyukai segala sesuatu yang sederhana. Laki-laki sederhana, pemikiran, rumah, kendaraan, tulisan, hingga...rumah makan sederhana. Ini mah restoran haha.....

Oke lanjut. Bumbu itu perlu, tapi jangan terlalu banyak, rasanya akan semakin tak karuan. Yang sederhana? Tentu tetap dicari, sebagai balancing, di dunia yang karut marut ini. Gaya hidup juga makin berubah. Kebetulan saya sedang sosialisasi tentang kenyamanan hidup, mengembalikan segala sesuatunya kepada hal yang simpel, sederhana. Kuncinya? Ya menikmati hidup itu sendiri. Menanggalkan segala bumbu kehidupan, just relax, menghirup udara dengan tulus, musik alam yang natural, thankful. Dan itu tak membutuhkan segala rupa kemewahan. Cukup merasakan alam, menghitung rahmat, tak henti berterima kasih kepada Sang Pencipta, bahwa kita ada, untuk segala kenikmatan ini.

Teman perempuan di lingkungan saya, beberapa, selalu disibukkan dengan tas KW model terbaru. Mengapa musti beli KW kalau ada yang asli? Tak mampu beli yang asli? Ya tak usah beli. Karena toh kalau pun sudah terealisasi memiliki, kemudian apa? Membeli yang lain? Kecuali, tujuannya untuk investasi, ini sangat bisa saya maklumi. Tetapi untuk sekedar pamer, saya tak bisa menoleransi. Saya pribadi sih tak fanatik pada salah satu merk. Saya simpati kepada segala sesuatu yang artistik, handmade, dan sederhana, dari sisi harga terutama haha..

Dan kadang-kadang yang sederhana itu membuat penasaran lho. Contoh, ada produk sate di Yogyakarta, sate klathak, saking simpelnya, banyak diburu orang. Sate itu tak berbumbu. Makannya pun di kursi kayu (dhingklik) lusuh di tengah pasar dan hanya ditemukan pada malam hari. Penjualnya juga sederhana, tak banyak basa-basi, pun keramahannya. Ini melawan arus marketing dari sate berbumbu yang banyak dijual di berbagai tempat. Hasilnya? Sate sederhana ini banyak dicari orang dari berbagai kota. 

Makanya hati-hati dengan kata sederhana, pun pria sederhana. Ini bahaya, karena saya bisa terperangkap dalam pesonanya. Halah. 


istilah kata

Istilah kata? Apa ya? Makin tak jelas tulisan ini sepertinya. Haha....baiklah saya akan bercerita tentang ini. Saya agak terganggu dengan orang yang model bicaranya selalu diulang, maksudnya dengan kosa kata itu-itu saja. Dari nilai rasa pun tak enak kan? Apalagi nilai dengar....mengganggu. Mungkin karena saya sangat peduli dengan Bahasa Indonesia jadi agak sensitif membicarakan hal ini.

Nah, kemarin saya bertemu dengan klien yang unik. Ia memilih 'istilah kata' sebagai kata bantu menerangkan kalimat lain. Contohnya seperti ini: "istilah kata untuk sampai ke tujuan kan kita harus melalui proses. Dan itu tidak pendek waktunya mbak. Ya istilah kata perlu waktulah dan harus bersabar. Dhuengggg! Mengapa ia tidak mengatakan saja begini,"untuk sampai ke tujuan kan kita harus melalui proses. Dan itu tidak pendek waktunya mbak, perlu waktu dan harus bersabar'. Jadi ia tak perlu menambahkan "istilah kata" itu tadi. Setuju?

Memang sih sulit bahasa lisan, apalagi kalau itu dilakukan langsung, dengan klien pula, memenuhi kaidah bahasa yang baik. Tetapi, menurut saya, itu tetap bisa dilatih. Mending mana, bercapek-capek berlatih kemudian mendapat respect, atau malas, dan mendapat kesan kurang baik? Biar bagaimanapun, saya tetap melihat kecakapan berbahasa seseorang bisa menjadi salah satu nilai positif. Bukankah ada pepatah mengatakan, mulutmu harimaumu? Bisa kan kita menilai orang dari gaya berbicara, pilihan katanya? Seseorang benar romantis atau tidak silahkan lihat dari caranya bertutur. Begitu pun, gombal atau tidak. Kasar atau lembut hatinya. *wink.

cinta itu harus memiliki

Saya menganut paham itu. Artinya total. Lah ngapain saya memilih mencintainya, tetapi tak bisa saya miliki? Kok menyakiti diri masing-masing atau salah satu, ya saya. Egois? Saya beropini tidak tentu saja. Ada yang bilang cinta itu tak pernah salah. Ya memang. Orangnya yang salah. Salah memilih orang untuk dicintai. Cinta itu bisa dikendalikan kok. Dan mohon dibedakan, apakah itu cinta atau nafsu belaka? Sebatas keinginan untuk diakui bahwa ia layak dicintai, sesudahnya selesai, tak berujung. Akhirnya cinta menjadi tidak penting. 


Awalnya bisa jadi sama-sama tahu, bahwa hubungan antar keduanya tidak mungkin, tidak boleh terjadi tepatnya. Itu karena si pria sudah beristri, perempuannya lajang. Tetapi alah bisa karena biasa, witing tresno jalaran saka kulina. Akhirnya merasa cocok, terbiasa saling memperhatikan, nyandu. Keduanya terperangkap pada jalan buntu. Dulu ada teman saya yang saklek, selalu mencegah hubungan main-main semacam itu, karena tak akan ada endingnya. Kalau toh pun ada, ketiganya akan terluka. Kecuali, salah duanya mengambil sikap, dengan segala resiko. Well, sepanjang sepengetahuan saya kok kebanyakan ketiganya yang terluka. Jarang sekali ada orang yang berjuang dan berkorban begitu besar untuk sebuah cinta. Biasanya yang seperti itu perempuan, karena ia pandai menyimpan rahasia. 

Kenapa cinta harus memiliki? Karena, sekali lagi menurut saya, hati ini cuma satu, itu tak bisa dibagi. Begitupun cinta. Sekali kita menjatuhkan pilihan pada seseorang, kepadanyalah total berseluruh. Kenapa kita harus saling menyakiti apabila bisa saling membahagiakan? Menyakiti itu kan nggak bagus. Efek di pekerjaan juga sangat mengganggu. Aliran darah tak lancar, endebla endebla. Jadi ya begitu, mendingan iya dan total, atau tidak sama sekali.  Butuh pengorbanan yang tak kecil untuk satu cinta yang utuh. Seseorang punya masa lalu dan pernah salah langkah. Tetapi tak pernah ada kata terlambat untuk memulai langkah baru yang lebih baik. Pengalaman sebagai bahan evaluasi, bukan daftar prestasi.

Selasa, 16 Oktober 2012

sadar terluka

Shanaz hampir setahun ini berpacaran dengan Roy, seorang suami dari satu istri sekaligus ayah dari dua anak. Ini kali ketiga ia memacari laki-laki beristri. Sebelumnya, setelah hubungannya berakhir pada laki-laki kedua, ia berjanji tak akan memacari suami orang. Kemudian perempuan langsing itu menjalin hubungan dengan Maher, pria muda 8 tahun di bawahnya. Yang terjadi adalah, Maher selingkuh, Shanaz sakit hati. Akhirnya Shanaz bertemu Roy, yang menyukai dan lantas menjadikannya pacar.

Hari ini istri Roy ulang tahun. Hati Shanaz teriris pilu. Ia sangat paham posisinya, hanya sebagai pacar, yang dari awal komitmen, tak akan menuntut 'lebih' sepanjang Roy menyetiai hanya kepadanya. Selama hubungan mereka pun, Shanaz tak pernah menanyakan kondisi hubungan Roy dengan istrinya. Untuk apa? Hanya menambah sakit dan cemburu. Tetapi bisa apa? Karena selama ini ternyata memang Roy selalu ada untuknya, setiap saat, lembut, mau mendengar keluh kesahnya. Roy pun kadang cemburu kalau Shanaz mencoba mendekati pria lain. Tetapi ia pun bisa apa? Toh yang terjadi, perempuan manis itu --sepanjang hubungannya dengan Roy-- pintar menjaga perasaannya, bahkan mencoba memberikan 'lebih' kasih sayang yang ada. Betapa beruntungnya Roy. 

Kadang, Shanaz berpikir bahwa ketiganya terluka. Roy tak bisa meninggalkan istrinya. Ini kalimat yang paling ia tak mau dengar sepanjang hidupnya. Karena itu pulalah ia tak pernah mau menanyakannya. Ia membayangkan andai di posisi istri, betapa sakit. Tanpa diketahui, di belakangnya, si suami membagi cinta dengan perempuan lain. Sementara ia begitu bangga, sang suami menjadi laki-laki terbaik di keluarga, menyayangi anak-anak mereka, imam yang baik. Pencitraan yang sukses. Shanazpun paham, Roy-lah yang paling diuntungkan dari semua ini. Di kala sakit, ia mendapat perhatian penuh dari keluarga pun ia. Tetapi untuk pergi dari perasaan ini, begitu sulit. Shanaz butuh seseorang yang mencintainya, meski itu pedih. Toh, ia sadar dengan resiko dikesampingkan, dinomorduakan, dan lainnya. Hatinya tertutup, hanya Roy yang bisa mengerti dan menerimanya.

Senin, 15 Oktober 2012

the beautiful life must go on

Hari ini saya janjian ketemu dengan klien, laki-laki. Ia menolak bertemu dengan saya berduaan, karena takut ada teman istrinya yang melihat pertemuan kami. Ia mengatakan, istrinya pencemburu hebat, sehingga tidak mau melukai perasaan istrinya. #Jleb.

Baru kali ini sepanjang perjalanan pekerjaan saya, bertemu dengan orang seperti itu. Apa tampang saya sudah sedemikian berbahaya untuk  merusak rumah tangga orang ya? Padahal, kami pun bertemu di tempat umum, dan murni urusan bisnis. Boro-boro saya naksir klien saya, sama sekali tidak. Dan saya tak peduli, ia mau membawa pegawainya seperusahaan kek, atau dengan satpamnya, ya monggo, saya biasa melakukan pertemuan bisnis seorang diri. Sepanjang saya bekerja pun cukup tahu batasan, antara rekan bisnis atau pasangan dengan ketertarikan istimewa. Yang pasti, saya tak pernah mencampuradukkan masalah ini dan cukup profesional untuk memilahnya dengan dewasa.


Ini murni curcol deh tulisan saya, karena sedang kesal saja dengan masalah sepele semacam itu. Obatnya ya satu, menulis, lalu saya melupakannya, kemudian melakukan tindakan positif lainnya. Saya juga pernah ditelepon istri teman kerja saya yang tiba-tiba melabrak dan mencemburui saya. Kampreto deh. Alih-alih saya naksir suaminya, ini tidak sodara! Menyebalkan. Saya dituduh berbuat hal yang tidak saya lakukan. Orang yang melabrak saya adalah perempuan yang sedang emosi, tak berada dalam zona pemikiran netral. Kalau saya meladeni dengan emosi, akan lebih rendah dari ia kan? Baiklah, saya menjadi manusia setengah dewa, mengalah dengan tegas sambil menghibur diri, bahwa yang sedang saya hadapi orang yang sedang terguncang jiwanya. 

Beberapa kali saya mengalami hal semacam itu. Jengkel tentu saja, karena kena getahnya tanpa pernah merasakan enaknya. Lho, saya sama sekali tak berhasrat dengan suami-suami mereka itu. Kecuali keadaannya lain ya? Misalnya saya benar suka dengan suami mereka, kemudian memacarinya. Ini tidak. Bagaimana tidak jengkel? Fuih.....akhirnya saya pun #pukpuk diri sendiri, resiko orang menarik, susah melawan magnet lawan jenis. Haha.....watta life deh. The beautiful life must go on. Jengkel silahkan mampir sesaat, setelahnya happy dan wise adalah pilihan tepat.


Minggu, 14 Oktober 2012

LOMBA REPORTASE KHUSUS WARTAWAN “MANGGA MANIA”



LATAR BELAKANG  :

ASEIBSSINDO – Assosiasi Eksportir – Importir Buah dan Sayur Segar Indonesia, pada tanggal 16 Pebruari 2012  telah membentuk sebuah konsorsium yang dinamakan NUSA FRESH , yang bertujuan untuk memberdayakan potensi dan sekaligus mempromosikan buah Nusantara.

Ketua Pemasaran Nusa Fresh, Kafi Kurnia mengatakan : “Indonesia memiliki kekaya-an keragaman buah tropis dari berbagai wilayah Indonesia dikenal. Masing-masing daerah memiliki jenis unggulan buah tropis sendiri. Misalnya Duren Medan, Jeruk dari So-e, Nanas Parit Pontianak, Salak Madu Djogdjakarta dan Mangga Harum manis dari Blora. Semuanya sangat eksotik untuk dikembangkan dan dipopulerkan”

Selama 10 bulan terakhir Nusa Fresh melakukan berbagai inventaris untuk menemukan berbagai buah-buah tropis yang unik dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia.

Kondisi tanah, tinggi lahan, dan berbagai aspek yang unik, menyebabkan berbagai buah-buahan Nusantara memiliki rasa dan kelezatan yang berbeda. Strategi Nusa Fresh dimasa mendatang adalah menciptakan –hub-logistik- untuk mendatangkan buah-buah yang unik ini dari sentra produksinya ke “primary-market” seperti kota besar Jakarta. Dengan cara ini, konsumen kota besar akan menikmati buah tropis Nusantara yang eksotik, dengan unggulan varitas dan kualitas yang prima. Varitas buah unggulan yang tidak mungkin ditransportasikan, akan dicarikan solusinya untuk diolah dalam berbagai produk olahan dan produk bahan baku industry.

Nusa Fresh memiliki visi untuk meneruskan proses inventaris ini, lalu menyajikan berbagai buah tropis unggulan dan berkualitas ini menjadi The Super Fruit of Indonesia dan mempromosikan-nya setiap bulan sesuai dengan musimnya masing-masing.

MANGGA MANIA :

Dalam rangka memeriahkan panen raya Mangga Nusantara – maka Nusa Fresh mengundang semua kawan-kawan media untuk beramai-ramai mempromosikan “Mangga Mania” dengan cara melakukan reportase tentang Mangga Nusantara secara gegap gempita dan meriah.




Sebagai apresiasi – Nusa Fresh akan memberikan insetif hadiah uang tunai sebagai berikut :

Ø  Reportase  terbaik pertama mendapat hadiah uang tunai – Rp. 6 juta rupiah
Ø  Reportase terbaik kedua mendapat hadiah uang tunai – Rp. 3 juta rupiah
Ø  Reportase terbaik ketiga mendapat hadiah uang tunai – Rp. 2  juta rupiah

Syarat-syarat lomba :

Ø  Bentuk reportase bisa berupa foto dan atau  artikel di media cetak dan juga on-line, ulasan atau wawacara di media radio dan tayangan di media televisi
Ø  Tema, Bentuk dan format bebas
Ø  Namun tema khusus yang juga mempromosikan budaya dan kuliner Indonesia akan mendapat nilai tambahan
Ø  Reportase paling lambat dipublikasikan tanggal 31 Oktober 2012
Ø  Bukti reportase paling lambat diserahkan seminggu setelah tanggal 31 Oktober 2012
Ø  Reportase bisa dikirim secara elektronik ke ajaib@cbn.net.id
Ø  Atau dikirim ke RINI ANASTASIA
Grand Widjaja Center – Blok F-62B
Jalan Widjaja II – Jakarta 12160
Telp : 723 1608
Ø  Pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah akan dilakukan pada minggu kedua November 2012 dalam acara khusus Nusa Fresh yang berikutnya.
Ø  Keputusan Pemenang adalah final
Ø  Lomba ini terbuka hanya untuk wartawan tanpa membedakan umur dan gender

Rabu, 10 Oktober 2012

Sejuta Manfaat Mangga dari Pohon Kehidupan

(Cleopatra)- Jika kita menanam sebiji benih mangga, selang beberapa waktu pasti akan tumbuh menjadi sebuah pohon mangga yang bercabang dan jika waktunya tiba akan berbunga dan menghasilkan buah. Pohon mangga yang kita tanam pasti memiliki beberapa cabang, setiap cabang pasti memiliki kondisi yang berbeda. Ada cabang yang besar dan berdaun banyak, ada cabang yang sedang dengan jumlah daun yang sedang pula, dan ada cabang yang kecil yang jumlah daunnya pun sedikit jua. Apakah ada sepiring buah di meja makan anda hari ini? Buah apa saja? Darimana mendapatkannya? Saya yakin rata-rata dari anda akan menjawab ‘beli laaah..’’ so what??

Bicara buah mangga, pastinya setiap orang punya kesan tersendiri, misalnya bagi penulis buah mangga salah satu buah favorit ketika masih kecil. Masih ingat betul  ketika makan buah mangga setelah pulang sekolah menggunakan sambal gula merah atau yang lazim disebut rujak. Buah mangga memang menjadi idola, tidak hanya mangga yang sudah masak, tetapi yang masih mentah pun juga disukai.

Ada beberapa jenis mangga di Indonesia, ada mangga manalagi, mangga golek, mangga harum manis dan jenis mangga lainnya. Nah, di saat ini untuk mendapatkan buah mangga, anda harus merogoh isi kantong dulu. Pasalnya cara paling mudah mendapatkan buah mangga adalah dengan ‘lari’ atau membeli ke supermarket atau tukang buah pinggir jalan terdekat.

Dengan mengambil  beberapa buah dan ditimbang. Kemudian  diberi label harga oleh pelayannya.  Dua kilo  harganya Rp 30 ribu, cukup menguras kantong di tengah bulan.

Buah mangga, bentuk buahnya sangat khas yakni bulat, warnanya dagingnya kuning, warna kulitnya umumnya hijau, dagingnya juga ada yang bersemburat merah dan rasanya manis. Buah ini tidak hanya disukai orang dewasa, tapi juga anak-anak. Mangga (Mangifera indica) termasuk buah tropis. Ketika masih mentah (muda), buah ini pun banyak dicari untuk rujak oleh perempuan yang hamil.

Di Indonesia sendiri memiliki sejumlah varitas unggulan mangga terbaik diseluruh dunia. Misalnya saja mangga harum manis dan mangga gedong yang telah menjadi komoditas ekspor yang sangat terkenal. Tidak heran dengan berlimpahnya buah mangga, membuat Indonesia adalah salah satu negara penghasil mangga dunia ke 5 setelah Pakistan dan India.

Tinggi pohon Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m. Nama buah ini berasal dari Malayalam maanga. Kata ini dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam.

Ketua Pemasaran Nusa Fresh, Kafi Kurnia mengatakan Indonesia memiliki kekayaan keragaman buah tropis dari berbagai wilayah Indonesia dikenal. Masing-masing daerah memiliki jenis unggulan buah tropis sendiri. Misalnya Duren Medan, Jeruk dari So-e, Nanas Parit Pontianak, Salak Madu Djogdjakarta dan Mangga Harum manis dari Blora. “Semuanya sangat eksotik untuk dikembangkan dan dipopulerkan,” ujar Kafi Kurnia, Ketua Pemasaran Nusa Fresh, ditemui saat Kampanye Mangga Mania, Jakarta (18/09/2012).

Manfaat yang tersembunyi
Buah mangga merupakan buah kehidupan yang tersembunyi manfaatnya, namun jika tahu,betapa besar sekali kegunaanya bagi manusia. Dr Apratim Goel, seorang dermatologis dari India, mengatakan buah mangga adalah sumber yang kaya akan betacarotene ( Vitamin A), yang merupakan antioksidan kuat. Terlepas dari efek peremajaan, vitamin A juga memiliki efek drmatis untuk menyingkirkan jerawat.

Kandungan betacarotene dari mangga adalah nutrisi yang membantu  kita ketika kita melihat dalam gelap, yang juga  penting untuk kulit. Kandungan tersebut sering dikonversi oleh tubuh menjadi vitamin A dan sering diresepkan sebagai pengobatan topikal untuk jerawat. Mangga juga mengandung serat tinggi namun rendah kalori dan sodium. mereka juga kaya akan vitamin A dan memiliki sejumlah Vitamin B dan C, pottasium, kalsium dan zat besi. Senyawa fenolik dan beberapa enzim yang dikandung mangga juga bermanfaat sebagai obat penyembuhan  anti-kanker.

Disamping itu sambung Apratim Goel, Phenil dalam mangga dan enzim selain mempromosikan kulit dan rambut yang sehat, juga  membantu dalam mengendalikan diabetes dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin B3 dan B-complex menguatkan rambut, enzim magniferin-nya, mempercantik kulit dan berguna melawan kanker.

Hal yang sama juga dikatakan Ahli gizi   klinis DR Nupur Krishnan buah mangga tidak memiliki banyak lemak di dalamnya, dan bisa mengurangi kolesterol.   kandungan serat dalam mangga cukup tinggi, termasuk vitamin A yang sangat bermanfaat bagi kulit, mencegah kusam, mencegah pori-pori membuka, menyembuhkan jerawat, serta kemampuan membuat siku, lengan dan lutut halus. Terlebih lagi, menurutnya mangga tidak memilik banyak lemak didalamnya dan bisa mengurangi kolesterol.

Ingin memiliki kulit lebih lembut dan bercahaya? konsumsi saja mangga dengan teratur.Karena Mangga efektif dalam mengurangi pori-pori tersumbat, memiliki antioksidan yang tinggi dan rendah karbohidrat. Buah ini banyak mengandung triptofan, yang membantu pembentukan serotonin yang memproduksi hormon kebahagiaan.  Tak hanya dagingnya, kulit mangga ini memiliki manfaat loh, “ Selain daging buah, kulit mangga juga kaya akan AHA (Alpha Hydroxyl Acid) dan bisa digunakan untuk membantu pengelupasan dan peremajaan kulit. Merangsang perubahan sel lebih cepat,” ujar Nupur

Nah biasanya menjelang di bulan Ramadhan, saat berpuassa terkadang tubuh menjadi lemas karena kekurangan asupan, ketika diwaktu makan sahur ataupun berbuka,nah bagaimana kiatnya agar tubuh sehat dan tetap segar diwaktu berpuasa?.

Salah satunya adalah tidak melupakan Buah-Buahan di antara menu sahur dan berbuka puasa. Dokter Ahli Gizi, Samuel Oetoro, mengatakan dalam bulan puasa perbanyaklah makan buahan-buahan pada saat berbuka dan sahur. Ketika berbuka, gunakan rasa manis yang terkandung dari buah-buahan dan jadikan buah-buahan atau minum jus buah menjadi penutup menu sahur harian, “Misalnya, minum teh tapi tak menggunakan gula, rasa manisnya dengan buah melon” tuturnya.

Buah-buahan adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi. Ketika berbuka puasa meneguk segelas jus buah yang mampu meningkatkan kadar gula sehingga tubuh kembali bertenaga. Ada banyak buah-buahan yang dianjurkan untuk dikonsumsi bagi orang yang berpuasa. “Salah satunya buah mangga,” katanya

Samuel Oetoro, juga menganjurkan jika ada rencana hendakj menurunkan berat badan, cobalah untuk mengonsumsi buah mangga, tapi jangan lupa juga untuk memakan kulitnya. Sebuah riset teranyar mengklaim, makan kulit mangga dapat melindungi seseorang terhadap obesitas.Dalam temuannya, peneliti Australia menemukan bahwa kulit dari dua varietas mangga yang umum dijumpai yaitu mangga “Irwin” dan mangga “Nam Dok Mai”, mengandung konsentrasi tinggi bioaktif yang mampu menghambat perkembangan sel-sel lemak manusia.

“Kita tahu mangga memiliki banyak sifat gizi sangat baik, tetapi butuh lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memahami senyawa alami yang kompleks yang ditemukan dalam mangga dan buah-buahan lainnya,” kata peneliti, professor Mike Gidley dari Queensland Alliance.

Nukilan dari doktor dan pakar gizi menunjukan manfaat buah mangga yang tiada tara, sehingga buah ini layak menjadikan santapan menu buah setiap harinya. Selain rasanya yang nikmat buah mangga juga memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh. Para ahli menyakini jika buah mangga adalah sumber karotenoid yang disebut beta crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Selain itu satu buah mangga mengandung tujuh gram serat yang dapat membantu sistem pencernaan. Sebagian besar serat larut dalam air dan dapat menjaga kolesterol agar tetap normal.

Berikut ini beberapa khasiat lainnya dari buah mangga, yakni:

Sumber antioksidan
Di dalam buah mangga terdapat sumber beta-karoten, vitamin C dan kalium. Beta-karoten adalah zat yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A (zat gizi yang penting untuk fungsi retina). Beta-karoten (dan vitaminC) juga tergolong antioksidan, senyawa yang dapat memberikan perlindungan terhadap kanker karena dapat menetralkan radikal bebas.

Kandungan vitamin c yang tinggi
Kandungan vitamin C mangga cukup layak diperhitungkan. Setiap 100 gram bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C sebanyak 41 mg, mangga muda bahkan hingga 65 mg. Berarti, dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gram (1/2 buah ukuran kecil), kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi.

Kandungan kalium yang melimpah
Kalium terdapat melimpah pada mangga. Tiap 100 gram mangga terkandung kalium sebesar 189 mg. Dengan mengkonsumsi sebuah mangga harum manis ukuran sangat kecil (minimal 250 gram), atau sebuah mangga gedong ukuran sedang (200-250 g), kecukupan kalium sebanyak 400 mg per hari dapat terpenuhi.

Membantu pencernaan
Mangga memiliki enzim pencernaan yang dapat membantu pemecahan protein serta membantu proses pencernaan.
Baik untuk ingatan
Glutamin terdapat di dalam buah mangga. Glutamin ini merupakan senyawa yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan memori.
Selain di konsumsi sebagai penutup makanan, buah mangga juga dapat dijadikan sebagai pelengkap masakan, minuman, asinan, sambal bahkan untuk kue. Nah, berikut ini salah satu resep masakan yang menggunakan buah mangga yang bisa anda coba di rumah. Selamat mencoba. (Dewi)

Ikan Bakar Sambal Mangga
Bahan:
400 gr fillet ikan kakap
100 ml air
2 sdt air jeruk nipis
1/2 sdt garam
1/2 sdt merica bubuk
5 sdm mentega
Bahan Sambal:
150 gr mangga, potong korek api
5 butir bawang merah, cincang halus
2 siung bawang putih, haluskan
8 buah cabai merah, cincang halus
3 buah cabai rawit, cincang halus
1 sdt garam
Cara Membuat:
1. Rendam ikan dengan air, air jeruk nipis, garam, dan merica selama 20 menit
2. Panaskan mentega lalu masak ikan, aduk sampai matang
3. Buat sambal, haluskan cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.
4. Masukkan mangga, air, dan garam. Aduk dan diamkan selama 1 jam untuk 6 porsi. Dengan merendam ikan pada larutan teh, bau amis hilang.
5. Dengan menambah teh pada sambal, rasa sambal lebih segar dan tidak berbau langu karena cabai. Tambah 1 buah tomat untuk sambal. Sambal dicampur ke ikan yang sedang digoreng biar meresap. (Sigit/Dewi)


diunduh dari http://www.tabloidcleopatra.com/kecil-buahnya-besar-manfaatnya-2/

Selasa, 09 Oktober 2012

one day; mahalnya sebuah kejujuran

Ada yang pernah nonton film One Day? Mengharukan ya? Film yang dibintangi oleh  Anne Hathaway dan Jim Sturgess ini bercerita tentang cinta.Tentu masih menyambung tulisan saya sebelumnya tentang mengubur perasaan. Jadi di film ini kedua sahabat ini saling memendam perasaan, bahwa mereka sebenarnya saling cinta, dari tahun 1988 hingga 2011, itu 23 tahun. Bukan waktu yang pendek untuk menyimpan perasaan cinta.

Saya sih tak mau meresensi film ini, hanya sebagai analogi saja. Kalau sebelumnya saya menulis tentang mengubur perasaan versi happy ending, yang ini beda. Ya supaya balance. Pada intinya akhirnya mereka berani berterus terang tentang perasaan masing-masing setelah 23 tahun. Tetapi sayang, pelakon perempuan tertabrak bus, ketika akan menemui pasangan abadinya itu. Waktu menunggu puluhan tahun terbayar dengan kepedihan, harus kehilangan ia untuk selamanya, di saat mereka memutuskan hidup bersama, menyatukan niat suci, menikah. But, so meaningfull. Film ini menyadarkan betul, bagaimana sebuah kejujuran harus dibayar mahal, bahkan nyawa pun terenggut. Menyakitkan ya?

Kalau flashback ke cerita awal, mereka jujur dengan perasaannya, mungkin mereka akan menjadi pasangan yang klop. Atau setahun dua tahun menjalin cinta kemudian putus? Menurut saya kok tidak masalah, daripada menyimpannya puluhan tahun, dengan bilur kepedihan. Salah satunya terpaksa menahan kegetiran ketika pasangannya mencintai perempuan lain, pun sebaliknya. Apakah yang tersungging senyum ketulusan? Absolutely no. Kebayang kan hatinya seperti apa? Sakit, perih.  Berasa sekali, terutama bagi anda yang pernah mengalaminya, termasuk saya. Arrghh.....!


Jadi keputusannya seperti apa? Ya kalau memang anda tak mau memupus perasaan, sebaiknya berterus teranglah, supaya ia tahu isi hati sebenarnya. Tidak semua orang menjadi ahli nujum kan? Apalagi kalau ternyata tahun demi tahun terbukti anda gagal melupakannya, meski telah mencoba. Bukankah itu tanda dari Tuhan, bahwa anda harus menjalani hidup, jujur, bersama atau tanpanya? Nyesek loh menyimpan perasaan cinta itu.Banyak rugi daripada untungnya. Kecuali anda manusia setengah dewa, yang bisa menahan perasaan, berkamuflase sepanjang usia, merutuk setiap malam, bersimbah kesedihan. Duhh....hidup cuma sekali untuk anda habiskan hanya dengan berurai air mata. Come on....jujurlah. Itu pilihan terbaik.