Selasa, 24 Juli 2012

mencintai itu...

Ita memandangi wajahnya dari cermin. Bilur biru di pipi kirinya masih jelas terlihat. Kemarin suami yang dicintainya memukul karena marah kepadanya. Entah yang ke berapa kali ia membentak dan selalu menyalahkan dirinya hanya karena satu kesalahan kecil. Setahun sudah usia pernikahan mereka, tapi lambat laun bukannya kebahagiaan yang didapat, tetapi keanehan sifat Roy, suaminya, makin lerlihat. Seperti zombie, laki-laki itu begitu mengerikan, membuatnya trauma.

Atas nama cinta, Ita menerima perlakuan Roy, meski sangat menyakitkan. Termasuk, sampai saat ini, sudah hampir sembilan bulan ini ia tak menerima nafkah batin darinya. Jangankan nafkah batin, secara lahiriah, laki-laki tinggi besar itu tak menafkahi dirinya. Segala keperluan rumah tangga Ita sendiri yang mengurusnya. Fasilitas rumah, mobil dan segalanya telah Ita dapat sebelum ia menikah dengan Roy. Ita hanya ingin Roy memberikan cinta yang tulus, itu saja. Tetapi entahlah, bukan itu semua yang didapat.

Perlahan Ita menyeka air matanya. Terasa pedih mengalir di atas balur biru di pipinya. Dalam hati ia memohon kepada Tuhan, supaya Roy berubah baik, seperti pada awal masa perkenalan. Ia ingin Roy yang dulu. Ita sudah terlanjur memilih untuk mencintai laki-laki yang sekarang berstatus suaminya itu. Meski sekarang ia selalu disakiti. Ita selalu berharap Roy menjadi baik dan mencintainya seperti harapan yang masih tersisa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar